Sistem Perekonomian di Kampung Naga

Kampung Naga
Ilustrasi Kampung Naga (Sumber: Media Sosial dari freepik.com)

Kampung Naga merupakan sebuah perkampungan adat sunda yang berada di wilayah Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat.

Kampong Naga dihuni dengan sekelompok orang yang masih sangat kental dengan adat istiadat yang diwariskan oleh leluhurnya.

Kampug Naga sangat terbuka kepada orang baru yang ingin berkunjung dan mempelajari adat istiadat disana tetapi untuk menetap di Kampung Naga tidak bisa karena mereka takut akan ngerubah, merusak, dan mengganggu kelestarian kampung Naga itu sendiri.

Bacaan Lainnya

Desa ini menyuguhkan pandangan yang sangat indah dengan pepohonan, sungai Cai Wulan yang sangat indah dan bersih, dan hamparan sawah yang menyejukkan mata. Kondisi tanah didesa tersebut sangatlah subur terbukti padi yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik.

Sektor pertanian merupakan mata pencarian utama yang ada di Kampung Naga dan sebagian warga menjalani profesi yang beragam seperti pengrajin, pedagang, perternakan, dan sebagai lainnya.

Para orang tua mencari penghasilan dari bertani, berdagang, menjual hasil kerajinan tangan, dan berternak, sedangkan anak mudanya mencari penghasilan dengan cara merantau.

Hasil panen diprioritaskan untuk dikonsumsi pribadi dan selebihnya di jual kedaerah lain diluar desa ini. Kenapa di prioritaskan untuk masyarakat setempat agar pangan yang tercukupi, mayoritas warga tergolong tidak mampu yang hanya mengandalkan hasil pangan dari panen.

Hasil dari penjualan kerajinan tangan jatuh menjadi hak milik masing-masing yang membuatnya dan menjualnya.

Sektor Pariwisata sangat membangu warga sekitar untuk memajukan umkm sekitar, dengan adanya pariwisata desa ini dapat dikenal oleh masyarakat luar dan tertarik untuk berkunjung kedesa tersebut.

Dengan begitu para warga dapat berinovasi berjualan kerajinan atau prodak khas dari desanya itu sangat membantu untuk menaikkan ekonomi sekitar.

Dari sektor pariwisata juga masyarakat Kampung Naga juga dapat penghasilan dari penjualan tiket untuk menginap beberapa hari di desanya, dengan menawarkan fasilitas yang memadai tapi tetap dengan aturan yang berlaku.

Karena Kampung Naga adalah desa adat dan orang yang berkunjung untuk mempelajari budaya dan kebiasaan yang masyarakat lakukan setiap harinya mereka tidak mempatokan harga.

Para wisatawan membayar tiket dengan sukarela atau seikhlasnya dengan syarat tidak boleh membayar seharga 300 ribu untuk satu orangnya.

Di Kampung Naga juga tersedia fasilitas akomodasi bagi wisatawan yang ingin datang dan menginap, mereka  menyediakan homestay yang terjangkau tarifnya disetiap homestay menyediakan makanan dan kasur lipat untuk tidur.

Keadaan homestay terbilang rapih dan bersih nyaman untuk ditinggalin. Meningkatnya infrastruktur dan amenitas di Kampung Naga juga berpengaruh akibat terdapat pariwisata didalamnya telah melakukan pembangunan infrastruktur seperti jalan, jembatan, dan fasilitas umum lainnya.

Hal ini membuat akses ke Kampung Naga semakin mudah dan nyaman. Selain itu sektor pariwisata juga berdampak bagi profesi dagang dimana mereka menjual minuman dingin seperti es cincau dan juga menjual makanan ringan lainnya.

Dengan adanya wisatawan pendapatan merekapun meningkat. Bahkan di Kampung Naga terdapat tempat untuk mengisi baterai handphone dengan membayar sebesar 5000 ribu untuk 1 kali pegisian sehingga para wisatawan tidak perlu khawatir akan kehabisan daya handphone ketika berada di Kampung Naga walau kampung ini terkenal dengan kesederhanaan dan minimnya teknologi.

Penulis: Fairly Ivana Luqiana Nasution
Mahasiswi S1 Pariwisata, Universitas Pancasila

Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui e-mail: redaksi@mahasiswaindonesia.id
Lalu konfirmasi pengiriman artikel via WA Admin: +62 811-2564-888 (Rahmat Al Kafi)
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI