Peranan Faktor-Faktor Sosial dalam Rivalitas Dunia Sepakbola

Sepakbola
Sepakbola (Sumber: Goal.com)

Sepakbola adalah olahraga yang memiliki penggemar terbesar di dunia. Tidak hanya anak kecil, orang dewasa turut menggemari olahraga ini.

Baik orang Asia, Afrika, Eropa, Amerika dan Australia sangat menyukai sepakbola. Kita bisa melihat tingginya animo seluruh dunia ketika pagelaran Liga Champions atau World Cup.

Seakan denyut kehidupan masyarakat berhenti sejenak ketika tim atau negara favoritnya bertanding. Belum lagi euforia yang dirasakan masyarakat apabila tim favoritnya memenangkan kejuaraan.

Bacaan Lainnya

Sebagai contoh ketika Argentina memenangkan Piala Dunia 2022 di Qatar. Pemerintah Argentina menetapkan libur satu hari untuk merayakan juara tim asuhan Lionel Scaloni tersebut.

Sepakbola tidak hanya permainan antara 22 pemain di lapangan. Tim-tim sepakbola di dunia memiliki basis suporter loyal. Suporter merupakan pemain ke-12 bagi tim tersebut.

Mereka terus mengumandangkan yel-yel untuk mendukung tim kesayangannya. Tanpa suporter, permainan sepakbola akan menjemukan dan acapkali tidak menarik untuk ditonton.

Suporter adalah ruh sebuah tim. Basis suporter juga memiliki peranan penting untuk menghidupkan roda ekonomi tim tersebut.

Pembelian tiket musiman, hak siar serta mengoleksi merchandise klub tersebut merupakan bukti pentingnya peranan suporter dalam tim sepakbola.

Beberapa tim sepakbola didirikan tidak hanya murni untuk bermain sepakbola. Tetapi beberapa tim dibentuk untuk menyuarakan aspirasi politik, ideologi, agama, ekonomi dan strata sosial tertentu atau untuk melawan suatu ideologi lainnya yang bersebrangan.

Hal ini menjadikan sepakbola melahirkan rivalitas berkepanjangan dan kadang menyebabkan korban jiwa di pihak tertentu.

Sebagai contoh yaitu Old Firm Derby di Skotlandia, North West Derby di Inggris, El Clasico di Spanyol, Derby Athena di Yunani serta Kitar Arasai Derby di Turki.

Rivalitas-rivalitas ini menunjukkan bahwa sepakbola bukan hanya sebuah permainan tetapi sebagai wadah aspirasi kelompok tertentu.

Old Firm Derby adalah salah satu rivalitas terpanas di dunia. Mempertemukan antara dua tim dari Glasgow, Skotlandia yaitu Glasgow Celtic dan Glasgow Rangers.

Rivalitas antar kedua tim ibukota berjalan panas dan menghasilkan banyak kartu kuning dan merah. Rivalitas ini mewakilkan dua kelompok agama Katholik dan Protestan. Celtic mewakili kelompok Katholik sedangkan Rangers mewakili kelompok Protestan.

Perselisihan antar Katholik dan Protestan diawali oleh Revolusi Katholik yang dicetuskan Martin Luther tahun 1517 dan menyebabkan permusuhan berkepanjangan antara dua kelompok agama tersebut.

Tidak hanya soal agama, ekonomi turut memberikan andil dalam Rivalitas yang terjadi. Rivalitas lainnya yaitu North West Derby antara Manchester United dan Liverpool.

Duel tim tersukses di Inggris tersebut selalu melahirkan permainan keras antar kedua tim. Persaingan kedua tim disebabkan masalah ekonomi antara kedua kota yaitu Manchester dan Liverpool.

Manchester adalah salah satu kota yang paling maju di Inggris akibat Revolusi Industri sedangkan Liverpool merupakan kota pelabuhan yang membawa komoditi yang dihasilkan Manchester.

Simbiosis mutualisme yang harmonis antar kedua kota mulai rusak akibat Depresi dunia tahun 1878. Manchester menganggap Liverpool menaikkan tarif tinggi yang menyebabkan sulitnya jalur distribusi untuk produk-produk Manchester.

Hal ini menyebabkan Manchester membuka pelabuhan sendiri untuk jalur distribusi produk-produk mereka.

Tindakan yang dilakukan warga Manchester menyebabkan pendapatan penduduk Liverpool berkurang drastis sehingga menimbulkan kebencian mendalam antar penduduk kota tersebut.

Rivalitas antar kedua kota tersebut yang diwakili oleh Manchester United dan Liverpool masih berlangsung hingga kini.

Rivalitas lainnya yaitu El Clasico di Spanyol antara Real Madrid dan Barcelona. Rivalitas panas antar kedua tim menghasilkan pertandingan dengan tensi tinggi dan ‘hujan’ kartu kuning dan merah.

Salah satu peristiwa ikonik yaitu transfer Luis Figo dari Barcelona ke Madrid tahun 2000. Transfer ini membuat marah Cules dan mereka melempar kepala babi ke Figo ketika mengambil corner kick pada saat Barcelona menjamu Real Madrid di Camp Nou.

Rivalitas sarat gengsi disebabkan konflik politik dan regional yang disebabkan Perang Sipil Spanyol 1936-1939.

Barcelona adalah ibukota Catalonia yang merupakan daerah Otonom yang mempunyai bahasa dan budaya yang berbeda.

Barcelona dianggap simbol perlawanan untuk kemerdekaan Catalonia. Sedangkan Real Madrid dianggap representasi dari elit Spanyol yang dipimpin Jenderal Franco.

Rivalitas ini terus berlanjut hingga kini dan selalu menampilkan pertandingan dengan tensi yang tinggi.

Lain lagi dengan Derby Athena yang terjadi di Yunani. Rivalitas ini terjadi antara dua klub ibukota Yunani yaitu Olympiakos dan Panathinaikos.

Dua klub ini mewakilkan antara dua strata sosial yang berbeda. Olympiakos yang berbasis di Piraeus merupakan simbol kaum pekerja dan kaum miskin disana, sedangkan Panathinaikos yang berbasis di Athena merupakan representasi kaum elit menengah keatas dan kaya raya.

Rivalitas kedua tim selalu berjalan panas dan tak jarang terjadi baku pukul antar kedua suporter. Rivalitas panas ini menjadikan Derby Athena menjadi derby terpanas keempat di dunia menurut Football Derbies.

Tidak dapat dipungkiri bahwa sepakbola tidak dapat dipisahkan oleh faktor-faktor sosial masyarakat karena beberapa tim sepakbola didirikan untuk menjadi wadah aspirasi masyarakat.

Menurut Kuntowijoyo, ciri khas abad 19 adalah mobilisasi massa dalam mengkampanyekan ideologi, politik, agama dan strata sosial tertentu.

Dan sepakbola dianggap salah satu wadah efektif untuk menyuarakan hal tersebut. Sepakbola memainkan peranan penting dalam menyuarakan penolakan tertentu seperti Invasi Israel ke Palestina dan Invasi Rusia ke Ukraina.

Tidak mungkin untuk memisahkan faktor-faktor sosial dalam sepakbola. Hanya saja kita harus bijak dalam menyuarakannya.

Kita tidak boleh mengutarakan aspirasi dalam bentuk anarkis tetapi menggunakan kreatifitas seperti membuat koreo, menyanyikan yel-yel dukungan atau membuat gerakan tertentu yang mematuhi hukum.

Rivalitas jangan sampai membuat kita gelap mata dan menghalalkan segala cara dalam mendukung tim kesayangan kita.

Boleh kita berkompetisi, boleh kita memiliki rivalitas asalkan tidak melanggar hukum serta selalu menjaga sportivitas.

Penulis: Tomy Rahim
Mahasiswa Sejarah dan Peradaban, Al Azhar Mesir

Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui e-mail: redaksi@mahasiswaindonesia.id
Lalu konfirmasi pengiriman artikel via WA Admin: +62 811-2564-888 (Rahmat Al Kafi)
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI