Lemahnya Proteksi Konten Digital di Indonesia

Proteksi Konten Digital Indonesia

Perkembangan teknologi membuat internet menjadi salah satu kebutuhan personal atau instansi sebagai alat atau media untuk mempublikasikan informasi. Internet mudah dijangkau oleh berbagai orang mulai dari kalangan bawah sampai kalangan atas.

Dengan adanya internet, biaya pengeluaran hemat karena biaya pemeliharaan murah dan lebih praktis. Selain itu, hasil karyanya bisa dilihat atau dinikmati oleh orang lain. Adapun kelemahan menggunakan internet yaitu tindakan kriminalitas di dunia maya semakin tinggi seperti pembajakan.

Saya sebagai bangsa Indonesia sebetulnya cukup malu menyandang predikat bangsa yang termasuk rangking sepuluh (10) besar di dunia dalam pembajakan software. Adalah wajar jika pemberantasan pembajakan software dilakukan secara hukum yang adil & bijaksana antara pihak yang terbajak & pihak pembajak, tidak semena-mena menggunakan kerangka yang digunakan di luar negeri saja.

Bacaan Lainnya

Baca Juga: Pentingnya Database dalam Bisnis, Simak Kegunaannya!

Akan tetapi, adalah tidak baik untuk menegosiasi, meminta keringanan, mengemis kepada produsen software yang dibajak agar Indonesia di ampuni – saya masih yakin Indonesia bukanlah bangsa pengemis & pencuri. Padahal, apa susahnya sih untuk tidak membajak software?

Saat ini sudah banyak situs legal yang menyediakan software secara gratis seperti, Softpedia, FileHippo, Giveaway Radar, dsb. Atau bisa juga dengan membeli kaset yang banyak dijual secara legal di luaran sana.

Berdasarkan survei International Data Corporation (IDC) tahun 2007, Indonesia berada pada urutan ke 12 dari 108 negara dengan angka penggunaan software (perangkat lunak) ilegal mencapai 84 %. Angka presentasi ini menunjukkan perbaikan dibandingkan tahun sebelumnya, yakni pada tahun 2006 yang mencapai 85 % (Prihatman, 2009 dalam Sains dan Teknologi 2).

Baca Juga: Melindungi Data Pribadi, Penting atau Tidak?

Sesungguhnya kita bisa menghindari penggunaan software ilegal yaitu dengan beralih ke penggunaan software open source (terbuka). Pada akhirnya sebetulnya kita bisa bertanya ke diri sendiri, mengapa harus membajak?

Kalau alternatif software yang ada sebetulnya cukup banyak bahkan dapat diperoleh dengan murah tanpa perlu membajak & bahkan menjadikan kita pandai dan membangun industri software dalam negeri dengan Open Source-nya.

Kirana Berlianti Sofyan
Mahasiswa Universitas Pamulang
Fakultas Ekonomi Bisnis Akuntansi S1

Editor: Diana Pratiwi

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui e-mail: redaksi@mahasiswaindonesia.id
Lalu konfirmasi pengiriman artikel via WA Admin: +62 811-2564-888 (Rahmat Al Kafi)
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI