Hakikat Individual Ilmu Pengetahuan dalam Aspek Etika

Ilmu Pengetahuan Aspek Etika

Dalam beberapa hari ini saya membaca tentang hakikat ilmu pengetahuan dalam aspek etika dan moral dalam ilmu pengetahuan yang di tulis oleh Prof. Dr. Mukhtar Lathif, M.Pd. tahun 2014. Dalam pendahuluan tertulis kutipan bahasa dari seorang filsuf besar Yunani yang bernama Socrates, yaitu “Kenalilah dirimu sendiri“  dan “Manusia adalah makhluk berpikir yang dengan itu menjadikan dirinya”.

Ada juga dari seorang profesor dari belanda yang mempunyai teori juga, dan mengatakan “Manusia itu ialah makhluk yang suka bertanya. Dengan berpikir, dengan bertanya, manusia menjelajahi pengembaraannya, mulai dari dirinya sendiri kemudian lingkungannya bahkan kemudian sampai pada hal lain yang menyangkut asal mula atau mungkin akhir dari semua yang dilihatnya.”

Hakikat ilmu pengetahuan bisa kita kupas mulai dari kata etika yang memiliki arti begitu luas, jika kita ambil pengertian etika menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki beberapa arti: ( 1 ) Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral atau yang biasa kita kenal dengan kata akhlak, ( 2 ) Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak, ( 3 ) Nilai mengenai benar dan salah yang di anut suatu golongan atau masyarakat.

Bacaan Lainnya

Baca Juga: Pengaruh Etika & Tanggung Jawab dalam Profesi Hukum

Dan dari beberapa pendapat lain juga mengatakan hal serupa dengan gaya bahasa yang berbeda, seperti Magnis Suseno pada tahun ( 1987 ) memahami etika harus dibedakan dengan ajaran moral. Karena Moral dipandang sebagai ajaran, wejangan, khotbah, patokan secara tertulis maupun lisan agar menjadi manusia yang baik. Sumber langsung ajaran moral yaitu orang-orang dalam berbagai kedudukan, seperti orang tua atau guru dan yang lainnya.

Sebelum saya memaparkan tentang etika menurut beberapa pendapat yang sekiranya perlu kita pelajari dan pahami, ada baiknya kita baca ulang atau pahami juga maksud dari hakikat ilmu pengetahuan menurut beberapa pendapat seperti, Jhon G. Kemeny dalam bukunya yang berjudul The Liang Gie pada tahun ( 2005 ) yang mengatakan, “Ilmu adalah seluruh pengetahuan yang di himpun dengan perantara metode ilmiah.”

Jadi ilmu pengetahuan itu bisa kita dapatkan dengan banyak hal dan tidak menutup kemungkinan selama kita mau menghimpun pengetahuan yang kita dapatkan, mulai dari menulis, berpuisi, atau menjadikan sebuah status di media sosial yang bisa di baca oleh banyak orang yang memberikan manfaat bagi yang lain.

Jika kita bertanya kembali kepada diri kita masing-masing apakah ilmu pengetahuan itu termasuk warisan dari manusia sebelumnya atau tokoh-tokoh yang kita kagumi dan sebagainya. Dan agama apa yang membawa ilmu pengetahuan saat ini, apakah Islam atau agama lainnya..?

Baca Juga: Etika Pemerintahan Zaman Nabi Muhammad SAW dan Zaman Joko Widodo, Sama atau Berbeda?

Saya pribadi bertanya dan mendapatkan jawaban dari buku yang telah saya baca mengatakan, Sebelum Kristen atau agama lain, Islam ialah pembawa obor pengetahuan ilmiah. Pemikiran agama yang memancar dari kebahagiaan akhirat dan cinta serta semangat yang muncul dari pemikiran itu, yang disertai rasa kefakiran dan ketidakberdayaan di hadapan pencipta maha kekal, berada di balik kemajuan ilmiah besar selama 500 tahun tersaksikan di dunia Islam hingga akhir abad ke-12.

Gagasan ilmu pengetahuan berdasarkan wahyu ilahi, yang mendorong penelitian ilmiah di dunia Islam, dipersembahkan nyaris sempurna oleh tokoh terkemuka zaman itu, yang tenggelam dalam pikiran tentang kebahagiaan akhirat, meneliti alam semesta tanpa mengenal lelah untuk mencapai kebahagiaan akhirat, ketaatan mereka kepada wahyu yang memancarkan cahaya yang memunculkan gagasan baru ilmu pengetahuan.

Jika kita lihat lingkungan kita dalam masyarakat banyak sekali ilmu pengetahuan yang mereka punya yang secara turun temurun dan menjadi warisan, hanya saja tidak mencari tahu kebenaran ilmu pengetahuan yang dia miliki, seandainya kita memiliki semangat yang tinggi untuk mencari tahu dari mana asal semua ini dan tidak sekedar ikut-ikutan berita atau informasi yang berseliweran ada dimana-mana. Pasti kita akan memiliki kemampuan yang wow, dan bersikap kritis dalam berbicara  sesuai dengan kemampuan yang kita miliki.

Baca Juga: Manusia dan Kekuasaan yang Adil dalam Perspektif Filsafat Hukum Islam

Lalu apa itu hakikat individual ilmu pengetahuan dalam aspek etika.? Bagi saya pribadi mengatakan setiap individu harus mampu mewariskan ilmu pengetahuan yang dikuasainya kepada generasi selanjutnya dan menerapkan apa saja yang mesti di jaga dalam berbicara atau penyampaian.

Jangan sampai ada yang bilang, manusia tidak ada akhlak, tidak punya etika, atau sebagainya. Sehingga banyak kekurangan yang kita rasakan dalam kehidupan dan tidak menemukan kedamaian dan terjalinnya hubungan yang baik.

Muhammad Supriyadi
Mahasiswa Universitas Nahdlatul Ulama NTB

Editor: Diana Pratiwi

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui e-mail: redaksi@mahasiswaindonesia.id
Lalu konfirmasi pengiriman artikel via WA Admin: +62 811-2564-888 (Rahmat Al Kafi)
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI