Alice In Wonderland: Sindrom Langka Tak Seindah Namanya

Alice in Wonderland Sindrom

Alice in Wonderland, sebuah judul novel klasik anak-anak asal Inggris tentu familier bagi kita. Novel ini kurang lebih berkisah tentang petualangan seorang anak perempuan bernama Alice yang dibawa menjelajahi dunia asing oleh seekor kelinci, mengalami perubahan ukuran tubuh secara magis, dan bertemu teman-teman baru yang unik dan nyentrik.

Dongeng ini sangat mengasyikkan untuk dibaca, bahkan filmnya pun seru. Namun ternyata, tidak banyak yang tahu bahwa ada fenomena klinis yang membuat seseorang mengalami ilusi yang mirip dengan yang dialami oleh Alice.

Baca Juga: Menjaga Kesehatan Mental pada Masa Pandemi Covid-19

Bacaan Lainnya

Apa Itu Sindrom Alice in Wonderland?

Sindrom Alice in Wonderland (AIWS) atau dikenal juga sebagai Sindrom Todd, adalah suatu kondisi langka dimana saraf seseorang mengalami gangguan sehingga mengakibatkan ilusi pada persepsi ukuran, berat, atau bentuk tubuh dan bahkan pada persepsi waktu.

Tahun 1955, psikiater asal Inggris, John Todd, menamainya demikian karena fenomena tersebut serupa dengan dongeng klasik dari negara asalnya. Seseorang yang menderita sindrom ini akan merasakan tubuhnya seolah-olah menyusut atau membesar dan benda-benda di sekitarnya menjadi dekat atau jauh, padahal realitasnya tidak demikian. Penderita AIWS bisa mengalami perubahan persepsi waktu, seolah berjalan sangat lambat atau semuanya bergerak secara cepat.

Kasus John Todd

Pada laporan Todd (1955), tercatat ada enam kasus AIWS, yang semua pasiennya mengalami bias bentuk tubuh secara bertahap seperti yang dialami oleh tokoh Alice. Kasus pertama Todd adalah seorang wanita berumur 39 tahun dengan gangguan kecemasan (anxiety). Wanita tersebut mengaku merasa bahwa tubuhnya terus-menerus bertambah besar hingga memenuhi seluruh ruangan.

Baca Juga: Masyarakat dalam Menghadapi Kesehatan Mental di Masa Pandemi Covid-19

Kasus kedua, seorang pria berumur 40 tahun dengan latar belakang memiliki gangguan kecemasan dan migrain. Pria itu merasa sewaktu-waktu tinggi tubuhnya sekitar 8 kaki, tapi di waktu lain ia merasa tubuhnya seperti menyusut hingga 3 kaki tingginya.

Kasus ketiga mirip dengan kasus sebelumnya. Seorang wanita muda berusia 24 tahun merasakan bila ia mengalami perubahan dalam hal tinggi badan, seperti kasus kedua. Lalu seorang gadis remaja berusia 17 tahun, yang juga mengalami bias pada ukuran tubuhnya. Ia merasa tubuhnya bertambah pendek, setengah dari tinggi asalnya, dan merasa benda-benda di sekelilingnya bergerak menjauh (telopsia).

Pada kasus kelima, seorang wanita berumur 43 tahun, dengan latar belakang migrain, merasakan perubahan tinggi badan, telopsia, dan perubahan ukuran kepalanya yang seakan-akan membesar hingga dua kali lipat. Kasus terakhir dialami oleh wanita berusia 32 tahun, juga memiliki latar belakang migrain, merasakan adanya perubahan bertahap. Ukuran kepalanya seolah-olah bertambah besar atau kakinya bertambah pendek seakan telapak kakinya menempel langsung di bawah lututnya.

Gejala dan Pengobatan

Sindrom Alice in Wonderland tentu sangat mengganggu bagi penderitanya. Penderita AIWS sulit untuk menjalani kegiatan sehari-hari, gangguan kecemasan, bahkan bisa mengalami panik tak terkontrol. Studi neuroimaging menyatakan bahwa AIWS disebabkan oleh gangguan pada beberapa bagian otak (itu sebabnya beberapa penderita AIWS mengalami migrain), sehingga proses pengolahan informasi yang dilakukan otak tidak berjalan baik. Gejala AIWS sendiri seperti yang disebutkan tadi, yaitu halusinasi, migrain, mengalami bias distorsi ukuran tubuh, benda-benda seolah bergerak, dan waktu yang seolah bergerak sangat cepat atau lambat.

Baca Juga: Kesehatan Mental pada Pasien Gagal Ginjal

Hingga saat ini, tidak ada pemeriksaan khusus yang bisa mendiagnosis seseorang mengalami AIWS atau tidak. Namun, bila merasakan gejala-gejala tersebut, disarankan untuk segera melakukan pemeriksaan berupa tes darah, EEG, atau MRI. Karena AIWS cukup umum disertai dengan migrain dan gangguan kecemasan, maka gejalanya pun bisa kita hindari dengan mengonsumsi makanan sehat, mengurangi junk food, istirahat yang cukup untuk mengurangi stress, meditasi, dan menghindari minuman-minuman beralkohol.

Referensi

admin. (2017, July 16). Rare and Unusual Psychiatric Syndromes. PsychDB. https://www.psychdb.com/teaching/rare-unusual-syndromes#alice-in-wonderland-syndrome-todd-syndrome

Lanska, D. J., & Lanska, J. R. (2017). The Alice-in-Wonderland Syndrome. Neurologic-Psychiatric Syndromes in Focus Part II – from Psychiatry to Neurology, 42, 142–150. https://doi.org/10.1159/000475722

LIPPMAN, C. W. (1952). CERTAIN HALLUCINATIONS PECULIAR TO MIGRAINE. The Journal of Nervous and Mental Disease, 116(4), 346–351. https://doi.org/10.1097/00005053-195210000-00009

Naarden, T., ter Meulen, B. C., van der Weele, S. I., & Blom, J. D. (2019). Alice in Wonderland Syndrome as a Presenting Manifestation of Creutzfeldt-Jakob Disease. Frontiers in Neurology, 10. https://doi.org/10.3389/fneur.2019.00473

Nadhira, A. M. (2020, January 6). Kenali Lebih Jauh Sindrom Alice in Wonderland. Alodokter; Alodokter. https://www.alodokter.com/kenali-lebih-jauh-sindrom-alice-in-wonderland

O’Toole, P., & Modestino, E. J. (2017). Alice in Wonderland Syndrome: A real life version of Lewis Carroll’s novel. Brain and Development, 39(6), 470–474. https://doi.org/10.1016/j.braindev.2017.01.004

Stefan Bittmann, M., Weissenstein, A., & Luchter, E. (2014). Alice in Wonderland syndrome: A rare neurological manifestation with microscopy in a 6-year-old child. Journal of Pediatric Neurosciences, 9(3), 303. https://doi.org/10.4103/1817-1745.147612

Todd, J. (1955). Syndrome of Alice in Wonderland. Canadian Medical Association Journal, 73, 701–704.

Felicia Tiara Kusuma
Mahasiswa Universitas Brawijaya

Editor: Diana Pratiwi

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui e-mail: redaksi@mahasiswaindonesia.id
Lalu konfirmasi pengiriman artikel via WA Admin: +62 811-2564-888 (Rahmat Al Kafi)
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI