Mengubur Cita demi Keluarga

Kisah Inspiratif
Gambar Tokoh Inspiratif (Sumber: Penulis)

Siti Nazma Aulia, Ia adalah seorang perempuan berusia 21 tahun, yang berasal dari daerah penghasil beras pandan wangi.

Ia merupakan anak pertama yang terlahir dari keluarga sederhana yang dimana ayahnya berprofesi sebagai seorang fotografer.

Nazma memiliki satu orang adik laki-laki yang bernama Muhammad Ibnu. Usia Nazma dan adiknya terpaut cukup jauh, yang dimana kini pada tahun 2023 Nazma berusia 21 tahun sedangkan adiknya berusia 14 tahun.

Bacaan Lainnya

Nazma sangat senang memasak bahkan jika ada suatu acara Ia maju paling depan untuk urusan masak-memasak.

Karena Ia sangat senang memasak maka Ia berkeinginan untuk mengikuti les tata boga setelah Ia lulus SMA. Nazma lulus SMA pada tahun 2020, yang dimana tahun tersebut adalah angkatan pertama untuk lulusan Corona.

Mengapa disebut dengan lulusan Corona? Hal tersebut disebabkan karena tahun 2020 adalah tahun awal munculnya wabah Covid-19.

Telah menjadi rahasia umum bahwasannya wabah Covid-19 sangat membawa dampak besar bagi banyak orang.

Bahkan bisa dikatakan ketika Covid-19 melanda itu merupakan mimpi buruk karena hampir semua hal serba terbatas.

Mulai dari keterbatasan ruang gerak di lingkungan masyarakat, sekolah, pekerjaan dan lain sebagainya. Seperti yang kita ketahui bahwa Covid-19 menelan banyak korban dan banyak pula yang dirugikan.

Salah satu kerugian yang dapat dirasakan yaitu dari segi ekonomi yang semakin hari semakin memburuk. Banyak pekerja yang di PHK, yang berniaga mengalami kerugian dan pekerja dalam bidang jasa sepi orderan termasuk ayah Nazma.

Sebelum Covid-19 terhitung tiap bulan ayah Nazma selalu merima job untuk acara wedding namun setelah Covid-19 melanda bahkan dalam kurun waktu yang lama seketika job yang diterima bisa terhitung jari.

Hal tersebut menyebabkan perekonomian keluarga Nazma memburuk bahkan ia harus mengubur cita-citanya untuk menjadi seorang chef dan les tata boga setelah lulus SMA.

Setelah lulus SMA, bukan hanya les tata boga yang tidak bisa Ia gapai tapi Ia harus mengurus neneknya yang sudah sangat paruh baya dan menderita suatu penyakit yaitu komplikasi.

Selain itu, Dia juga harus mengurus adiknya karena mau tidak mau sekarang Ia harus menjalankan peran ganda yaitu menjadi seorang kakak sekaligus ibu untuk adiknya.

Nazma harus memerankan peran ganda karena kini dikeluargaya membentang dua jembatan yang saling berlawanan.

Sudah jatuh tertimpa tangga, ya itulah peribahasa yang menurut dirinya cocok untuknya. Nazma sangat terpuruk dengan keadaan yang menimpanya, namun sebagai anak sulung Ia merasa punya tanggung jawab apalagi adiknya masih menempuh dunia pendidikan.

Tidak mudah bagi perempuan berusia 18 tahun untuk memikul beban yang begitu berat, karena diperlukan fisik dan mental yang sama kuat. Terkuburnya cita tentu membawa duka, perasaan marah, kecewa dan sedih hilir mudik silih berganti.

Tak hanya soal mimpi yang harus Nazma kubur dalam-dalam, tapi Ia harus menghadapi kenyataan yang sangat memilukan.

Nazma sangat terpuruk dengan keadaan yang menimpanya. Namun karena biaya kebutuhan hidup yang semakin hari semakin meroket maka Nazma akhinya memutuskna untuk berniaga yaitu dengan memanfaatkan bagian lahan di rumahnya untuk membuka warung.

Modal awal untuk berniaga tentu tidak murah tapi karena sewaktu Nazma kelas 3 SMA Ia mulai berniaga dengan menjual makanan di Sekolah dan uang hasil berniaga tersebut tidak ia pakai untuk foya-foya, melainkan uang tersebut ia tabung dan akhinya ia pakai untuk modal membuka warung.

Tercatat awal mulai Nazma berniaga dengan membuka warung yaitu tahun 2020 tidak lama setelah Ia lulus SMA.

Di warung tersebut Nazma menjual aneka makanan, mulai dari makanan ringan siap santap sampai makanan yang ia olah sendiri berupa seblak, bacil, spaghetti, cireng, kwetiau dan masih banyak lagi.

Membuka usaha tentu tidak mudah, pasang surut tentu telah menjadi makanan sehari-sehari untuknya begitu juga rasa lelah yang kian menyerta.

Tiap hari Nazma menjalankan rutinitasnya dengan berniaga, mengurus neneknya, adiknya serta semua urusan rumah pun dipegang olehnya.

Begitu banyak tanggung jawab yang dipikul oleh Nazma, sampai Ia sering merelakan waktunya untuk tidak berkumpul dengan teman-teman. Jangankan meluangkan waktu bersama teman, waktu untuk dirinya saja sulit untuk ia dapatkan.

Hanya malam yang memberikan Nazma sedikit waktu untuk dirinya, malam menjadi penjeda dikala kegiatan yang kian menyerta dari matahari terbit hingga terbenam.

Kamar tidur yang dulunya menjadi tempat untuk menghabiskan waktu kini menjadi saksi bisu bahwa hanya malam Nazma bisa berada di kamarnya, itupun hanya untuk beristirahat sejenak karena sebelum subuh ia harus sudah bergegas ke pasar untuk membeli keperluan di warungnya.

Suatu ketika pada tahun 2021 tiba-tiba Nazma berkeinginan untuk berhenti berniaga. Rasa lelah yang kian melanda menjadi salah satu alasan tersebar untuk tidak melanjukan usaha.

Lelah tersebut terus menghujamnya, tidak hanya lelah fisik tapi lelah hati dan pikiran pun kian menyerta. Sampai pada akhinya Ia mulai jarang membuka warung dan tentunya ini menjadi kesempatan untuk Ia menebus rasa lelah serta berkumpul dengan teman-temannya.

Seiring dengan berjalannya waktu Ia pun tersadar bahwa apa yang dilakukannya tidak benar. Maka akhirnya ia pun bangkit dengan menanamkan tekad kuat untuk terus berjuang demi keluarga dan dirinya.

Nazma lebih semangat menjalani rutinitas hariannya, walau lelah tapi Ia tidak menghiraukannya. Tercatat sampai sekarang yaitu tahun 2023 Nazma masih terus berniaga bahkan semakin banyak langganan di warungnya, banyak yang menyukai makanan olahannya dan tentu itu sangat menguntungkan.

Kini Ia pun bisa berkontribusi lebih banyak dalam mengurus biaya sekolah adiknya yang masih menginjak bangku SMP.

Nazma sadar bahwa Ia tidak sepenuhnya kehilangan cita-cita, Ia masih terus bisa memasak walau dalam ranah yang berbeda.

Terdapat pesan moral yang diberikan oleh Nazma, pesan tersebut yaitu “Jangan pernah putus asa dalam hal apapun, ujian kehidupan akan terus menyerta tapi tanamkanlah rasa sabar dan ikhlas yang menjadi kunci agar kita kuat dan tenang dalam menjalaninya”.

Lika-liku kehidupan dan pesan moral yang Nazma berikan itu menjadi inspirasi agar kita tidak boleh mudah putus asa. Kita harus terus mrajut asa walau dengan jalan yang tak sesuai harap.

Dalam kehidupan tentu tidak akan selamanya manis, begitu pula sebaliknya kehidupa tidak akan selalu pahit. Peribahasa yang mengataka hidup seperti roda yang berputar itu memang nyata. Tapi kunci dari semunya adalah ihktiar, sabar, ikhlas dan bersyukur.

Penulis: Adinda Putri Ayu Lestari
Mahasiswi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Suryakancana

Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui e-mail: redaksi@mahasiswaindonesia.id
Lalu konfirmasi pengiriman artikel via WA Admin: +62 811-2564-888 (Rahmat Al Kafi)
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI