Green Supply Chain Managemet sebagai Kunci Permasalahan Kerusakan Lingkungan Hidup

Lingkungan Hidup
Green Supply Chain Managemet (Sumber: Penulis)

Sustainability menjadi isu hangat yang sangat krusial bagi keberlanjutan generasi sekarang dan mendatang. PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa) bersepakat untuk mewujudkan bumi  sebagai tempat yang lebih baik dan terjaga.

Planet yang sehat adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan keadaan bumi yang ideal, dimana lingkungan alamnya lestari, sumber daya alamnya digunakan secara berkelanjutan, dan tidak mengakibatkan kerusakan lingkungan yang signifikan.

Kesepakatan tersebut tertuang dalam suatu program bernama Sustainable Development Goals (SDGs) yang diadopsi oleh 193 negara dan telah kita mulai di tahun 2016 untuk jangka waktu 15 tahun.

Bacaan Lainnya

Salah satu upaya bangsa untuk menciptakan bumi dengan ekosistem terbaik adalah dengan menerapkan konsep triple bottom line (people, profit, and planet) dalam kebijakan perusahaan.

Triple bottom line mengintegrasikan aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan dalam menjalankan perusahaan.

Perusahaan dapat mengelola operasional secara bertanggung jawab, meminimalkan dampak terhadap lingkungan, dan mendukung pembangunan berkelanjutan dengan mempertimbangkan ketiga hal tersebut.

Beberapa waktu terakhir, pemerintah memberikan fokus terhadap subjek pembangunan yang berkelanjutan.

Kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh perubahan iklim, polusi, pemanasan global, dan peningkatan gas rumah kaca yang timbul akibat aktivitas industri minyak dan gas bumi dapat mengancam eksistensi manusia maupun lingkungan.

Tentunya oknum yang bertanggung jawab dalam ketidakseimbangan ekosistem yang terjadi adalah pihak perusahaan.

Perusahaan perlu mengatasi permasalahan tersebut demi keberlangsungan sumber daya alam dalam sebuah ekosistem.

Perusahaan harus mengubah cara mereka mengelola operasi manufaktur untuk memenuhi tuntutan pemerintah.

Upaya ini merupakan perubahan besar dalam proses produksi dan perencanaan rantai pasokan. Proses produksi, distribusi, konsumsi, dan logistik menjadi bagian dari Green Supply Chain Managemet (GSCM).

Green Supply Chain Managemet adalah pendekatan yang menekankan pengurangan dampak negatif lingkungan dari  proses produksi, pengiriman produk akhir kepada pelanggan, dan manfaat keberlanjutan produk.

Tujuan dari GSCM yaitu mempertimbangkan operasi perusahaan akan menimbulkan pengaruh baik atau buruk bagi lingkungan.

Berikut adalah bentuk upaya yang dapat dilakukan perusahaan terkait Green Supply Chain Managemet (GSCM).

1. Manufaktur hijau (Green Manufactur)

Manufaktur hijau (Green Manufactur) merupakan manufaktur yang kegiatan produksinya mengutamakan efektivitas dan efisiensi sumber daya sehingga mampu menyelaraskan pembangunan manufaktur dengan kelestarian lingkungan hidup karena menghasilkan limbah yang lebih sedikit.

2. Pengadaan hijau (Green Procurement)

Pengadaan hijau (Green Procurement) berhubungan dengan kegiatan pengurangan pembelian, pemakaian kembali, dan daur ulang bahan.

Bahan yang ramah lingkungan menjadi solusi untuk mengurangi jumlah sampah dan konsumen tidak mengeluarkan banyak biaya untuk membeli kembali suatu produk.

3. Distribusi hijau (Green Distribution)

Distribusi hijau (Green Distribution) adalah bentuk upaya perusahaan untuk menggunakan kemasan hijau dan logistik hijau.

Kemasan hijau artinya memanfaatkan bahan yang ramah lingkungan. Perusahaan bisa melakukan kerjasama dengan vendor  tertentu untuk mengukur standardisasi kemasan.

Lalu, logistik hijau proses pengantaran produk dengan kendaraan yang menggunakan bahan bakar terbarukan dan pengiriman langsung ke pengguna tanpa adanya perantara.

4. Logistik balik (Reverse Logistic)

Logistik balik (Reverse Logistic) yakni kegiatan pengambilan produk dari produsen ke konsumen dengan tujuan produk tersebut sampai dengan cepat dan tepat. Hal ini meliputi pengumpulan barang, penyortiran, estimasi waktu, dan pengangkutan.

Dengan tujuan mengurangi dampak negatif lingkungan dari seluruh rantai pasokan, manajemen rantai pasokan hijau (GSCM) dapat menjadi solusi.

Untuk mendukung GSCM, perusahaan dapat menerapkan manufaktur hijau, pengadaan hijau, distribusi hijau, dan logistik balik.

Hal Ini termasuk praktik yang produktif dalam mengelola sumber daya, pengurangan penggunaan bahan, penggunaan kemasan dan logistik ramah lingkungan, dan pengelolaan produk yang mendukung daur ulang dan penggunaan kembali.

Perusahaan tidak hanya memenuhi tuntutan pemerintah tetapi juga membantu generasi mendatang mempertahankan dan meneruskan keberlanjutan bumi alam yang hidup melalui Green Supply Chain Managemet (GSCM).

Penulis: Andrea Angelica Suratna
Mahasiswa Teknik Industri, Universitas Airlangga

Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui e-mail: redaksi@mahasiswaindonesia.id
Lalu konfirmasi pengiriman artikel via WA Admin: +62 811-2564-888 (Rahmat Al Kafi)
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI