Bernaung dan Menaungi Pancasila

pancasila

Kurang lebih 74 tahun kita hidup dalam bingkai negara dengan landasan dan falsafah yang masih berdiri hingga saat ini. Pancasila hadir sebagai alat pemersatu bangsa. Inilah yang setidaknya kita tangkap dalam pidato soekarno dulu.” Alangkah banyak agama di sini. Alangkah banyak aliran pikiran di sini. Alangkah banyak golongan di sini. Alangkah banyak suku di sini. Bagaimana mempersatukan aliran aliran itu, jikalau tidak diberi satu dasar yang bersama-sama bisa kita pijak. Dan itulah saudara-saudara, Pancasila”.

Kegalauan yang terjadi pada masa lalu menyusul puncak keberhasilan perjuangan. Pancasila hadir atas dasar pertukaran pendapat dan rembuk akbar yang dihadiri  oleh tokoh-tokoh seluruh penjuru kepulauan.

Berdiri tegaknya Pancasila yang masih bisa kita rasakan sebagai perwujudan bahwa Pancasila menjadi roh yang menjiwai bangsa Indonesia sehingga apa yang kita alami adalah sebagai jati diri bangsa. Bernaung dalam Pilar Pancasila adalah hal yang menjadi sebuah kebanggaan. Seperti apa yang dikatan Yudi Latif bahwa Pancasila adalah ideologi terbaik di dunia.

Bacaan Lainnya

Sebab, tidak hanya pengakuan dari negara luar, tetapi dalam kesinambungan bahwa Pancasila menautkan keberagaman, dan corak yang berbeda dalam keunikan bangsa Indonesia sendiri. Pancasila sebagai titik temu, pijakan, dan titik tuju untuk membangun kebhinekaan sesuai visi –misi negara yang tertuang dalam UUD 1945 alinea ke-2. Yakni menuju warga yang bahagia, adil dan sejahtera.

Pancasilla Ideologi Dunia

Pada tahun 2010 ketika waktu itu pidato Presiden Amerika Serikat Barack Obama di Universitas Indonesia menyebutkan bahwa “Pancasila akan menjadi ideologi dunia” dari situ bisa kita melihat bahwa Pancasila adalah sebuah rujukan yang bagus dijadikan dan mampu membawa energi positif sebagai mainstream dunia.

Namun seiring berjalannya waktu berlian keistimewaan Pancasila nampaknya terdapat sinyal dan paradoks liar. Seorang Prof. DR. Kuntowijoyo dalam Radikalisasi Pancasilanya, meyebutkan bahwa Pancasila merasa resah karena dijadikaan sebagai lip service bahkan dijadikan  untuk melanggengkan kekuasaan. Pancasila tidak operasional sehingga kehilangan arah. Pancasila sebagai arah pembangunan nasional dalam implementasinya terutama penyelenggara negara belum mampu menyerap dengan demoralisasi seperti korupsi, dan tindakan tidak terpuji lainnya.

Bertambahnya angin informasi yang muncul dengan berbagai spekulasi tentang penghapusan Pancasila, isu PKI, dan lainnya adalah bentuk diujinya solidaritas kita dalam sama-sama menaungi Pancasila. Tidak lain, sebuah tugas setiap warga negara dalam mengawal dan melindunginya. Peran para tokoh bangsa, pahlawan nasional, ketika mempertahankan negara Indonesia dan perumusan pondasi negara seyogyanya sebagai sebuah refleksi telah menyumbangkan tenaga, maupun pikirannya untuk masa depan bangsa.

Sejak dulu, ormas Islam dan organisasi kepemudaan telah bersama-sama menjaga tali persatuan untuk sama-sama menaungi keutuhan negara, keberadaan ideologi sebagai pilar kebangsaannya. Seperti Muhammadiyah,NU,HMI,GMNI,dan dan lainnya.

Dalam salah satu definisi dalam kerangka kewargaan (civic), kesatuan bangsa dikonsepsikan berdasarkan keterlibatan sukarela para warga (citizen)-nya. Dalam prinsip ideologis dasar, seperti perasaan sebagai warga (sense of citizenship), komitmen terhadap lembaganya, serta partisipasi yang diminta ideologi daln lembaga-lembaga itu.

Pancasila Jalan kehidupan

Yudi Latif dalam diskusi kecilnya menjelaskan bahwa pancasila sebagai jalan kehidupan (way of life), harus bisa mengalir dalam berbagai asfek, sehingga asfek-asfek inilah yang mengemban tugas dalam menjaga sebuah keutuhan itu.

Lembaga pengendali sosial tertinggi hingga terkecil seperti Pendidikan, Adat, LSM, hingga lingkungan keluarga, kucuran tentang nilai-nilai Pancasila itu terus di sosialisasikan. Sesuatu bangsa mengajar dirinya sendiri, keterpelopran tidak perlu kita cari dari bangsa lain, dan carilah semua itu ppada diri kita sendiri!. Berdirinya Pancasila dan sejarah perkembangannnya menitikberatkan terhadap ingatan benak persatuan dan  supaya kita tetap menjaga benteng-benteng kedaulatan.

Menjunjung tinggi Pancasila dan menjadikan Pancasila sebagai pedoman dalam berprilaku sehari-hari. Kesadaran manusia untuk menginternalisasikan nilai nilai itu sebagai dasar negara dan falsafah hidup begsa itu kemudian harus dijewantahkan dalam kehidupan kita dengan saling menghargai, bersatu padu dalam melawan ujaran kebencian, konflik sosial, tindakan intoleransi, bahkan penyebaran radikalisme, serta tidak terlibat dalam paham- paham negative serta hoax.

Dengan perkembangan arus informasi dan teknologi yang begitu massif kita begitu kewalahan dan berbahaya jika sampai menyimpulkan terhadap suatu hal. Seperri kita ketahui, serangan dari oknum yang tidak bertanggung jawab, dikhawatirkan akan menyebabkan amnesia dan kurang peka terhadap nasionalisme kita.

Pancasila adalah Asset

Pancasila jelas harus menjadi asset penting kita semua, mengutif Kiai Ahmad Shiddiq, final berkenan dengan fungsinya sebagai dasar kehidupan bernegara dan bermasyarakat dalam konteks kemajemukan Indonesia. Mencuatnya spekulasi terhadap ideologi Pancasila yang mencuat menjadi contoh kesaktian Pancasila benar-benar diuji, gotong-royong bangsa Indonesia dalam mempertahankannya mulai dibutuhkan. Dalam batin masyarakat apabila sudah tertanam dengan jelas semangat itu dan juga lembaga negara sebagai fasilitaor terhadap semua tujuan harus saling bersinergi dan berkesinambungan.

Sebelum mempancasilaiskan, hendaknya panacasilais terlebih dahulu. Artinya dalam merajut  tugas besar kita dalam menaungi Pancasila, harus bisa menjadi cermin untuk orang lain. Tafsiran pancasila dalam semua lini kehidupan adalah sama, yakni lima sila yang berurutan dengan tujuan tercapainya kebahagiaan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

Azis Meinudin
Kader HMI Cabang Mataram

Editor : Muhammad Fauzan Alimuddin

Baca juga:
Pancasila Mengikuti Perkembangan Zaman
Agama Dominan yang Intoleran, Sesuaikah dengan Sila ke 1 Pancasila?
Pancasila Sebagai Landasan dalam Gaya Hidup Masyarakat Indonesia

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui e-mail: redaksi@mahasiswaindonesia.id
Lalu konfirmasi pengiriman artikel via WA Admin: +62 811-2564-888 (Rahmat Al Kafi)
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI