Alternatif Pembuatan Media Pertumbuhan Jamur Tiram Putih dari Bagasse Tebu

Jamur Tiram Putih
Ilustrasi Jamur Tiram Putih (Sumber: Media Sosial dari freepik.com)

Jamur Tiram Putih, salah satu jenis jamur yang sering dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia dalam kesehariannya karena didalamnya terkandung beberapa zat yang penting bagi tubuh.

Jamur Tiram sendiri awalnya ditemukan tumbuh pada balok kayu yang sudah rapuh, sehingga dari pembuatan media pertumbuhan jamur tiram khususnya jamur tiram putih berbentuk seperti potongan kayu gelondongan untuk menyesuaikan tempat awal pertumbuhannya.

Media pertumbuhan jamur atau yang biasa disebut baglog merupakan tempat atau rumah bagi tumbuhnya jamur seperti jamur tiram putih, jamur merang dan lain-lainnya yang tersusun atas substrat utama dan diikuti dengan bahan tambahan lainnya.

Bacaan Lainnya

Pada proses pembuatanya sendiri umumnya menggunakan substrat serbuk gergaji kayu sengon sebagai bahan dasar utama untuk pembuatanya.

Tetapi semakin lama, sumber daya dari serbuk kayu tersebut seiring waktu berkurang akibat terjadinya pengurangan penebangan pohon karena adanya pemanasan global (global warming). Oleh karena itu perlu adanya alternatif lainnya untuk menggantikan bahan utama tersebut.

Substitusi dari substrat tersebut sudah banyak dilakukan oleh para peneliti seperti jerami, sekam padi, tkks, sabut kelapa dan berbagai limbah pertanian lainnya.

Dari beberapa substrat yang sudah disebutkan sebelumnya, bagasse tebu atau ampas tebu merupakan salah satu alternatif yang sangat berpotensi untuk digunakan sebagai bahan pengganti substrat utama tersebut.

Bagasse tebu merupakan salah satu jenis limbah organik yang dihasilkan dari industri pertanian. Bagasse tebu juga dikenal sebagia ampas tebu yang merupakan serat sisa setelah pemrosesan tebu untuk menghasilkan produk gula.

Potensi sebagai alternatif pembuatan media pertumbuhan tersebut dikarenakan terdapat beberapa kandungan yang sangat berguna dan dibutuhkan oleh jamur untuk tumbuh khusunya jamur tiram putih.

Tetapi sebelum digunakan sebagai media pertumbuhan jamur tiram putih, bagasse tebu perlu melalui beberapa proses terlebih dahulu sebelum digunakan. Hal tersebut dikarenakan terdapat beberapa zat yang dibawa dari industri pembuatan gula selama prosesnya.

Oleh karena itu, proses ini dasarnya berfungsi untuk menghilangkan zat-zat yang mungkin menghambat atau merusak pertumbuhan jamur tersebut.

Proses yang dimaksud adalah sebagai berikut yaitui perendaman yang merupakan proses untuk menghilangkan berbagai macam zat yang tidak diinginkan dari pembuatan media pertumbuhan.

Setelah direndam, dilanjutkan dengan perebusan untuk membantu menghilangkan zat-zat yang masih menempel didalamnya sehingga mengurangi potensi kegagalan jamur tiram tumbuh karena kontaminasi substrat. Terakhir adalah proses pengeringan dari bagasse tebu.

Proses ini bertujuan untuk menghilangkan kadar air didalamnya sehingga siap digunakan untuk media pertumbuhan, karena kadar air berlebih juga tidak bagus ketika ingin melakukan proses pembuatan media pertumbuhan.

Setelah adanya proses pendahuluan atau pre-treatment tersebut, bagasse tebu siap digunakan sebagai bahan atau substrat utama bagi media pertumbuhan. Proses pembuatannya sendiri dilakukan seperti pada pembuatan media pertumbuhan umumnya.

Pembuatan tersebut dilakukan dengan cara melakukan formulasi awal untuk mengetahui komposisi pembuatan media pertumbuhan tersebut. Selanjutnya dilakukan proses penimbangan bahan-bahan yang diikuti dengan pencampuran bahan.

Setelah itu dilakukan proses fermentasi dengan karung atau terpal untuk menjaga kelembaban selama prosesnya.

Selanjutnya dilakukan proses sterilisasi dari media pertumbuhan untuk menghilangkan berbagai macam jenis bakteri atau zat pengkontaminasi jamur tiram.

Setelah itu proses inokulasi bibit jamur dan diikutib proses inkubasi selama kurang lebih 30 hari sampai media pertumbuhan penuh dengan miselium jamur.

Proses terakhir adalah pemindahan ke kumbung yang merupakan tempat khusus untuk pertumbuhan jamur tiram dan ditunggu sampai jamur tiram tumbuh. Setelah itu jamur sudah siap dipanen dan dikonsumsi.

Penulis: Jonathan Tribotariano
Mahasiswa Teknologi Industri Pertanian, Universitas Brawijaya

Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui e-mail: redaksi@mahasiswaindonesia.id
Lalu konfirmasi pengiriman artikel via WA Admin: +62 811-2564-888 (Rahmat Al Kafi)
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI