Apa Guna?

Apa guna…
Punya ilmu tinggi…
Kalau hanya, untuk mengibuli…
Apa guna, banyak baca buku…
Kalau mulut, kau bungkam melulu…
– Potongan Syair Lagu “Apa Guna” Cipt Widji Tukul

Sejarah Gerakan Mahasiswa: Romantisme dan Mitos-Mitos yang Konyol
Gerakan mahasiswa dalam prakteknya bukanlah hal yang ahistoris. Gerakan ini telah melewati spektrum waktu yang lama dan cakupan geografis yang luas. Artinya, gerakan mahasiswa bukanlah sesuatu yang terjadi dengan sendirinya dengan lokus spesifik Indonesia. Justru, gerakan mahasiswa Indonesia merupakan bagian dari kesejarahan gerakan mahasiswa secara luas di dunia.

Dalam sejarah, secara umum gerakan mahasiswa Indonesia melegenda dalam masa-masa tertentu. Secara awam pun, mahasiswa dapat menyebutkan dengan hapal momentum itu. Peristiwa yang terjadi pada tahun 1966, 1974, 1978, dan 1998 diakui sebagai tonggak sejarah gerakan mahasiswa di Indonesia. Namun, sebenarnya, yang perlu dilakukan mahasiswa Indonesia saat ini bukanlah mengagung-agungkan gerakan mahasiswa pada masa itu dengan menyebut-nyebutnya secara heroik. Mengapa demikian, karena perilaku itu justru menjatuhkan gerakan mahasiswa pada romantisme masa lalu dan terjebak dalam mitos-mitos konyol yang banyak menyebutkan bahwa mahasiswa sebagai satu-satunya motor gerakan perubahan sosial. Bukan bermaksud meremehkan peran mahasiswa pada masa itu, tetapi pengagungan membabi-buta akan gerakan mahasiswa ketika itu, dalam pengalamannya, justru hanya akan berakhir pada rasa bangga saja dan semakin mengokohkan mitos-mitos yang ada, dan yang paling menusuk adalah tak mengubah keadaan sedikit pun.

NKK-BKK: Steriliteit dalam Gerakan Mahasiswa
untuk menghindari aksi-aksi mahasiswa, pemerintah Orde Baru mengeluarkan kebijakan melalui SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (P dan K), Daoed Josoef, No. 0156/U/1978 Tentang Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK). Disusul dengan SK No. 0230/U/J/1980 Tentang Pedoman Umum Organisasi dan Keanggotaan Badan Koordinasi Kemahasiswaan (BKK).  Inti dari dua kebijakan ini adalah untuk mengkebiri kegiatan aktifitas politik mahasiswa, di mana mereka hanya cukup memahami politik dalam artian teori bukan praktek. Pemerintah Orde Baru melakukan intervensi dalam kehidupan kampus, dengan dalih stabilitas politik dan pembangunan. Kebijakan ini benar-benar men-sterilkan mahasiswa dari realita sosial yang ada. Karena setiap tindakan yang mengarah kepada kritikan terhadap pemerintah, langsung dihadapi oleh cara-cara represif melalui penculikan dan penembakan misterius (petrus). Alasannya, hal itu dapat menggganggu stabilitas keamanan. Kebijakan ini sebagai bagian dari upaya depolitisasi kampus dan meredam aktivitas politik mahasiswa. mahasiswa dilarang berpolitik, ataupun melakukan aktivitas yang berbau politik, kebebasan intelektual kampus dikebiri, dan kontrol yang kuat kepada organisasi-organisasi mahasiswa diperketat. Kampus menjadi sebuah penjara berpikir bagi semua civitasnya.

Kebijakan ini cukup berhasil menyibukkan mahasiswa dengan aktivitas akademisnya yang jauh dari realitas sosial. Gerakan mahasiswa praktis menurun secara drastis. Meskipun gerakan mahasiswa mampu melengserkan rezim Otoritarian, Gerakan Mahasiswa belumlah sampai menghancurkan akar dari segala kemiskinan dan ketertindasan yaitu sistem yang akumulatif, sistem yang memisahkan manusia dari ekspresi dan kebebasan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, yang memisahkan tenaga produksi dengan alat produksi.

Mahasiswa Era Revormasi: Konservatif, Reformis dan Revolusioner 
Hari ini akibat dari kebijakan NKK-BKK seperti yang di jelaskan di atas, telah berhasil mensterilkan mahasiswa dari realitas sosial. Universitas dan kampus kini didominasi oleh manusia yang tidak peduli dengan manusia lainnya. Manusia yang mengutamakan keinginan pribadinya ini kita sebut sebagai manusia yang konservatif. Kelompok manusia yang kenservatif ini, benar-benar tidak menginginkan adanya perubahan.

Di lain hal, organisasi-organisasi yang lahir dari kebijakan NKK-BKK, saat ini juga turut serta dalam mempertahankan kebijakan rezim totalitarian tersebut, dan dengan bangga menyebut diri mereka sebagai Aktivis. Lembaga kampus kini telah berhasil menjadi tempat pelatihan skill mahasiswa agar dapat bekerja dengan baik saat menyelesaikan masa pendidikannya. BEM misalnya, yang dengan bangga menyebut diri mereka sebagai bagian dari Gerakan Mahasiswa, dan yang melambangkan perkumpulannya sebagai gerakan yang ilmiah. Meskipun seringkali kesulitan saat menjelaskan definisi dan makna dari keilmiahan, dan secara congkak menjelaskan kepada juniornya tentang ketidaktahuannya. Meskipun melakukan aksi, dan mengkritisi kebijakan, itu hanya karena keinginannya terganggu atau karena kebijakan tersebut sedang ramai di media. Gerakan yang muncul cenderung moralis dan reformis

Inilah yang menjadi tugas dari kaum revolusioner. Hal yang perlu dilakukan sekarang adalah pendobrakan atas ‘mitos-mitos’ dan memperbaikinya. Belajar dari sejarah merupakan upaya merekonstruksi kembali apa yang terjadi di masa lalu untuk menjadi pembelajaran dalam pembacaan atas realitas sekarang. Selain itu “Gerakan Mahasiswa” tidak bisa di pisahkan dari realitas sosial yang sedang bergerak. Gerakan mahasiswa tidak bisa dipisahkan dari perjuangan rakyat yang hari ini di jauhkan dari ekspresi dan kebebasan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Pemira BEM Fekon: Demokrasi yang Ditelanjangi
Saat ini, salah satu kampus dari Universitas Mulawarman sedang menggelar perhelatan politik yang biasa disebut dengan Pemira (Pemilihan Umum Raya). Pemira biasa diadakan selama satu tahun sekali. Pemira ini dilaksanakan oleh DPM (Dewan Perwakilan Mahasiswa) dan bertujuan untuk memilih Presiden BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) di Fakultas. Pemira inilah yang dikatakan oleh para mahasiswa yang tergabung dalam organisasi bentukan kebijakan NKK-BKK, sebagai ruang demokrasi bagi mahasiswa. Dengan dalih bahwa BEM merupakan lembaga yang memperjuangkan aspirasi mahasiswa, mereka memaksa semua mahasiswa untuk terlibat dalam menentukan presiden BEM tersebut.

Kekeliruan dalam memahami demokrasi ini menjadi budaya yang setiap tahun di gelar oleh semua BEM di Universitas Mulawarman. Perlakuan terhadap demokrasi yang demikian benar-benar telah menelanjangi makna demokrasi yang sesungguhnya. Yang patut dicatat baik-baik bahwa “Demokrasi Itu Ilmiah.” Demokrasi bukan memaksa untuk memilih.

Inilah dampak dari ketidakseriusan dalam memahami sejarah, dan menjauhkan aktivitas dari realitas sosial masyarakat. Memperlakukan organisasi seenaknya, Bergerak hanya sebatas moralitas, dan inilah dampak dari Tunduk terhadap Si-pembuat kebijakan yang tidak pernah berdasarkan pada kenyataan masyarakat. Yang terjadi hanyalah, menjalankan apa yang diperintahkan, tanpa mengetahui mengapa harus dikerjakan.

Sebuah aktifitas yang ilmiah semestinya menampung segenap soal kemasyarakatan dengan ragam dinamikanya ini. Termasuk di dalamnya adalah seluruh problem masyarakat demokrasi yang hendak dibangun. Seharusnya kita mengetahui dengan baik bagaimana kenyataan demokrasi di republik ini. Situasi ekonomi dan politik yang jauh dari cita-cita kemerdekaan, bahkan hanya menjadikan masyarakat bangsa ini sebagai masyarakat tanpa cita-cita politik, kemandirian ekonomi maupun kharakter kebudayaan. Elitisme, birokratisme dan militerisme adalah sumbu utama dalam pembangunan masyarakat selama ini.

Bagaimana Seharusnya?
Ada banyak alasan bagi kita untuk menguraikan tugas-tugas kaum mahasiswa dalam situasi saat ini. Oleh karena ia menjadi satu bagian dari sebuah masyarakat. Kaum mahasiswa perlu menyadari arti penting dari tugas-tugasnya, karena demikianlah tugas setiap manusia dalam berbagai dimensinya. Lebih lanjut, ia memiliki kelebihan pengetahuan dan waktu yang cukup untuk menunjukan bukti-bukti ilmiah bagi perkembangan sebuah masyarakat.

Penting bagi kita agar meletakan seluruh aktifitas berlajar, pada problem-problem pengetahuan dan segenap cita-cita yang mulia dalam kesatupaduan dengan soal-soal sosial masyarakat yang sedang bergerak. Karena semua ketulusan yang dimiliki hanya akan jatuh dalam jurang subjektivisme, tidak ilmiah dan keliru apabila tidak berakar di dalam kebutuhan masyarakat secara sosial.

Perlu disadari bahwa masyarakat kita tengah bergerak, sekalipun berkembang dalam alur yang semakin tidak menentu. Dan ini sebagai akibat dari ekonomi politik kapitalistme-liberalisme yang membelenggu kemajuan masyarakat kita. Menghadirkan begitu banyak masalah, meliputi masalah kesenjangan ekonomi dan politik, kelas-kelas sosial, lingkungan hidup, masalah KKN dan penegakan hukum. Juga masalah HAM, isu SARA dan persoalan pluralisme. Isu-isu lain seputar otonomi daerah, investasi asing dan ekploitasi SDA juga menjadi bagian dari perkembangan sebuah masyarakat. Dengan demikian, seluruh aktifitas pendidikan yang sejati perlu diarahkan pada usaha penguraian seluruh persoalan yang menghinggapi masyarakat dan perkembangannya.

Penting bagi kita untuk mengetahui sejarah material sebuah masyarakat. Berikut pertentangan-pertentangan ekonomi politik di dalamnya. Kita dapat menakar susunan-susuan masyarakat secara sosial serta hubungan-hubungannya. Demikianlah sebuah masyarakat menuruti setiap perkembangannya dengan pertentangan di dalamnya. Pertentangan yang timbul sebagai akibat dari pemisahan antara tenaga-tenaga produksi dengan alat-alat produksi. Dengan demikian kerja-kerja manusia tidak diperuntukan bagi pemenuhan kebutuhan hidupnya, melainkan untuk tujuan pelipatgandaan keuntungan bagi si pemilik alat produksi.

Demikianlah, saat ini kapitalisme-liberalisme sebagai alas ekonomi politik masyarakat modern. Juga Indonesia, sebuah negara berkembang dengan jumlah penduduk terbanyak dan kekayaan alam yang berlimpah. Ini akan menjadi modal bagi perkembangan industri modern dalam kepentingan ekonomi politik kapitalisme-liberalisme. Kita menentang system ekonomi-politik ini, karena kesenjangan sosial dan penumpukan kekayaan alam hanya untuk segolongan kelas penguasa dan pengusaha dan pengerusakan terhadap sumber daya lingkungan hidup.

Tuntutan dan Seruan:
1. Tinggalkan sikap Heroikisme dalam Gerkan Mahasiswa.
2. Hilangkan Steriliteit (memisahkan diri dari realitas sosia) dalam Gerakan Mahasiswa,
3. Bangun kembali ruang-ruang diskusi yang ilmiah dan demokratis
4. Mari berorganisasi, karena berorganisasi adalah konsekuensi sebagai manusia
5. Bangun Gerakan mahasiswa yang ilmiah, demokratis dan menyatukan diri dalam problematika masyarakat yang terus bergerak.
6. lawan segala bentuk kebijakan di universitas dan kampus yang berupaya untuk menjauhkan kesadaran politik mahasiswa.
7. Menolak pemira BEM FE UNMUL yang telah memanipulasi kesadaran mahasiswa dan secara terang-terangan menelanjangi demokrasi.
8. Mari beerjuang bersama rakyat, dan hancurkan system ekonomi-politik yang melahirkan kesenjangan sosial dan penumpukan kekayaan alam hanya untuk segolongan kelas penguasa dan pengusaha.

Merdeka!!

Tertanda:
Ketua Komisariat GmnI Ekonomi Unmul,
BUNG JAMAL

Daftar pustaka :
http://politik.kompasiana.com/2014/01/28/sejarah-gerakan-mahasiswa-629642.html
http://akbarbakkang.blogspot.com/2012/05/sejarah-pergerakan-mahasiswa.html
http://rsbikaltim.blogspot.com/2012/02/postkolonialisme.html
http://kuliahsosiologi.blogspot.com/2011/05/teori-postkolonialisme.html
Indoproggres.com
Berdikari onlen.com
Natalis Lapang Wada : Tugas tugas gerakan mahasiswa
Kaliurang 1959 Hilangkan Steriliteit Dalam Gerakan Mahasiswa
Dicky Dwi Ananta ; “Gerakan Mahasiswa: Berangkat dari Mana dan Menuju ke Mana?”

Kirim Artikel

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui e-mail: redaksi@mahasiswaindonesia.id
Lalu konfirmasi pengiriman artikel via WA Admin: +62 811-2564-888 (Rahmat Al Kafi)
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI