Kita Ada Dimana?

berdoa

Dikenal sebagai siapakah diri kita? Bilal bin Rabah, yang merupakan muadzin pertama umat Islam? Salman Al Farizi, yang merupakan pejuang Islam dari Persia? Atau Abdurrahman bin Auf, saudagar kaya yang masuk surga dengan merangkak?

Pernahkah kita berpikir, darimana airmata kita berasal? Darimana air keringat yang keluar dari badan kita? Darimana ludah yang keluar dari mulut kita? Darimana air kencing kita? Lalu, apakah hal itu tidak memberi pelajaran kepada kita?

Bumi yang kita huni serasa sudah lapang luas, tapi ternyata bumi tidak ada apa-apanya dibandingkan matahari. Matahari hanya salah satu planet dari sekian juta galaksi di alam raya. Lalu, siapakah yang lebih besar dari alam raya?

Bacaan Lainnya

Baca juga: Beberapa Ciri-Ciri Gejala yang Perlu Diruqyah

Dahsyatnya tragedi tsunami atau hebatnya gempa bumi, maka berdesir perasaan rasa kasian, takut, sedih. Secara manusiawi, perasaan kita mengatakan bahwa ada sesuatu yang mengatur kedahsyatan di balik peristiwa itu semua.

Pernahkah kita berfikir, siapakah yang mendatangkan musibah berupa banjir? Apakah itu semua datang begitu saja? Atau justru karena perbuatan tangan manusia karena telah menggunduli hutan sembarangan?

Terjadinya gejala alam berupa turunnya air hujan. Siapakah yang menurunkan air hujan? Akankah itu terjadi dengan sendirinya? Atau karena pengaruh cuaca? Atau justru karena ulah manusia?

Apakah terjadinya siang hari atau malam hari terjadi dengan sendirinya? Apakah periode bulan sabit, bulan purnama, lalu bulan sabit lagi terjadi dengan sendirinya?

Apakah terbitnya matahari di Timur dan tenggelam di Barat terjadi dengan sendirinya? Kalau begitu, siapa yang mengatur semua fenomena alam di sekita kita? Mungkinkah manusia?

Baca juga: Manakah yang Paling Mirip dengan Parenting Islami?

Pernahkah kita sadari bahwa banyak yang kita tidak tahu. Tapi Allah Maha Tahu. Kita tidak tahu, kelak kita di akhirat dimasukkan ke dalam surga atau neraka. Kita sama-sama berharap semoga kita ditempatkan di dalam surga-Nya.

Tapi, seringkali yang ditemukan, tak sedikit manusia yang lalai. Ada yang mengatakan, jika memang Allah itu ada, kenapa Dia tidak kelihatan? Bagaimana mungkin, sesuatu yang tidak mungkin bisa kita lihat, kita anggap ada dan kita wajib untuk melaksanakan perintah-Nya? Pernyataan ini salah besar ya sob.

Indera kita terbatas. Berapa banyak benda yang tidak bisa dilihat di muka bumi, namun ia ada. Gelombang misalnya, baik itu elektromagnetik, gelombang radio, listrik, dan lain-lain, yang mana itu tidak bisa dilihat. Namun akan berdiri rambut dan bisa jadi hangus badan kita karena kesetrum jika memegang kabel terbuka dengan tegangan listrik tinggi. Namun demikian, apakah tegangan atau gelombang yang dialirkan oleh kabel itu bisa dilihat? Jaringan atau sinyal misalnya dan berbagai sesuatu yang tidak bisa diindera, tapi keberadaannya bisa kita rasakan. (Garis Depan, 2011)

Itu artinya, bukan berarti karena tidak bisa kita lihat, Allah itu tidak ada. Allah memang tidak bisa dilihat, namun bukan berarti Dia tidak ada. Kita bisa merasakan dan membuktikan itu dengan melihat dan mempelajari ciptaan-Nya.

Tidak mungkin ada perahu jika tidak ada yang membuat. Tidak mungkin ada jembatan jika tidak ada yang membuat. Mustahil ada sesuatu tanpa ada yang menciptakan. Bukankah begitu? Lantas, mengapa ada yang beranggapan bahwa Allah itu tidak ada, dan alam ada dengan sendirinya?

KITA ADA DIMANA?

Pertama: Kelompok yang cuek alias tidak mau tahu.

Kedua: Kelompok yang tidak tahu karena tidak pernah dikasih tahu.

Ketiga: Kelompok yang sebenarnya sudah dapat separuh jawaban, tapi dia masih merasa ada yang mengganjal.

Keempat: Kelompok yang sudah dapat jawabannya yang memuaskan akal dan menentramkan hati.

Allah Subhanahu wa ta’ala telah berfirman: “Dan sebagian dari tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah bersujud kepada matahari dan janganlah pula kepada bulan, tapi bersujudlah kepada Allah yang menciptakannya, jika kamu hanya kepada-Nya berserah diri.” (QS. Fussilat: 37)

Tim Penulis:

1. Jalimah Zulfah Latuconsina
Mahasiswa Ahwal Al Syakhshiyah, Fakultas Ilmu Agama Islam, Universitas Islam Indonesia

2. Nur Zaytun Hasanah
Mahasiswa Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Agama Islam, Universitas Islam Indonesia

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui e-mail: redaksi@mahasiswaindonesia.id
Lalu konfirmasi pengiriman artikel via WA Admin: +62 811-2564-888 (Rahmat Al Kafi)
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI