Pemuda sebagai Solusi Praktis NKRI

Pemuda adalah aktor kunci dalam sebagian besar proses perubahan ekonomi dan sosial. Bila dibuka lembaran dalam berbagai kajian sejarah tentang lahirnya suatu peradaban bangsa di bumi manapun tidak terlepas dari peran pemuda.

Mengambil contoh dari Indonesia, dua tema penting dalam kajian-kajian makro perubahan sosial yaitu; proses urbanisasi (pergerakan spasial populasi) dan de-agrarianisasi (pergeseran sektoral dalam pekerjaan).

Sering dilupakan bahwa kedua pergeseran ini umumnya dilakukan oleh pemuda, Perjuangan untuk merebut kemerdekaan hingga pembacaan teks proklamasi tahun 1945 juga atas prakarsa pemuda.

Bacaan Lainnya

Begitupun dengan peralihan kekuasaan dari Orde Lama ke Orde Baru kemudian pada Orde Baru ke Orde Reformasi juga digerakkan oleh pemuda, khususnya mahasiswa.

Menilik kutipan dari Anis Baswedan, “Anak muda itu memang minim pengalaman, Maka dari itu mereka tidak menawarkan masa lalu, mereka menawarkan masa depan.

Merujuk dari statement tersebut memberikan adanya fakta sosial bahwa memang dari segi pengalaman pemuda sangat minim, faktor yang paling utama adalah karena usia.

Hal ini yang sering menimbulkan asumsi masyarakat contohnya (anak kemarin sore atau apa?) dalam masyarakat konservatif asumsi seperti inilah yang sering kita jumpai sehingga pemuda kurang mendapatkan tempat untuk mengutarakan pendapat, hal ini sangat bertentangan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di muka umum.

Namun, di sisi lain pemuda juga memiliki nilai jual lebih terutama tentang gagasan-gagasan serta berbagai inovasi yang kreatif untuk memberikan solusi yang terbaik.

Saat ini, data dari BPS (Badan Pusat Statistik) diperkirakan ada sekitar 63,82 juta jiwa pemuda yang tersebar dari barat sampai timur wilayah Indonesia dan mengisi hampir seperempat penduduk Indonesia (24,15 persen).

Meskipun mereka tidak mendominasi proporsi penduduk Indonesia, pada kenyataannya 63 juta penduduk bukanlah jumlah yang kecil. Akan sangat berarti jika jumlah yang tidak sedikit ini diiringi dengan kualitas yang mumpuni, karena kuantitas yang besar tidak berarti mengalahkan kualitas.

Artinya, jumlah pemuda yang besar pada suatu negeri tidaklah bernilai apa-apa ketika tidak ada atau sedikit sekali yang berkarya, mandiri, profesional, serta berakhlak tinggi.

Baiknya kita amati dulu berbagai fakta-fakta sosial bangsa Indonesia saat ini, maka di situlah akan tercermin pemudanya.

Negeri kita tidak hanya kaya akan budaya namun juga kaya akan konflik, namun dalam mindset yang tertanam oleh banyak orang mengartikan sebuah konflik adalah sesuatu yang berujung pada suatu disintegrasi, dalam sebuah konflik tidak selalu berdampak negatif tetapi juga banyak hal-hal positif lainnya seperti apa yang dituliskan oleh Prof. Dr. I. B. Wirawan (2012) dalam sebuah buku yang berjudul teori sosial Indonesia, konflik yang terjadi di dalam masyarakat tidak semata-mata menunjukkan fungsi negatifnya saja, tetapi dapat pula menimbulkan dampak positif, misalnya meningkatkan solidaritas antar sesama dan integrasi suatu kelompok atau sistem.

Sangat disayangkan jika masa muda yang seharusnya digunakan untuk sarana pengembangan diri justru digunakan untuk kegiatan yang cenderung regresif karena diri sendiri terkadang lepas kontrol dalam bertindak, tindakan-tindakan yang dilakukan juga sangat bertolak belakang dengan nilai-nilai kepribadian luhur yang berlandas pancasila itu sendiri, oleh karena itu sebagai seorang pemuda yang diharapkan oleh para leluhur negeri ini, marilah kita menyikapi berbagai fenomena-fenomena negeri yang begitu kompleks ini dengan (3M).

Pertama, Meningkatkan budaya literasi. Sebuah keharusan bagi kita generasi muda untuk berpandangan luas karena banyak sekali berbagai jenis literatur yang bisa kita baca baik dari buku maupun dari sumber lain. Sebagai agent of change (agen perubahan) harus mengetahui masalah-masalah pokok di negeri ini. Kita harus mampu berpikir secara lebih kritis dan merenungkannya, Dengan hal semacam itu kiranya kita bisa berjuang untuk mampu memberikan solusi praktis buat bangsa ini.

Kedua, Memperkuat karakter, mengapa demikian? Karena pemuda harus menyadari bahwa untuk memfilter masuknya budaya-budaya yang masuk ke indonesia. Selain itu pentingnya penanaman karakter yang kuat yaitu dengan mengimplementasikan nilai-nilai pancasila hal ini karena Pancasila merupakan warisan dari leluhur bangsa Indonesia, Itulah karakter utama pemuda Indonesia.

Bimo Laksono Mahardika
Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta

Editor: Ahmad Zuhri

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui e-mail: redaksi@mahasiswaindonesia.id
Lalu konfirmasi pengiriman artikel via WA Admin: +62 811-2564-888 (Rahmat Al Kafi)
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI