Era Globalisasi: Bagaimana dengan Pendidikan Islam?

Sumber : https://pixabay.com/id/photos/perpustakaan-buku-televisi-849797/

Arus globalisasi merupakan gelombang yang tidak bisa dihindari termasuk di Indonesia. Di Indonesia sendiri arus globalisasi mulai terasa sejak abad ke-16 hingga abad ke-20 dibawa dari Timur Tengah dengan warna baru dari segi keyakinan dan intelektual kemudian berakhir masuk ke ranah politik.

Tak hanya satu arus, arus globalisasi lainnya datang dari Barat yang mendominasi sisi perekonomian, teknologi, dan sains. Perang Dunia II dan Perang Dingin tak menghentikan Barat untuk unggul di mata dunia.

Hingga pada akhirnya dapat kita rasakan sekarang, pengaruh Barat sudah menjadi makanan sehari-hari dari segi gaya hidup hingga kultur mereka yang tidak cocok dengan nilai budaya dan keagamaan di Indonesia.

Bacaan Lainnya

Baca Juga: Westernisasi dan Dampak Negatifnya bagi Umat Islam

Teori “Center-Periferi” benar adanya. Berdasarkan apa yang disampaikan oleh Prof. Azyumardi Azra, M.A., M.Phil., Ph.D. dalam bukunya yang berjudul Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi di Tengah Tantangan Millenium III, bahwa teori “Center-Periferi” yang terlihat mulai memudar tetapi ternyata masih terlihat nyata bagi masyarakat muslim dengan Barat.

Dapat diambil sebuah fakta, bahwa kata “Center” yang berarti “Pusat” merupakan posisi yang cocok bagi Barat, terutama Amerika Serikat, sedangkan “Periferi” yang berarti “Pinggiran” nampak serasi bagi masyarakat muslim.

Bagian “Periferi” merupakan bagian yang terseret oleh “Center” ke dalam Imperialisme Kulturalnya. Globalisasi akan terus terjadi di Indonesia dengan adanya potensi sebagai acuan agar terciptanya sebuah negara yang makmur dan sejahtera baik dari aspek spiritual maupun material.

Melihat ke negara–negara maju, mereka bersaing ketat dalam perekonomian sehingga dapat dikatakan sebagai negara–negara yang memiliki keunggulan. Negara yang unggul ada karena sumber daya manusianya yang kompeten.

Mereka memiliki penguasaan yang baik dalam dunia sains dan teknologi yang tidak terikat dengan bimbingan moral dan perspektif agama. Sehingga hasil produk sains dan teknologi mereka lebih maju, seperti yang dapat kita pakai hingga sekarang.

Baca Juga: Modernisasi Sistem Pendidikan Islam di Indonesia

Begitu pun Indonesia, memiliki potensi untuk terus mengembangkan dan memajukan bidang sains dan teknologi namun pencapaian itu tidak akan seleluasa karena adanya norma, moral, dan ajaran agama yang perlu dihormati.

Sehingga para peneliti, pengembang, penguasa ilmu sains dan teknologi pun perlu berhati–hati agar tidak membuat kesalahan yang fatal. Namun, perspektif tersebut tidak perlu dijadikan penghambat demi kemajuan Indonesia, justru dengan tetap hadirnya perspektif–perspektif tersebut menjadi sebuah bentuk kesadaran masyarakat akan pentingnya ajaran agama.

Serta bagi para peneliti juga penggiat di dunia sains dan teknologi tetap akan memiliki potensi keberhasilan pencapaian meskipun tetap diselimuti kebijakan moral, etis, norma, dan agama. Tidak seperti di negara–negara Barat yang identik dengan sekularisme, di Indonesia hal itu tidak mencolok.

Dapat dilihat masyarakat Indonesia yang agamis serta mayoritas beragama islam. Transformasi budaya, ekonomi, serta sosial tidak meruntuhkan jati diri yang seharusnya di antara masyarakat Indonesia, hal itu justru memperkuat keadaan dengan bangkitnya rasa antusias keagamaan.

Dari antusiasme itu berimbas ke arah pendidikan terutama pesantren, sebagai suatu institusi pendidikan yang diharapkan dapat mencetak banyak kader ulama yang berkualitas. Pada dasarnya metode yang menekankan pengajaran agama memang sudah menjadi ciri khas pesantren.

Meski begitu, cipratan dari arus globalisasi turut masuk ke sistem pendidikan pesantren. Seperti yang diketahui sekarang, terdapat dua model pesantren yaitu pesantren modern yang memasukkan sistem kurikulum dan pesantren salafi yang tetap berkutat dengan metode tradisionalnya.

Baca Juga: Dakwah Pesantren Ummul Quro Cimahi dalam Hegemoni Pasar Modern

Tantangan lain muncul dari bidang sains dan teknologi, melihat arus transformasi ekonomi, sosial, budaya, dan pembangunan perlulah sumber daya manusia yang dapat mumpuni di bidang sains dan teknologi.

Namun kesadaran telah muncul di pesantren sejak beberapa dekade belakangan ini, seperti pesantren yang mencoba mengaplikasikan sistem ajaran yang berbeda dari biasanya. Seperti pesantren modern yang sudah ada dimana mana, lalu pesantren yang mengkhususkan kepada satu bidang seperti pesantren pertanian.

Namun hasil dari sistem tersebut belum dapat terlihat jelas hasilnya seperti yang diharapkan. Meski muncul dengan “wajah baru” hal ini dirasa memudarkan “identitas” dari pesantren serta mengurangi hasil dari fungsinya utamanya yaitu melahirkan santri dan reproduksi ulama.

Hal–hal tersebut menjadi sebuah dilema pesantren di masa sekarang, perlunya pengkajian ulang gagasan–gagasan secara teliti dan cermat untuk mengorientasikan pesantren di masa globalisasi yang penuh tantangan ini.

Bukan suatu ketidakmungkinan jika sebuah gagasan dapat menjadi indikasi yang negatif sehingga lupa dengan fungsi utamanya. Gagasan yang diciptakan perlu dipahami namun tetap terbuka dengan perkembangan luar, sehingga mendapatkan apresiasi yang sesuai dan melahirkan para ulama yang berwawasan luas.

Baca Juga: Pesantren Sejak Dini? Nggak Salah?

Maka itu perlulah sistem pendidikan Indonesia diperkaya dengan sumber daya manusia yang mumpuni, kompeten, dan melek pada bidang sains ataupun teknologi. Globalisasi akan terus menggerus zaman dimanapun dan bagaimanapun prinsip hidup kita.

Pesantren modern sudah lebih banyak hadir mewarnai pendidikan Indonesia daripada pesantren dengan sistem khas lamanya. Namun, banyak sistem pendidikan baru yang berbeda dari biasanya dengan harus tetap mempertimbangkan secara matang segala aspek positif dan negatifnya. Agar terciptanya penerus–penerus bangsa ini sesuai dengan apa yang dicita-citakan.

Penulis: Azzahra Fadilla
Mahasiswa Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Editor: Ika Ayuni Lestari

Sumber

Azra, Azyumardi. Pendidikan Islam Tradisi Dan Modernisasi Di Tengah Millenium III. Pertama. Jakarta: KENCANA PREDANA MEDIA GROUP, 2012.

https://pixabay.com/id/photos/perpustakaan-buku-televisi-849797/

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui e-mail: redaksi@mahasiswaindonesia.id
Lalu konfirmasi pengiriman artikel via WA Admin: +62 811-2564-888 (Rahmat Al Kafi)
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI