Serangan Gelombang Panas yang Akhir-Akhir ini dirasa Tidak Wajar

Cuaca Panas
Cuaca panas di Monumen SLG Kediri

Wilayah Indonesia yang berada di kawasan Asia Tenggara dan tepat di garis katulistiwa menyebabkan Indonesia hanya memiliki 2 musim dalam setahun musim kemarau dan musim hujan.

Sudah menjadi langganan bagi kita penduduk Indonesia di pertengahan tahun akan mengalami kekeringan tepatnya dari bulan April hingga Juni mendatang dan puncaknya pada bulan Juli sampai Agustus menurut prakiraan dari Badan Meteorologi, Klimatofisika, dan Geofisika Indonesia sudah menjadi hal wajar bagi kita merasakan hawa panas yang terjadi.

Namun tahun 2023 ini terasa sedikit berbeda, beberapa tempat di Indonesia mengalami rekor baru dalam kenaikan suhu, dari BMKG Ciputat melaporkan tercatat 37,2 derajat celcius yang terjadi pada 17 April 2023 lalu, kendati cukup tinggi, namun suhu di Indonesia tak akan mencapai gelombang panas seperti yang terjadi di Bangladesh yang mencapai hingga 51,2 derajat, India atau Thailand 44,6 derajat.

Bacaan Lainnya

Diprediksi tahun 2023 ini akan mengalami musim kemarau yang terasa lebih kering dari sebelumnya. BMKG mengatakan penyebab pertama suhu panas di Indonesia ialah dinamika atmosfer yang tidak biasa hampir diseluruh Asia.

Salah satu contohnya adalah terjadinya fenomena El Nino, yaitu kondisi ketika suhu permukaan laut di kawasan Hindia-Pasifik menjadi lebih hangat dari biasanya. melansir dari Antara “Suhu panas ekstrem melanda negara-negara Asia sepekan terakhir.

Indonesia tidak mengalami gelombang panas, tetapi suhu maksimum udara permukaan tergolong panas,” terang Pelaksana Tugas atau PLT Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Dodo Gunawan, pada 24 April 2023.

Gelombang panas lah menjadi faktor penyebabnya, di beberapa negara di Asia saat ini sedang mengalami “heatwave” atau gelombang panas. “Hal ini tak biasa terjadi sehingga menjadi perbincangan hangat dunia terkini,” dikutip dari unggahan resmi BMKG di Instagram pada Selasa, 25 April 2023.

Tren pemanasan global dan perubahan iklim dunia juga mempengaruhi fenomena ini menjadi penyebab rusaknya lapisan ozon di bumi yang menyebabkan radiasi sinar matahari masuk langsung ke permukaan bumi.

Baca juga: https://mahasiswaindonesia.id/kepingan-kehancuran-akibat-pemanasan-global/

Salah satu penyebab lain pemanasan global adalah efek rumah kaca dimana gas seperti karbon dioksida yang terperangkap dan mengumpul di atmosfer bumi menahan panas bumi dari matahari kembali memantul ke permukaan bumi yang sudah panas dan terus berulang.

Fenomena ini sebenarnya wajar saja bahkan jauh sebelum era industri yang pesat, namun efek rumah kaca ini diperparah oleh meningkatnya aktifitas manusia yang menyebabkan pemanasan global.

Pembuatan energi yang tidak terbarukan dari bahan bakar fosil, penggunaan transportasi yang menghasilkan gas CO2, kegiatan manufaktur pabrik yang tidak memiliki sistem filter yang baik dalam mengolah limbah gas mereka juga dapat memperburuk kualitas atmosfer kita.

Yang dapat kita lakukan sebagai masyarakat umum biasa adalah untuk mengurangi jejak karbon limbah udara, ataupun polusi adalah dengan menghemat energi.

Karena sebagian besar energi listrik yang dihasilkan di Indonesia berasal dari pembakaran atau pengolahan batu bara, minyak dan gas, bisa beralih menggunakan kendaraan transportasi umum yang hemat energi dan ramah lingkungan dari pada menggunakan kendaraan pribadi.

Yang dapat kita lakukan lainnya untuk mengurangi emisi karbon yaitu dengan mengurangi sampah sekali pakai, menggunakan kembali, memperbaiki barang yang masih bisa dipakai dan mendaur ulang.

Penanaman pohon atau yang sering dikenal reboisasi juga dapat membantu karena aktifitas kegiatan fotosintesis yang dilakukan.

Tanaman berdaun hijau dalam mengubah gas CO2 menjadi gas oksigen O2 yang banyak diperlukan makhluk hidup dan membuat sejuk, tidak hanya mengubah gas CO2, namun akar dari pohon-pohon juga mampu untuk menjaga kadar air dalam tanah, tidak lupa untuk mengajak orang lain juga menjaga melestarikan lingkungan.

Bahaya yang dapat ditimbulkan dari pemanasan global ini mulai dari pemasaan suhu, mencairnya es di kutub yang membuat naiknya permukaan air laut dan menyebabkan bebarapa pulau kecil tenggelam, menguapnya debit air di daratan, kiris air bersih, mengeringnya persawahan di daerah yang sulit terjangkau sumber mata air, serta menurunnya hasil produksi pertanian karena banyak tanaman yang tidak kuat akan musim kemarau yang panjang.

Kekeringan yang berkelanjutan juga dapat menyebabkan kebakaran hutan yang sulit ditangani menyebabkan kabut asap tebal yang mengganggu sistem pernafasan dan penglihatan.

Selain dampak ke lingkungan sekitar serangan heatwave juga sangat berbahaya bagi tubuh manusia, seseorang yang terpapar terlalu banyak cuaca panas dapat mengalami “heatstroke”.

Heatstroke ialah kondisi dimana tubuh tidak dapat mengkontrol suhu tubuh dan mengalami dehidrasi yang hebat, kekurangan cairan tubuh, merasa pusing sakit kepala, halusinasi dan pingsan.

Dampak lainnya adalah sinar UV yang bisa merusak jaringan kulit menyebabkan rasa terbakar dan yang paling parah adalah menyebabkan kanker kulit.

Mengingat dampak yang ditimbulkan bagi tubuh kita, maka sangat penting untuk berhati-hati dan melindungi diri selama terjadi cuaca panas ekstrem.

Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk tetap menjaga kesehatan tubuh dengan tetap terdehidrasi dengan baik, seperti:

  1. Banyak meminum air sedikitnya delapan gelas sehari.
  2. Mengkonsumsi banyak buah dan sayuran yang mengandung banyak antioksidan maupun yang banyak mengandung air seperti: semangka, buah naga, mentimun, dan tomat.
  3. Hindari makan gorengan dan junk food karena meningkatkan resiko terkena radang tenggorokan
  4. Kurangi juga dalam mengkonsumsi makanan yang meningkatkan suhu tubuh seperti: jahe, cabai, lada, dan garam.
  5. Bila diperlukan boleh memakai suplemen multi vitamin tambahan.
  6. Jika beraktifitas di luar ruangan hindari paparan sinar matahari secara langsung gunakan topi atau pakaian yang nyaman tidak menimbulkan banyak keringat atau dapat menyerap keringat dengan baik
  7. Gunakan pelembab untuk menjaga hidrasi kulit atau tabir surya agar sinar UV tidak langsung merusak jaringan epidermis kulit.

 

Penulis: Farhan Rahmatullah
Mahasiswa Teknik Mesin, Universitas Muhammadiyah Malang

 

Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui e-mail: redaksi@mahasiswaindonesia.id
Lalu konfirmasi pengiriman artikel via WA Admin: +62 811-2564-888 (Rahmat Al Kafi)
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI