SINOMAN: Sebuah Adat Masyarakat Kayen untuk Membentuk Kerukunan dan Rasa Solidaritas

SINOMAN
Ilustrasi Solidaritas (Sumber: Media Sosial dari freepik.com)

Sebagaimana kita ketahui bahwa budaya merupakan suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sekelompok orang, serta diwariskan dari generasi ke generasi.

Budaya terbentuk dari kebiasaan-kebiasaan orang yang berakhir sebagai pedoman dan adat dari sekelompok orang yang melakukannya dan tetap lestari tanpa perlu literatur.

Terkadang suatu budaya tidak akan sama seperti permulaannya, banyak perubahan serta penambahan-penambahan yangmana tidak berubah dari esensi budaya itu sendiri. Hal ini terjadi karena perkembangan teknologi dan sarana pra sarana yang ada sesuai zamannya.

Bacaan Lainnya

Ini juga yang terjadi pada masyarakat Kayen di Pati. Ada satu kegiatan unik yang dilakukan oleh masyarakat ketika salah satu dari mereka hendak mempunyai hajatan yang dinamakan dengan istilah Sinoman.

Sinoman merupakan suatu akad penawaran bantuan  yang dilakukan oleh keluarga atau kerabat dekat kepada seseorang yang hendak mempunyai hajatan.

Lalu orang tadi akan mengembalikan kepada keluarga atau kerabat dekat yang nyinom (memberikan sinoman) sesuai dengan apa yang diberikan ketika mereka juga memiliki hajat.

Penawaran yang diberikan biasanya dalam bentuk barang maupun jasa misalnya berupa dangdut, rokok, sound system, beras, bahkan semen.

Biasanya sinoman paling sering dilakukan ketika hajatan nikahan atau membangun rumah. “Misal saya membangun rumah dan kerabat saya memberikan semen lima karung, ya, nanti kalau dia membangun rumah juga saya memberikan semen lima karung juga,” ungkap Buyung saat diwawancarai.

Tujuan dari sinoman sendiri adalah untuk menjaga tali silaturahim antar keluarga dan kerabat dekat juga menjaga kerukunan dan keterikatan sosial agar saling gotong royong dan rasa solidaritas.

Meskipun begitu sinoman tidak dapat disamakan dengan hutang karena memang akad yang dilakukan tidak berupa hutang.

Hal ini murni kesadaran dari orang yang telah diberikan bantuan. “Jadi secara otomatis jika orang yang telah memberikan bantuan mempunyai hajat yang sama maka dia akan mengembalikan barang sesuai dengan apa yang mereka dapat dulu,” imbuh Buyung. Hal ini membuktikan bahwa solidaritas antar keluarga dan kerabat masih terjaga dengan baik.

Ditilik dari tujuan tersebut dapat dipandang sejalan dengan teori hierarki Abraham Maslow yang menyebutkan bahwa termasuk dari kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan akan rasa memiliki.

Kebutuhan-kebutuhan ini meliputi dorongan untuk dibutuhkan oleh orang lain agar ia dianggap sebagai warga komunitas sosialnya.

Kebutuhan penghargaan, yaitu dimana manusia butuh atas menghormati orang lain dan kebutuhan akan status , ketenaran, kemuliaan, pengakuan, perhatian, reputasi, apresiasi, martabak, bahkan dominasi. Dan kebutuhan aktualisasi diri, yaitu merupakan kebutuhan pembuktian kepada orang lain bahwa diri kita bisa dan mampu.

Maka sesuai dengan teori hierarki tersebut dapat dikatakan bahwa dengan sinoman ini akan memperkuat tali persaudaraan dan membentuk kerukunan antar keluarga dan kerabat dekat agar selalu paham bahwa manusia tidak bisa lepas dari pertolongan manusia yang lain.

 

Penulis: Muhammad Ainun Najib
Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Islam, IAIN Kudus

 

Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui e-mail: redaksi@mahasiswaindonesia.id
Lalu konfirmasi pengiriman artikel via WA Admin: +62 811-2564-888 (Rahmat Al Kafi)
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI