Homesick: Tradisi Maba atau Fitrah Hidup?

Homesick
Ilustrasi Homesick (Sumber: Ilustrasi dari Penulis)

Transisi ke perguruan tinggi atau universitas dapat menjadi pengalaman baru yang menarik bagi banyak anak muda.

Bagi sebagian orang, intens rasa rindu akan kampung halaman dapat menjadikan pendekatan ini sulit, bahkan tak tertahankan.

Homesick didefinisikan sebagai kesusahan atau ketidaknyamanan yang disebabkan oleh waktu aktual atau terencana jauh dari rumah atau menawarkan sesuatu yang unik ciri-ciri asyik memikirkan rumah dan benda-benda yang berhubungan dengannya.

Bacaan Lainnya

Korban sering kali melaporkan mengalami depresi, cemas, atau menarik diri perilaku dan kesulitan berkonsentrasi pada hal-hal di luar keluarga.

Karena bagi pelajar domestik dan internasional, kerinduan yang mendalam terhadap kampung halamanĀ  merupakan masalah besar.

Hal ini dapat memperburuk perubahan suasana hati yang sudah ada sebelumnya dan gangguan kecemasan, menyebabkan tingkat kesehatan fisik dan mentalĀ  yang baru banyak permasalahan, bahkan terkadang berujung pada putus sekolah (Christopher. A. Thurber, & Edward A. Walton.2012).

Manusia pasti akan bertumbuh dan akan ada masa dimana akan berpisah dengan orangtuanya, baik karena Pendidikan, pekerjaan, atau pilihan hidup yang mendorong seseorang untuk tinggal di lokasi yang jauh dari orangtua.

Hal ini sulit dipungkiri karena yakinlah ada hal yang akan datang untuk kita menjadi lebih baik lagi. Misalnya, melatih sikap mandiri dan tanggung jawab, mengembangkan pribadi menjadi lebih baik, dan memperbanyak relasi.

Sebagai seorang mahasiswa baru (Maba) mengalami homesick dalam masa awal perkuliahan adalah hal yang normal.

Masa transisi dari lingkungan SMA ke lingkungan kampus juga dapat memengaruhi kepribadian seseorang.

Hal ini dapat diatasi dengan adanya keinginan diri sendiri untuk berubah bahwasanya kita hidup jauh dari orangtua karena Pendidikan adalah hal yang baik dan dapat membanggakan orangtua.

Tugas kita adalah belajar yang rajin dan tekun pada masa perkuliahan, aktif dalam organisasi kampus dan acara kampus, serta selalu beribadah agar hidup tetap berada dijalan yang benar meskipun jauh dari orangtua.

Strategi mengatasi homesick dalam sudut pandang kewarganegaraan yaitu melibatkan pemahaman akan peran dan identitas seseorang dalam masyarakat dan lingkungan yang baru, membangun koneksi social, dan membentuk rasa keterlibatan dalam komunitas setempat.

Berikut adalah strategi mengatasi homesick dari perspektif kewarganergaraan :

1. Terlibat dalam komunitas lokal

Ikut serta dalam kegiatan sosial lingkungan setempat, acara budaya, atau kegiatan keagamaan yang sejalan dengan diri sendiri.

Ini dapat membantu membangun interaksi diri dengan orang-orang sekitar dan merasa lebih terhubung dengan lingkungan baru.

2. Mengembangkan keterampilan Bahasa setempat

Aktif belajar bahasa lokal akan cepat membantu menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, membuka peluang menjadi lebih dekat dengan masyarakat lokal dan bisa memahami budaya dengan lebih baik.

3. Memperluas jaringan sosial

Bertemu orang baru baik mahasiswa lain atau tetangga kost dapat membuat lingkungan sosial yang kuat dan akan mengurangi perasaan kesepian dan homesickness

Penulis : Nafisa Najwa Fatimah
Mahasiswi Kimia, Universitas Negeri Yogyakarta

Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui e-mail: redaksi@mahasiswaindonesia.id
Lalu konfirmasi pengiriman artikel via WA Admin: +62 811-2564-888 (Rahmat Al Kafi)
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI