Optimasi Formulasi Clay Mask Ekstrak Daun Kelor (Moringa Oleifera) dengan Metode Simplex Lattice Design (SLD)

Clay Mask Ekstrak Daun Kelor
Dokumentasi Formulasi Clay Mask Ekstrak Daun Kelor (Sumber: Dokumentasi Penulis)

Beberapa masalah wajah yang banyak dialami oleh masyarakat Indonesia yaitu penuaan dini, flek hitam, dan jerawat. Penuaan dini ditimbulkan akibat paparan sinar matahari yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas.

Salah satu perawatan wajah yang efisien untuk dilakukan yaitu dengan penggunaan masker organik. Clay mask adalah masker yang berbahan dasar tanah liat yang kaya akan kandungan mineralnya.

Pada daun kelor mengandung antioksidan tinggi seperti tanin, flavonoid, saponin, fitosterol, fenolik, dan polyphenol. Senyawa-senyawa tersebut baik untuk kesehatan maupun kulit, serta berperan sebagai antipenuaan dan dapat melindungi dari paparan sinar UV.

Bacaan Lainnya

Tujuan dari penelitian ini yaitu menganalisis pengaruh formulasi clay mask terhadap aktivitas antioksidan, pH, kadar air, waktu mengering, dan daya sebar, serta menganalisis formula yang paling optimum sebagai sediaan clay mask ekstrak daun kelor.

Penelitian dilakukan dengan mengekstraksi bahan menggunakan metode maserasi dan etanol 96% sebagai pelarutnya. Penelitian dirancang dengan metode Simplex Lattice Design (SLD) dengan dua faktor perlakuan dan lima respon.

Faktor perlakuan yang digunakan yaitu konsentrasi ekstrak daun kelor dan bubuk clay. Penelitian dengan metode Simplex Lattice Design (SLD) ini dibantu menggunakan software Design Expert 13.

Simplex Lattice Design (SLD) merupakan salah satu metode optimasi formula. Metode SLD digunakan untuk menentukan konsentrasi campuran bahan dengan jumlah total yang konstan sehingga diperoleh formula yang optimum (Govindan et al., 2021).

Untuk mempermudah menentukan formula yang optimal maka diperlukan bantuan software Design Expert. Selain itu, software tersebut juga dapat digunakan untuk menganalisis pengaruh semua variabel formulasi yang digunakan (Ramadhani et al., 2017).

Pada penelitian dilakukan beberapa pengujian diantaranya uji pH, uji kadar air, uji aktivitas antioksidan, uji daya sebar, dan uji waktu kering.

Kesimpulan yang dapat diperoleh yaitu konsentrasi ekstrak daun kelor dan bubuk clay memiliki pengaruh terhadap respon aktivitas antioksidan, pH, kadar air, waktu mengering, dan daya sebar.

Nilai prediksi dengan hasil penelitian tidak jauh berbeda. Formula dengan konsentrasi ekstrak daun kelor 1,75 gram dan bubuk clay 18,25 gram memiliki nilai desirability 0,722.

Nilai desirability 0,722 mengartikan bahwa formula tersebut diharapkan mampu menghasilkan clay mask ekstrak daun kelor dengan karakteristik yang sesuai berdasarkan target optimasi sebesar 72,2%.

 

Penulis: Resita Maudina Ayu S
Mahasiswi Teknik Industri Pertanian, Universitas Brawijaya

 

Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui e-mail: redaksi@mahasiswaindonesia.id
Lalu konfirmasi pengiriman artikel via WA Admin: +62 811-2564-888 (Rahmat Al Kafi)
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI