Pemanfaatan Tanaman Sebagai Fitoterapi Pada Penyakit Diabetes Mellitus

Pemanfaatan Tanaman Sebagai Fitoterapi Pada Penyakit Diabetes Mellitus
Sumber: Penulis

Penyakit Diabetes Mellitus (DM) dikenal sebagai penyakit kencing manis atau penyakit gula darah adalah golongan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar gula dalam darah melebihi 150mg/dl, dimana batas normal gula darah adalah 70-150mg/dl, sebagai akibat adanya gangguan system metabolisme dalam tubuh, dimana organ pankreas tidak mampu memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh (Ernawati, 2013).

Oetari (2019: 27) menyatakan bahwa diabetes seringkali muncul tanpa gejala. Namun ada beberapa gejala yang harus diwaspadai sebagai isyarat kemungkinan diabetes. Gejala tipikal yang sering dirasakan penderita diabetes antara lain poliuria (sering buang air kecil), polidipsia (sering haus) dan polifagia (banyak makan / mudah lapar).

Selain itu sering pula muncul keluhan penglihatan kabur, koordinasi gerak anggota tubuh terganggu, kesemutan pada tangan dan kaki, timbul gatal yang seringkali sangat mengganggu (pruritus) dan berat badan menurun tanpa sebab yang jelas.

Bacaan Lainnya

Baca Juga: Pengaruh Daun Sirih Merah Terhadap Kadar Gula Darah pada Pasien Diabetes Mellitus

Salah satu faktor penyebab tingginya prevalensi diabetes melitus tipe 2 disebabkan oleh faktor lingkungan yang diperkirakan dapat meningkatkan faktor resiko diabetes mellitus tipe 2 adalah perubahan gaya hidup seseorang, diantaranya adalah kebiasaan makan yang tidak seimbang akan menyebabkan obesitas.

Selain pola makan tidak seimbang. aktifitas fisik juga merupakan faktor risiko diabetes mellitus. 0lahraga yang teratur dapat meningkatkan mutu pembuluh darah dan memperbaiki semua aspek metabolik termasuk meningkatkan kepekaan insulin serta memperbaiki toleransi glukosa.

Usia merupakan salah satu peningkatan risiko diabetes, khususnya pada usia lebih dari 45- 60 tahun, disebabkan karena pada usia tersebut mulai terjadi peningkatan intoleransi glukosa. Penuaan dapat menebabkan berkurangnya kemampuan sel pankreas dalam memproduksi insulin.

Selain itu pada individu yang berusia lebih tua terdapat penurunan aktivitas mitokondria di sel-sel otot sebesar 35%. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar lemak di otot sebesar 30% dan memicu terjadinya resistensi terhadap insulin.

Berdasarkan jenis kelamin prevalensi kejadian DM Tipe 2 pada wanita lebih tinggi daripada laki-laki. Resiko menderita DM bila salah satu orang tuanya menderita DM adalah sebesar 15%. Jika kedua orang tua memiliki DM maka resiko untuk menderita DM adalah 75% (Diabetes UK, 2010).

Baca Juga: Penggunaan Air Rebusan Lidah Buaya (Aloe vera) sebagai Pengobatan Penyakit Diabetes Melitus

Diabetes mellitus memiliki tujuan terapi untuk mencapai kadar glukosa normal tanpa terjadi hipoglikemia (rendahnya kadar gula dalam darah) serta memelihara kualitas hidup yang baik. Adapun hal yang harus diperhatikan dan diikuti pasien dalam pengobatan diabetes yaitu penurunan berat badan (diet gula), olahraga, pemantauan kadar glukosa darah, pengobatan serta edukasi.

Lebih dari 500 jenis tanaman telah terbukti mempunyai aktivitas hipoglikemia karena dalam tanaman tersebut terkandung senyawa-senyawa yang berkhasiat sebagai antidiabetes seperti polisakarida, protein, flavonoid, alkaloid, steroid, dan terpenoid.

Pare (Momordica charantia) yang memiliki kandungan kimia berupa flavonoid, polifenol dan saponin. Sambiloto (Andrographis paniculata) memiliki kandungan orthosiphon glukosa, minyak atsiri, saponin, polifenol, flavonoid, sapofonin, garam kalium dan myonositol.

Lidah Buaya (Aloe vera) memiliki kandungan kimia berupa aloe emodin yang tergolong dalam senyawa antraquinone yang mempunyai kemampuan menurunkan kadar gula darah. Selain itu, daun salam (Syzygium polyanthum) memiliki kandungan kimia berupa minyak atsiri, tannin, flavonoid (BPOM RI, 2013: 41).

Brotowali (Tinospora crispa) memiliki kandungan kimia terdiri dari alkaloid berberin dan kolumbin, glikosida pikroretosida, zat pahit pikroretin, damar lunak dan palmitin.

Pada saat ini, meskipun dunia pengobatan masih berkembang, namun pemanfaatan fitoterapi (obat bahan alam) sebagai salah satu alternatif bagi masyarakat untuk melakukan penyembuhan, terutama pada penyakit diabetes mellitus.

Obat bahan alam yang digunakan sedikit atau tidak terdapat efek samping yang merugikan dibandingkan pada penggunaan obat sintetis. Namun pada saat sekarang ini masi banyak terdapat kendala dalam pengolahan dari bahan alam tersebut agar dapat menjadi obat, masyarakat hanya melakukan pembuatan obat bahan alam berdasarkan informasi dari nenek moyang mereka, yang mana jika dilihat pada beberapa daerah itu bisa berbeda beda cara dan jumlah mereka mengolah tanaman hingga dapat dikonsumsi menjadi obat. Maka dari itu diperlukannya proses penelitian terhadap suatu tanaman hingga kita dapat memanfaatkanya secara optimal.

Baca Juga: Pengaruh Tanaman Daun Salam (Syzygium Polyanthum) sebagai Antihipertensi

Disini kami sudah melakukan study literatur terkait bagaimana cara pemanfaatan tanaman yang baik dan benar agar dapat dikonsumsi dengan aman sebagai obat diabetes mellitus. Tumbuhan yang dapat digunakan ialah tumbuhan obat yang memiliki senyawa berkhasiat sebagai antidiabetes.

Tanaman yang berkhasiat sebagai antidiabates merupakan tanaman yang mengadung senyawa yang dapat meransang kelenjar endokrin sehingga mempengaruhi produksi hormone dan mengubah proses  fisiologi organ tubuh.

Daun salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) merupakan salah satu tanaman yang banyak digunakan untuk menurunkan kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus kandungan kimia pada  daun salam yaitu tanin, minyak atsiri, sitral, eugenol, zat warna dan flavonoid (Widyawati ed al., 2014).

Senyawa flavonoid yang terkandung di dalam daun salam merupakan salah satu golongan senyawa yang dapat menurunkan kadar glukosa darah (Lelono,2013). Senyawa flavonoid di dalam daun salam mempunyai efek sebagai antioksidan.

Aktivitas  antioksidan mampu menangkap radikal bebas penyebab kerusakan sel β pankreas dan menghambat kerusakan sel β pankreas, sehingga sel β yang tersisa masih tetap berfungsi. Antioksidan tersebut diperkirakan mampu melindungi sejumlah sel-sel β yang tetap normal, sehingga memungkinkan terjadinya regenerasi sel-sel β yang masih ada melalui proses mitosis (Suryani et al., 2013).

Baca Juga: Kakao sebagai Senjata Ampuh Cegah Diabetes

Penelitian yang dilakukan oleh Widyawati pada tahun 2015 mengenai uji efektivitas ekstrak metanol daun salam pada kadar gula darah tikus yang diinduksi menjadi hiperglikemia.

Hasil yang didapatkan bahwa ekstrak metanol daun salam dengan pemberian berulang metformin dan tiga dosis ekstrak metanol yaitu 250 mg, 500 mg dan 1000 mg/kgBB selama enam hari menyebabkan penurunan yang signifikan pada tikus diabetes yang diinduksi STZ (Widyawati et al., 2015).

Kemudian pada tahun 2017, Sri Wahjuni dan Wita melakukan penelitian uji efek hipoglikemik dan antioksidan ekstrak etanol daun salam pada tikus yang diinduksi aloksan. Hasil yang didapatkan bahwa ekstrak etanol daun salam dapat menurunkan kadar glukosa darah tikus yang diinduksi aloksan pada dosis 5 mg/kgBB (Wahjuni dan Wita, 2017).

Dari hasil penelitian tersebut kita dapat mengguakan daun salam sebagai pengobatan penyakit diabetes mellitus yang dapat kita olah secara sederhana yaitu dengan menyiapkan 8 lembar daun salam lalu direbus menggunakan 2 gelas air sampai air rebusan berkurang hingga setengahnya.

Rebusan daun ini dapat diminum 2 kali sehari pada pagi dan malam hari. Peringatan air rebusan daun salam ini tidak dianjurkan pada penderita kelainan hati dan ginjal.

 

Penulis: Fathin Lathifa Rahma
Mahasiswa Jurusan Farmasi, Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Padang

 

Editor: I. Khairunnisa

Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui e-mail: redaksi@mahasiswaindonesia.id
Lalu konfirmasi pengiriman artikel via WA Admin: +62 811-2564-888 (Rahmat Al Kafi)
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI