Daun Teh (Camellia Sinensis) sebagai Obat Kanker

Daun Teh (Camellia Sinensis)
Daun Teh (Sumber: Penulis)

Pada tahun 2008, kanker menjadi penyebab kematian ketiga terbanyak di dunia setelah penyakit kardiovaskular dan stroke, dengan sekitar 7.6 juta orang atau sekitar 21% dari total kematian akibat penyakit tidak menular. WHO pada tahun 2011 mencatat bahwa angka kematian akibat kanker di dunia diperkirakan akan meningkat menjadi 13.1 juta pada tahun 2030.

Menurut data RISKESDAS 2007, prevalensi penyakit kanker di Indonesia mencapai 0.43%. Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jakarta adalah tiga kota dengan tingkat kejadian kanker tertinggi di Indonesia, dengan masing-masing memiliki persentase angka kejadian berturut-turut sebesar 0.96%, 0.81%, dan 0.74%.

Perkiraan risiko relatif terkait konsumsi daging dan risiko kanker juga dapat dipengaruhi oleh gaya hidup dan pola makan lainnya, seperti asupan buah, sayuran, serat diet, lemak diet (terutama total dan lemak jenuh), indeks massa tubuh, dan tingkat aktivitas fisik.

Bacaan Lainnya

Konsumsi daging yang tinggi bisa meningkatkan risiko kanker karena pola makan yang dominan daging tanpa diimbangi konsumsi sayuran dan serat yang cukup. Beberapa studi epidemiologi tentang hubungan antara daging dan risiko kanker mungkin tidak mencakup semua faktor yang berpotensi mempengaruhinya secara komprehensif.

Menurut data Global Cancer Observatory tahun 2018, tingkat kejadian penyakit kanker di Indonesia mencapai 136,2 per 100.000 penduduk, menempatkannya sebagai urutan ke-8 di Asia Tenggara dan urutan ke-23 di Asia secara keseluruhan. Kanker payudara adalah jenis kanker yang paling umum pada perempuan, dengan tingkat kejadian sebesar 42,1 per 100.000 penduduk dan rata-rata kematian sebanyak 17 per 100.000 penduduk.

Pengobatan untuk kanker bisa bervariasi tergantung pada jenis kanker, stadium, lokasi, dan kondisi kesehatan pasien. Beberapa opsi pengobatan yang umum meliputi: pembedahan, kemoterapi, radioterapi, terapi targeted, imunoterapi, hormonoterapi, dan terapi gen.

Dokter akan merencanakan pengobatan yang paling sesuai dengan kondisi kesehatan dan jenis kanker pasien. Terapi kombinasi juga sering digunakan untuk meningkatkan efektivitas pengobatan dan meminimalkan efek samping.

Baca juga: Mengungkap Rahasia Daun Sirsak (Annona Murirata L): Mengandung Senyawa-Senyawa Aktif yang dapat Melawan Sel Kanker

Salah satu terapi yang sering di lakukan adalah dengan menggunakan kemoterapi. Yang mana kemoterapi sendiri memiliki efek samping yang cukup merugikan. Meskipun kemoterapi adalah salah satu metode pengobatan utama untuk kanker, ada beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu:

1. Faktor Kemungkinan Efek Samping

Kemoterapi sering menimbulkan efek samping seperti mual, muntah, kelelahan, penurunan berat badan, kerontokan rambut, penurunan jumlah sel darah, dan peningkatan risiko infeksi. 

2. Segi Toksisitas

Zat kimia yang digunakan dalam kemoterapi dapat merusak sel-sel sehat, menyebabkan kerusakan pada organ tubuh seperti hati, ginjal, dan jantung.

3. Segi Toleransi

Tidak semua pasien dapat mentoleransi efek samping yang ditimbulkan oleh kemoterapi, sehingga terkadang diperlukan penyesuaian dosis atau bahkan penghentian pengobatan.

4. Segi Keterbatasan Efektivitas

Beberapa jenis kanker mungkin tidak merespons dengan baik terhadap kemoterapi, atau kanker dapat menjadi resisten terhadap pengobatan setelah beberapa waktu.

5. Segi Risiko Jangka Panjang.

Beberapa efek samping kemoterapi dapat berlanjut jangka panjang atau menyebabkan masalah kesehatan kronis setelah pengobatan selesai.

Oleh karena itu banyak masyarakat yang mulai beralih kepada pengobatan herbal guna mencegah maupun mengobati penyakit kangker ini. Salah satunya pada penggunaan tanaman teh sebagai sarana pengobatan.

Teh hijau, minuman yang sangat diminati di seluruh dunia, telah menarik banyak perhatian baru-baru ini karena potensinya sebagai agen antikanker. Dipercaya bahwa teh hijau dapat berperan dalam pencegahan dan pengurangan risiko kanker.

Populasi yang secara rutin mengonsumsi teh hijau, seperti di Shizuoka, Jepang (wilayah tempat teh hijau diproduksi dan dikonsumsi), memiliki tingkat mortalitas yang lebih rendah karena kanker usus, paru-paru, dan hati. Pengaruh teh hijau terhadap kanker ini diketahui terutama karena disebabkan oleh adanya kandungan polifenol the.

Manfaat kesehatan dari teh hijau termasuk kemampuannya dalam mencegah kanker. Teh hijau berperan sebagai agen kemopreventif kanker dengan menghambat reaksi reduksi-oksidasi (redoks), merangsang apoptosis, menghambat hiperproliferasi, mengatasi karsinogen, dan menghambat sinyal untuk proliferasi sel yang berlebihan.

Penelitian yang dilakukan oleh Kirsten D. Tabaga dkk (2015) mengenai pengaruh seduhan teh hijau terhadap mencit yang diinduksi benzo (α) pyrene menunjukkan bahwa teh hijau memiliki efek antikanker pada kanker payudara pada mencit yang mengalami induksi benzo (α) pyrene. Hal ini diyakini karena peran polifenol katekin yang terdapat dalam teh hijau.

Epigallocatechin-3-gallate (EGCG) adalah salah satu jenis katekin yang paling melimpah dalam teh hijau. EGCG dapat menyebabkan apoptosis dan menghentikan siklus sel pada sel yang mengalami kerusakan DNA, seperti sel kanker.

Maka dapat disimpulkan bahwa akibat tingginya kasus kangker yang ada dan karena efek samping yang disebabkan oleh kemoterapi yang merupakan salah satu terapi kangker yang banyak digunakan, maka muncullah minat masyarakat untuk beralih ke terapi alami dengan menggunakan tanaman. Salah satu tanaman yang digunakan adalah teh hijau yang terbukti memiliki khasiat sebagai pengobatan kangker.

 

Penulis: Dhini Amelia Putri
Mahasiswa S1 Farmasi, Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Padang

Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi  

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui e-mail: redaksi@mahasiswaindonesia.id
Lalu konfirmasi pengiriman artikel via WA Admin: +62 811-2564-888 (Rahmat Al Kafi)
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI