Nilai Jeblok, Kami Tidak Takut!

Banyak sekali orang yang ngedumel sendiri ketika melihat nilai hasil studi mereka muncul. Tentu orang-orang yang ngedumel ini adalah orang-orang yang patah hati karena tidak salah lagi nilainya turun. Lebih parah, bukan cuma ngedumel, tapi juga rasa kekecewaannya itu di update sana-sini, mungkin supaya orang lain tau betapa pedih dan pilu penderitaan jiwa yang kini dialaminya. Syedih deh.

Kadang hidup sungguh nestapa, namun asa tetap ada, wowowo. Etdah malah nyanyi. Ya, walaupun nilai yang kita dapat jauh dari ekspektasi, tentunya bukan menjadi alasan bagi kita untuk mengibarkan bendera putih juga kan. Toh nilai yang diberikan guru juga belum tentu benar-benar valid. Yah contohnya saja adik tingkat saya, sebut saja namanya Bowo, dia termasuk anak yang rajin dan aktif dalam perkuliahan, namun sialnya karena dia tidak membeli buku bikinan yang mulia bapak dosen, nilainya jadi jeblok. Adil tidak sodara-sodara?

Nah, saya yakin pembaca yang budiman pasti pernah berada dalam posisi yang kampret macam di atas. Walau berbeda suasana namun serasa, sakit beib. Bagi saya pribadi, urusan nilai itu yah kita yang menentukan sendiri, lah wong kita sendiri yang belajar, kita yang usaha, kita yang keringetan, orang lain mah hanya sekedar menilai dari kacamata mereka sendiri saja kan yah.

Bacaan Lainnya

Ketika kita sudah berupaya semaksimal mungkin, usaha ini itu sudah, beli bukunya sudah, namun nilai tetep jeblok, di sini kita harus mulai banyak mendo’akan guru kita semoga beliau cepat diberi hidayah dan semoga beliau cepat pensiun selalu dalam lindungan-Nya. Perkara lumrah sebenarnya jika mendapatkan nilai jeblok, namanya juga hidup, kadang diatas kadang juga dibawah. Tapi yok jangan lama-lama amat juga di bawahnya.

Kekeliruan kolektif yang dianggap mutlak oleh banyak orang adalah dengan mendewakan nilai. Ya, deretan angka atau huruf tersebut seolah paling mencerminkan jati diri seseorang. Kita tahu atau mungkin pernah mengalami juga kalau ada diantara teman kita yang selalu rangking satu, juara olimpiade di sana dan di sini, pasti ia akan dinisbatkan sebagai siswa paling jenius, paling sholeh, paling rajin, paling disiplin, dan paling-paling lainnya di sekolah. Betul apa betul hayo?

Ya, aspek pertimbangannya hanya satu, yaitu nilai. Kalau kepribadian hanya dipertimbangkan dari aspek nilai, maka izinkan saya bertanya, apakah para koruptor yang doyan menggares uang rakyat itu bisa dikatakan berkepribadian mulia? Bukankah mereka sekolahnya tinggi-tinggi? Bukankah mereka orang-orang pilihan yang dulu berprestasi? Bukankah mereka juga orang-orang yang mempunyai catatan nilai yang kacida bagusnya ketika di sekolah? Tapi kenapa mereka malah korupsi coba? Kenapa? Jelaskan padaku? Ah sudahlah, pusing pala beby.

Ini hanya merupakan contoh penyadaran kepada kita bahwa sesungguhnya ihwal nilai jeblok itu tidak juga mempengaruhi derajat kemuliaan kita sebagai manusia. Toh derajat kemuliaan seseorang itu bukan dilihat dari besar kecilnya nilai rapot, tetapi dari besar kecil ketawaan kita pada yang maha kuasa kan. Sadees.

Jadi untuk urusan nilai jeblok, mau itu dapet coretan pulpen merah kek, cuma dapet nilai bentuk angsa kek, selama kita tahu dengan kemampuan kita sebenarnya yang lebih daripada itu yah nyantei weh lur. Kita nggak perlu gusar, kita nggak perlu galau, kita nggak perlu kecewa berlebihan, apalagi sampe diem-diem pake selimut, stel lagu Manusia Bodoh, terus inget mantan nangis 1×24 jam. Nggak Perlu beibeh.

Kita hanya perlu membuktikan bahwa setidaknya di tengah kejeblokan nilai atau IPK yang diperoleh, itu tidak akan berbanding lurus dengan jebloknya nilai moral kita juga keles. Yah, setidaknya kita tidak pinter keblinger seperti yang mulia paduka papah Setnov, om Gayus, ataupun tante Angelina. Nilai rapot biarlah urusan guru tapi nilai moral kita yang menentukan, toh yang lebih urgen bagi kita nilai moralnya kan. Jadi kalau dapet nilai jeblok jawabnya apa lur? Kami tidak takut!

Rahman Wahid

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui e-mail: redaksi@mahasiswaindonesia.id
Lalu konfirmasi pengiriman artikel via WA Admin: +62 811-2564-888 (Rahmat Al Kafi)
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI