Kerjakanlah Sebelum Menyesal Kemudian

sebelum menyesal

Hidup hanyalah sekali. Tapi sayangnya, tak sedikit manusia yang faham hakikat hidup yang sebenarnya. Banyak manusia yang mengira bahwa setelah kematian maka urusannya akan selesai begitu saja. Padahal, kematian bukanlah akhir dari segalanya, melainkan merupakan awal dari kehidupan yang sebenarnya.

Terkadang, banyak manusia yang terlena dengan kehidupan yang menyenangkan, tapi lupa bahwa dunia hanyalah sementara. Banyak manusia yang meremehkan kata kematian, sampai-sampai tak mengkhawatirkan amal perbuatan yang akan dijadikan bekal di akhirat.

Bahkan, banyak dari manusia yang berangan-angan dan mempersiapkan masa depannya, sehingga lupa bahwa belum tentu sedetik kemudian kita masih bisa bernafas.

Bacaan Lainnya

Di antara ragam nikmat Allah kepada umat manusia, ada 2 macam nikmat yang sering kali diabaikan oleh manusia. Apa itu? Kesehatan dan waktu luang.

Banyak orang yang menunda amal sholih, karena selalu berfikir akan ada hari esok, akan ada kesempatan kedua, ketiga, dan seterusnya.

Akhirnya, manusia hanya bisa menyesali waktu yang telah berlalu dan membuang kesempatan yang seharusnya ia manfaatkan. Padahal Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah mengingatkan:

Manfaatkanlah 5 perkara sebelum 5 perkara: masa mudamu sebelum masa tuamu, sehatmu sebelum sakitmu, masa kayamu sebelum masa fakirmu, waktu luangmu sebelum waktu sibukmu, dan masa hidupmu sebelum masa kematianmu.” (HR. Al Baihaqi)

Menurut Dr Yusuf Al Qardhawi dalam bukunya Al Waqtu Fi Hayat Al Muslim, ada dua (2) episode penyesalan manusia kelak. Pertama, saat sakaratul maut. Kedua, penyesalan saat dibangkitkan pada hari kebangkitan.

Maksud dari episode penyesalan manusia yang pertama, saat sakaratul maut, Al-Qur’an akan mengabarkan kepada kita bahwa banyak orang ketika akan dijemput ajalnya, mereka meratap dan menyesali umurnya yang dihabiskan secara sia-sia.

Kemudian maksud dari episode manusia yang kedua, saat manusia dibangkitkan, manusia tidak bisa lagi membantah bahwa janji Allah dan hari pembalasan serta azab di akhirat, adalah benar adanya.

Allah berfirman yang artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah dia perbuat untuk Hari Esok (Akhirat). Bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha Tahu atas apa yang kalian kerjakan.” (QS. Al-Hasyr:18-19)

Seorang muslim yang faham hakikat perjalanan waktu, ia akan sadar bahwa bertambahnya waktu bukan berarti usianya semakin bertambah.

Akan tetapi, semakin bertambah waktu justru semakin menandakan berkurangnya kesempatan untuk beramal sholih. Sebab, jatah usia yang Allah berikan kepada manusia akan semakin berkurang. Karena itulah ia akan selalu meningkatkan ketakwaan di dunia untuk bekal di akhirat.

Maka pertanyaannya, amal-amal apa yang bisa kita lakukan untuk membeli surga-Nya Allah? Masihkah kita menunda untuk menutup aurat? Masihkah kita menunda untuk membaca Al-Qur’an? Sedangkan kematian segera datang.

Hanya saja kita tidak tahu kapan batasnya. Manusia tidak ada yang pernah tahu kapan ajalnya tiba. Setiap orang pasti ada batasnya. Ibarat seperti kita lagi mengantri dan di depan adalah pintu kematian. Kita sekarang sedang menunggu antrian, kapan kita akan dipanggil oleh Sang Pencipta.

Tapi sayangnya, kita tidak sadar bahwa kita sedang berjalan menuju kematian. Banyak jutaan orang yang merayakan hari ulang tahun, seakan-akan menganggap bahwa jatah usia mereka sangatlah panjang.

Alhasil, banyak manusia yang tidak bersiap-siap untuk menyambut datangnya kematian, bahkan banyak manusia yang tidak peduli dan menganggap bahwa kematian itu adalah hal yang biasa. Padahal, setiap hari jatah hidup kita semakin berkurang dan kematian semakin mendekat.

Pernahkah terbesit dalam fikiran kita keadaan seperti apa ajal menjemput? Apakah sedang melakukan kebaikan atau justru sedang bermaksiat? Apakah kita tidak takut, jika di akhir hidup ini justru malah melakukan hal-hal yang tidak Allah suka?

Bagi seorang mukmin, kematian bukan untuk ditakuti. Karena, kita akan bertemu dengan Allah dan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Takutlah jika dalam menghadapi kematian, kita diwafatkan dalam keadaan maksiat.

Takutlah jika dalam menghadapi kematian, amal perbuatan kita selama hidup di dunia masih menegangkan. Sedangkan uang berpuluh-puluh miliyar, jabatan dan gelar yang tinggi, sayangnya tidak bisa membawa kita untuk menemui ajal.

Hidup di dunia itu begitu singkat, sampai singkatnya bahkan kita tidak menyadari waktu akan terus berputar sampai kapan 24 jam itu kita isi dengan beribadah kepada-Nya.

Oleh karena itu, marilah kita sama-sama mempersiapkan diri untuk bekal di esok, hari akhirat. Marilah sama-sama berjuang menegakkan agama Allah sebelum Allah memanggil kita. Ihdinashshiraatal mustaqiim.

Penulis: Nur Zaytun Hasanah
Mahasiswa Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Agama Islam, Universitas Islam Indonesia

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui e-mail: redaksi@mahasiswaindonesia.id
Lalu konfirmasi pengiriman artikel via WA Admin: +62 811-2564-888 (Rahmat Al Kafi)
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI