Akankah Teknologi Menggantikan Peran Guru PAUD?

Guru PAUD
ilustrasi Guru PAUD (Sumber: Media Sosial dari freepik.com)

Mayoritas orang tua menyekolahkan anaknya dengan mindset bahwa guru dapat membantu mengembangkan kemampuan kognitif anak. Ya benar! Anak memang memiliki bagian kognitif yang harus dikembangkan.

Ada hal-hal yang mereka sudah dapat dilakukan sendiri, namun ada hal-hal yang mereka membutuhkan bantuan guru. Gap inilah yang diteliti oleh Vygotsky dan dinamai The Zone of Proximal Development (ZPD).

Sebelum pandemi Covid-19 terjadi, guru dianggap seperti sumber dari segala pengetahuan. Namun pada saat pandemi terjadi.

Bacaan Lainnya

Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) tergantung pada teknologi. Banyak elemen-elemen pendidikan yang mulai berubah wujud dan penggunaannya akibat kemajuan teknologi.

Para siswa jaman sekarang merupakan kaum yang mudah beradaptasi dan tertarik terhadap teknologi sehingga mereka mempelajarinya ini dengan sangat cepat termasuk anak usia dini.

Banyak hal yang mereka dapat pelajari secara mandiri karena informasi mudah diakses, baik melalui Google, Youtube dan platform lainnya.

Efeknya pada anak usia dini adalah pada saat kemampuan kognitif mereka sedang berkembang, tidak jarang anak-anak ini lebih mampu memahami ajaran yang kompleks dari guru melalui teknologi.

Padahal guru seharusnya memiliki porsi peran yang lebih besar pada ZPD anak untuk membantu mengembangkan kognitif mereka.

Sejatinya, hal ini adalah upaya yang baik karena mendukung salah satu teori tentang perkembangan kognitif yang diangkat oleh Vygotsky (1978) dimana teknik pendampingan (scaffolding) dalam proses seseorang mengembangkan kognitifnya, dapat dilakukan oleh guru dan melalui teknologi.

Akan tetapi, apabila fungsi guru hanya sebatas transfer ilmu kepada siswa atau hanya sekedar mengajar saja di dalam kelas, maka akankah perannya tergantikan oleh teknologi di era revolusi industri 4.0 ini?

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim menekankan bahwa secanggih apapun teknologi yang kini berkembang pesat, tidak akan bisa menggantikan peran guru sebagai pendidik, karena guru adalah sosok yang berpengaruh besar mendorong perkembangan siswa dalam hal kognitif dan kematangan karakter serta moral.

Pernyataan ini selaras dengan teori yang dikemukakan oleh Vygotsky bahwa perkembangan kognitif seseorang, selain ditentukan oleh individu secara aktif, juga dipengaruhi oleh lingkungan sosial termasuk guru.

Selain itu, guru mampu memahami perkembangan berpikir peserta didik, guru mampu menumbuhkan rasa ingin tahu, dan guru mampu menyiapkan anak menghadapi masa depan yang tidak pasti melalui pembekalan pengetahuan dan ketrampilan misalnya menari, menyanyi, melukis, menggunakan alat mainan edukatif.

Sedangkan menurut Rektor UKSW Prof. Intiyas Utami, SE.,M.Si.,Ak., mengatakan bahwa pendidik tidak akan tergantikan oleh teknologi karena teknologi tidak memiliki rasa.

Baca juga: Analisis Pemanfaatan Teknologi Kecerdasan Buatan pada Aplikasi Google Translate

Siswa memang dapat mengakses segala informasi yang dibutuhkan melalui teknologi, namun interaksi yang terjadi hanya satu arah saja. Tidak ada feedback baik arahan ataupun dukungan yang siswa dapatkan jika hanya mengandalkan teknologi saja.

Teknologi terus berubah, menjadi lebih cepat atau lebih murah. Namun saat ini masih banyak guru yang masih enggan beradaptasi dengan perkembangan teknologi sekalipun dunia pendidikan telah bertransformasi.

Memang bukan hal yang instan untuk dapat mempelajari hal baru dan memang dalam penggunaan teknologi terkadang membutuhkan biaya.

Namun itu merupakan konsekuensi logis yang harus kita terima sebagai sebuah bentuk pengorbanan untuk sebuah keberhasilan baik untuk diri sendiri maupun lembaga.

Apabila guru tidak dicoba dan tidak muncul niat untuk belajar kemajuan teknologi, keberadaan guru-guru seperti ini akan tergantikan oleh guru-guru yang mau belajar dan akhirnya mampu mengoptimalkan penggunaan teknologi.

Karena adanya perubahan di bidang pendidikan dengan adanya teknologi maka peran guru harus lebih dari mengajar, tetapi juga mengelola belajar anak.

Guru harus memahami dinamika kelas dan mampu memanfaatkan teknologi guna mengedukasi anak. Teknologi akan membuat guru lebih percaya diri dan lebih mudah dalam KBM. Selain itu, guru perlu lebih fleksibel, kreatif, menarik, dan lebih menyenangkan bagi siswa.

Tidak dapat dipungkiri, anak-anak ini tidak lepas dari teknologi diluar sekolah dan mereka akan menyampaikan apa yang mereka lihat dan mereka pahami pada guru saat disekolah.

Disini peran guru berubah dari sebagai penyampai pengetahuan kepada peserta didik, menjadi fasilitator, motivator, dan pengembang imajinasi, kreativitas, nilai-nilai karakter, team work serta empati sosial.

Dengan memiliki guru dengan jiwa yang menyenangkan dan terampil, anak usia dini akan lebih tertarik untuk memperoleh hal baru dan muncul rasa ingin tahu yang besar dengan tetap menggunakan karakter baik mereka yang telah guru ajarkan.

Revolusi industri 4.0 ini juga membuat guru memiliki tanggung jawab untuk membuat anak fasih menggunakan teknologi.

Harapannya, akan lahir manusia-manusia baru yang berwawasan global, berintegritas dan pandai teknologi. Nadiem berkata bahwa teknologi tidak dapat menggantikan guru, tetapi menguatkan guru untuk memerkuat Merdeka Belajar.

Penulis: Linea Dorothea
Mahasiswa Pendidikan Anak Usia Dini, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui e-mail: redaksi@mahasiswaindonesia.id
Lalu konfirmasi pengiriman artikel via WA Admin: +62 811-2564-888 (Rahmat Al Kafi)
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI