Piriformis Syndrome: Gejala, Faktor, Diagnosis dan Pencegahan

Piriformis

Piriformis sindrome adalah gejala yang disebabkan oleh tekanan pada saraf di punggung bagian bawah oleh otot piriformis. Kondisi ini ditandai dengan nyeri dan mati rasa yang muncul di bokong dan bagian belakang tungkai.

Otot piriformis adalah otot yang terletak di bokong (gluteus maximus), dekat dengan sendi pinggul. Otot ini berperan penting dalam membantu pergerakan tubuh bagian bawah dan menjaga keseimbangan. Namun, jika digunakan secara berlebihan atau dibiarkan tidak aktif dalam waktu lama, otot piriformis dapat mengalami cedera atau peradangan.

Baca juga: De Quervain Syndrome, as a Texting Thumb, Gamer’s Thumb or Washer Woman’s Thumb: Apa itu dan Bagaimana Cara Menanganinya?

Bacaan Lainnya

Etiologi

Etiologi sindrom piriformis masih belum jelas namun gejalanya mungkin akibat neuritis bagian proksimal nervus iskiadikus. Muskulus piriformis selain mengiritasi, dapat pula menekan nervus iskiadikus, terkait dengan spasme dan/atau kontrakturnya, masalah ini menyerupai iskialgia diskogenik (pseudoiskialgia).

Di kebanyakan pasien penyebab pasti kejang piriformis tidak diketahui. Ketat otot, adhesi, dan kejang kemungkinan disebabkan oleh kegiatan yang terlalu sering digunakan seperti bersepeda dan kegiatan olahraga lainnya.

Tekanan pada saraf dapat menyebabkan pembengkakan, peradangan, dan gejala iritasi saraf lainnya. Penyebab piriformis syndrome lainnya dianggap sebagai anomali anatomi, seperti split piriformis, aberasi atau struktur pembuluh darah, atau linu panggul yang tidak biasa.

Sindrom piriformis dapat dibagi atas penyebab primer dan sekunder. Penyebab primer terjadi akibat kompresi saraf langsung akibat trauma atau faktor intrinsik muskulus piriformis, termasuk variasi anomaly anatomi otot, hipertrofi otot, inflamasi kronik otot, dan perubahan sekunder akibat trauma semacam perlengketan (adhesi).

Penyebab sekunder termasuk gejala yang terkait lesi massa dalam pelvis, infeksi, anomali pembuluh darah atau simpai fibrosis yang melintasi saraf, bursitis tendon piriformis, inflamasi sakroiliaka, dan adanya titik-titik picu myofasial.

Baca juga: Hubungan Penggunaan Smartphone dengan Pasien Carpal Tunnel Syndrome

Gejala dan Tanda

Kompresi atau iritasi nervus iskiadikus dapat terjadi jika muskulus piriformis meradang, bengkak, atau kaku. Hal ini dapat terjadi karena aktivitas berlebihan, duduk sepanjang hari, dan berbagai aktivitas yang melibatkan posisi duduk lama.

Gejala paling sering adalah nyeri setelah duduk lebih dari 15 menit, terkadang penderita juga merasa sulit berjalan dan nyeri saat aktivitas melibatkan gerakan rotasi internal, seperti duduk bersila.

Beberapa gejala antara lain:

  • Kaku atau nyeri di bagian pinggul atau pantat
  • Nyeri menjalar dari bokong ke bagian hamstring atau betis
  • Kesemutan ekstremitas bawah
  • Nyeri dan kaku saat adanya tekanan pada muskulus piriformis, seperti saat duduk.
  • Nyeri pinggang
  • Nyeri ketika duduk lebih dari 15 menit
  • Nyeri ketika berjalan

Faktor Resiko

Prevalensi pada wanita lebih tinggi 6 kali lipat dibandingkan pria, mungkin berkaitan dengan lebih lebarnya muskulus kuadriseps femoris (Q angle), perbedaan struktur pelvis, atau perubahan hormonal yang dapat mempengaruhi otot sekitar pelvis.

Sindrom piriformis sering pada usia produktif dan lanjut usia, dapat muncul pada segala golongan pekerjaan dan aktivitas. 

Beberapa aktivitas dan kondisi yang dapat meningkatkan risiko sindrom piriformis adalah:

  • Mengangkat beban berat
  • Memaksakan diri saat latihan atau berolahraga
  • Melakukan gerakan berulang pada tungkai, seperti berjalan atau berlari
  • Sering duduk dalam waktu lama atau naik tangga
  • Melakukan gerakan berputar tiba-tiba pada pinggul
  • Mengalami luka tusuk pada otot piriformis
  • Terbentur pada otot piriformis saat berolahraga
  • Mengalami kecelakaan saat berkendara
  • Terjatuh.

Baca juga: What You Need To Know : Battered Woman Syndrome

Diagnosis

1. Pemeriksaan Fisik

Temuan klinis yang sering adalah kekakuan pada palpasi muskulus piriformis. Pada palpasi dapat teraba massa berbentuk seperti sosis pada bokong yang merupakan muskulus piriformis yang berkontraksi. Metode pemeriksaan fisik yang dilakukan yaitu :

Piriformis Sign 

Piriformis sign adalah adanya rotasi eksternal kaki ipsilateral pada posisi berbaring relaks. Lasègue sign adalah rasa nyeri pada penekanan muskulus piriformis dan saat pengangkatan tungkai lurus 90 derajat. 

Lasegue Sign

Lasègue sign adalah rasa nyeri pada penekanan muskulus piriformis dan saat pengangkatan tungkai lurus 90 derajat

Freiberg Sign

Freiberg Sign adalah rasa nyeri pada gerakan rotasi internal pasif pinggang.

Pace Sign

Pace sign dikenal dengan tes FAIR (flexion, adduction, and internal rotation). Tes ini dilakukan dengan cara pasien berbaring posisi miring, bagian yang dicurigai kelainan berada di atas, pinggul fleksi 60°, lutut fleksi 60°-90°.

Pemeriksa melakukan gerakan rotasi internal dan adduksi pinggul dengan memberi tekanan pada lutut.

Betty Sign

Beatty sign dilakukan dengan cara pasien berbaring miring pada sisi sehat, lalu mengangkat dan  menahan lututnya setinggi 4 inci, tes dinyatakan positif apabila dirasakan nyeri.

2.  Pemeriksaan Penunjang 

Modalitas diagnostik seperti Computer Tomography-scan (CT-scan), Magnetic Resonance Imaging (MRI), Ultrasound (USG), dan Electromyography (EMG). MRI dapat mengidentifikasi adanya anomali anatomis yang menyebabkan kompresi nervus iskiadikus.

MRI lebih sensitif dibandingkan CT scan dan USG. CT-scan dan USG dapat mengidentifikasi adanya massa yang dapat  menyebabkan kompresi nervus iskiadikus. EMG dapat membedakan sindrom piriformis dari herniasi diskus intravertebralis

Penatalaksanaan Fisioterapi

  • Infra Red
  • Transcutaneus Electrikal Nerve Stimulasi (TENS)
  • Terapi Latihan (Streatching)

Pencegahan

  • Lakukan olahraga secara rutin, tetapi jangan berlebihan.
  • Lakukan pemanasan dan peregangan sebelum berolahraga.
  • Tingkatkan intensitas olahraga secara bertahap, dan jika muncul nyeri, hentikan lalu istirahat sampai nyeri hilang.
  • Jangan berlari di permukaan yang menanjak atau tidak rata. Hindari duduk atau berbaring dalamwaktu lama

Penulis: Muhammad Amin
Mahasiswa universitas binawan Prodi Fisioterapi 2019

Dosen: Apriani Riyanti, S.Pd., M.Pd 

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui e-mail: redaksi@mahasiswaindonesia.id
Lalu konfirmasi pengiriman artikel via WA Admin: +62 811-2564-888 (Rahmat Al Kafi)
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI