Ubah Insecure menjadi Bersyukur

Ubah Insecure menjadi Bersyukur

Insecure adalah kondisi yang tidak boleh diabaikan begitu saja. Pasalnya, hal ini bisa berkaitan dengan kondisi tubuh secara menyeluruh, bahkan bisa menurunkan kualitas hidup seseorang. Orang yang mengalami kondisi ini sering kali akan merasa tidak percaya diri, sering membandingkan diri dengan orang lain, dan tidak berani keluar dari zona nyaman.

Penyebabnya adalah seperti gen dan temperamen, pengalaman hidup, dunia sekitar, dan kecemasan depresi. Aku yakin banyak di antara kalian yang sering kali merasa insecure. Merasa tidak puas dengan diri sendiri, merasa paling buruk, atau bahkan merasa jika diri kita tidak berguna. Menurutku semua rasa itu adalah hal yang wajar. Jika ada yang bertanya kenapa wajar?

Tentu saja jawabannya karena semua orang selalu menginginkan yang terbaik untuk dirinya, dan semua orang juga ingin membanggakan orang-orang di sekitarnya. Tapi… Pernahkah kalian menyadari jika insecure adalah musuh terbesar kita. Insecure tidak akan membuat kita maju, tetapi malah sebaliknya.

Bacaan Lainnya

Baca Juga: Insecure Terhadap Diri Sendiri. Apakah perlu?

Kita akan tetap berada pada tahap kita yang sekarang. Kita ingin maju, tetapi rasa insecure itu selalu saja menghalangi. Dia selalu saja membuat kita terus, terus, dan terus memikirkan kekurangan, kesalahan, dan segala hal buruk yang ada dalam diri kita. Saat kita insecure kita juga akan sulit untuk bergerak. Karena apa? Karena setiap kita melakukan aksi, sekecil apa pun aksi itu, kita selalu saja membandingkannya dengan orang lain.

Sekarang coba kita renungkan, Tuhan telah menciptakan manusia dengan segala kekurangan dan kelebihan yang ada. Tidak ada satu pun manusia yang sempurna, semua pasti ada kurangnya. Mungkin dia jago dalam bidang seni, tetapi mungkin juga dia lemah dalam hal bisnis. Mungkin kamu dan aku jago dalam bidang yang sama, tetapi bisa saja aku tidak mampu mengerjakan apa yang telah kamu kerjakan.

Hidup ini sebenarnya sederhana saja. Kita cukup mensyukuri apa yang Tuhan berikan, menurutku semua itu sudah lebih dari cukup. Semua yang ada di dunia ini sebenarnya adalah skenario dari Tuhan. Tuhan telah mengatur segalanya, dan kita hanyalah wayang yang hanya bisa bergerak jika sang dalang berkenan untuk menggerakkannya.

Baca Juga: Self harm Karena Insecure? Jangan Sampai, ya!

Semua wayang di mata sang dalang adalah sama, semua sama-sama benda mati yang tidak mungkin bisa hidup sendiri. Wayang pun dalam ceritanya sudah ditetapkan bagian, kelebihan, dan kekurangannya masing-masing oleh sang dalang dalam peran mereka. Jadi, sudah tidak mengherankan jika kita sebagai manusia juga memiliki porsi kemampuannya masing-masing untuk berkembang.

Sebagai manusia hal yang sangat perlu untuk kita lakukan adalah kita harus bisa mengenali dan mencintai diri kita sendiri. Kedua hal tersebut adalah hal yang sangat sederhana tetapi dalam kenyataannya tidak mudah untuk dilakukan. Butuh waktu lama agar kita bisa mengenali diri kita sendiri. Saat kita bisa mengenali diri kita sendiri, maka secara otomatis kita akan tahu apa kemampuan dan kelebihan yang ada dalam diri kita.

Saat kita sudah mengetahuinya sudah barang pasti kita juga akan tergerak untuk mengembangkannya menjadi sebuah kompetensi. Dalam perjalanan pengenalan diri sendiri tentu saja kita juga akan semakin mengetahui kekurangan kita, tetapi jangan sampai kita hanya memikirkan kekurangan kita hingga kita mengabaikan potensi yang ada.

Baca Juga: Bagaimana Hukum Jual Beli Organ Tubuh Untuk Transplantasi?

Kekurangan dalam diri memang perlu untuk direnungkan sebagai pembelajaran hidup, tetapi jangan sampai kita terlarut dalam situasi itu. Setelah mengenal diri kita sendiri, maka selanjutnya kita harus belajar untuk mencintai diri sendiri. Mencintai diri sendiri berarti kita harus berusaha untuk menjadi diri kita sendiri untuk berkembang.

Jangan sampai kita menginginkan menjadi “dia” Agar kita bisa mengembangkan potensi. Menjadikan seseorang sebagai panutan memang sangat diperlukan. Namun, jangan sampai kita berkembang dengan memosisikan diri kita sebagai “dia” yang kita idolakan.

Jadikanlah “dia” Sebagai motivasi hidup, ambil pesan atau tindakan positif dari “dia” yang diidolakan dan terapkan kebiasaan tersebut ke dalam kehidupan kita tanpa kita harus menjadi “dia”. Jadi, “Ubahlah insecuremu menjadi bersyukur dengan berproses sebagai diri kita sendiri”

Anyelir Martha
Mahasiswa Universitas Sebelas Maret

Editor: Diana Pratiwi

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui e-mail: redaksi@mahasiswaindonesia.id
Lalu konfirmasi pengiriman artikel via WA Admin: +62 811-2564-888 (Rahmat Al Kafi)
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI