Dilema Guru Akhir Semester: Perlukah Mempertimbangkan Nilai Bagus atau Nilai Asli pada Kurikulum Merdeka

Ilustrasi Seorang Guru (Sumber: Media Sosial dari freepik.com)

Postingan bertema liburan dengan backsound lagu “Libur Telah Tiba” dari penyanyi Tasya Kamila mulai banyak berseliweran di sosial media.

Hal tersebut menandakan bahwa sekolah telah libur, dan dimulainya berbagai rencana liburan ke tempat rekreasi sebagai apresiasi anak telah menyelesaikan pembelajaran satu semester dengan pembagian hasil rapor.

Di luar hiruk pikuk masa liburan, beberapa isu mencuat berkaitan dengan masa akhir semester. Salah satunya terkait nilai siswa.

Bacaan Lainnya

Baru-baru ini, ramai membahas terkait postingan video akun tiktok @afniwahyuni24 yang di unggah ulang pada laman media sosial twitter, Afni Wahyuni yang merupakan Guru SMPN 4 Tembilahan Hulu Kab. Indragiri Hilr Riau, dalam awal video menyatakan “Nilai-nilai kita rata-rata ya 30,40, 50, sudah itu di rapor bim salabim abracadabra 80, gimana ceritanya”.

Pernyataan ini tentu saja langsung mendapatkan berbagai respon dari pada netizen dimana pernyataan tersebut mengarah pada kegiatan mengatrol nilai.

Kegiatan mengatrol nilai sepertinya bukanlah hal yang tabu dan sudah menjadi tradisi yang dilakukan oleh guru pada setiap akhir semester, bahkan jika kita melakukan penelusuran di google dengan menggunakan kata kunci mengatrol nilai banyak sumber tulisan yang malah memberikan tips atau cara bagaimana mengatrol nilai seolah-olah ini adalah hal yang biasa terjadi atau sudah lumrah terjadi dan bisa di maklumi.

Contoh-contoh tulisan seperti “Rumus katrol ulangan siswa secara obyektif”, “Cara katrol nilai siswa secara adil minimal setara KKM”, “Cara Menyesuaikan nilai rapor siswa dengan adik”, “Mengatrol nilai secara adil dengan rumus excel”.

Fenomena mengatrol nilai yang masih terus terjadi sampai saat ini, menimbulkan pertanyaan besar, lantas apa sebenarnya esensi sebuah nilai itu?

Ralph Tyler merupakan tokoh pertama yang mengumukakan definisi dari penilaian pada tahun 1950, jika merujuk pengetian penilaian dari Ralph Tyler yang di kutip oleh Arikunto (2013). Tyler menyatakan bahwa “Penilaian merupakan suatu proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan telah tercapai”.

Definisi selanjutnya tentang penilaian diungkapkan oleh Widoyoko (2017) yang memaknai penilaian sebagai hasil pengukuran dengan membandingkan skor hasil pengukuran dengan kriteria atau standar tertentu.

Jika dilihat, berdasarkan pengertian nilai di atas maka seharusnya penilaian merupakan alat ukur berupa angka untuk memberitahukan hasil sejauh mana perkembangan peserta didik yang satu dengan yang lain untuk kemudian menjadi bahan evaluasi perbaikan.

Namun, jika praktik mengatrol nilai masih terus berlanjut bagaimana proses evaluasi dapat berjalan dengan semestinya? Dimanakah letak kesalahannya, apakah pada kurikulum yang sedang diterapkan? Pasalnya seringnya pergantian kurikulum, namun praktik ini masih saja terus berlanjut.

Seorang guru dihadapkan pada pertanyaan apakah sebaiknya mempertimbangkan nilai berdasarkan prestasi (nilai bagus) atau memberikan penilaian berdasarkan perkembangan dan usaha siswa (nilai asli)?

Untuk menanggapi hal ini, guru perlu menginternalisasi filosofi Kurikulum Merdeka yang mungkin menempatkan penekanan pada pengembangan kompetensi, pemahaman konsep, serta perkembangan karakter dan keterampilan sosial siswa.

Dalam proses penilaian, keadilan dan transparansi sangat penting, untuk memastikan bahwa semua siswa memahami bagaimana mereka akan dinilai, guru dapat menjelaskan dengan jelas kriteria penilaian kepada siswa sejak awal semester.

Sejauh mana siswa telah mencapai kompetensi dan tujuan pembelajaran yang diinginkan dalam kurikulum merdeka harus diperhatikan. Meskipun hasil akhir mungkin belum mencapai tingkat sangat baik, pengakuan terhadap kemajuan individu dan usaha yang ditempuh siswa dapat mendukung pendekatan.

Penulis: Indra Gunawan Pratama
Mahasiswa S3 Teknologi Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya

Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui e-mail: redaksi@mahasiswaindonesia.id
Lalu konfirmasi pengiriman artikel via WA Admin: +62 811-2564-888 (Rahmat Al Kafi)
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI