Makam Citrosoman sebagai Jejak Lahirnya Pemimpin Jepara

Makam Citrosoman
Makam Citrosoman (Sumber: Penulis)

Jepara merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Kota ini memiliki sejarah yang panjang dan kaya akan peristiwa bersejarah yang telah membentuknya menjadi apa yang kita kenal saat ini.

Sejarah Jepara tidak hanya mencakup perkembangan geografis dan politik kota ini, tetapi juga melibatkan berbagai aspek kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi masyarakatnya.

Salah satu titik awal penting dalam sejarah Jepara adalah pembentukan kabupaten ini yang dipimpin oleh seorang adipati atau bupati.

Bacaan Lainnya

Adipati atau bupati adalah kepala pemerintahan lokal yang memiliki peran penting dalam mengatur dan memimpin wilayahnya.

Dengan adanya kepemimpinan ini, Jepara menjadi lebih terorganisir dan berfokus pada perkembangan ekonomi dan sosialnya.

Sejarah panjang Jepara juga mencakup peristiwa-peristiwa penting seperti konflik dan perdagangan. Selama berabad-abad, Jepara menjadi pusat perdagangan yang strategis di pesisir utara Jawa Tengah.

Hal ini membuatnya menjadi salah satu pelabuhan utama di Jawa Tengah dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi kota ini. Selain itu, Jepara juga memiliki keberagaman budaya yang kaya, terutama dalam bidang seni dan kerajinan.

Salah satu peninggalan bersejarah yang dapat kita temui di Jepara adalah makam Citrosoman. Makam ini menjadi tempat peristirahatan terakhir para bupati-bupati serta pemimpin Jepara yang telah berjasa dalam memimpin dan mengembangkan wilayah ini.

Makam ini menjadi saksi bisu dari jejak sejarah panjang Jepara dan merupakan bagian penting dari warisan budaya kota ini.

Tempat pemakaman Citrosoman terletak di Desa Sendang, Kalinyamatan, Kabupaten Jepara, di Provinsi Jawa Tengah.

Di antara kompleks pemakaman ini, terdapat area yang didedikasikan untuk pemakaman para Bupati awal Jepara, yaitu Adipati Citrosoma I-VII, serta tempat pemakaman bagi Bupati Jepara R.M.A.A Sosroningrat dan orang tua RA.

Kartini, Mas Ajeng Ngasirah. Kompleks makam Citrosoman terdiri dari tiga halaman yang membentang dari utara ke selatan.

Pada zaman dahulu, Desa Sendang memiliki status istimewa karena terletak dalam kompleks yang sama dengan Keraton Kalinyamat.

Selain itu, pemakaman para Adipati Jepara yang terus ada dari masa ke masa di sini menjadi bukti nyata bahwa Desa Sendang kala itu merupakan pusat penting pemerintahan di wilayah Jepara.

Berdasarkan beberapa informasi yang saya peroleh  dari juru kunci makam, Adipati Citrosoma I atau yang juga dikenal dengan nama Ki Wuragil Djiwosuto adalah salah satu pengawal setia Sultan Agung Mataram.

Sebelum menjabat sebagai Adipati Jepara, Ki Wuragil Djiwosuto berhasil mengatasi konflik-konflik di daerah pesisir utara Pulau Jawa.

Bersama dengan sejumlah Adipati lainnya, mulai dari Probolinggo hingga Tegal Ki Wuragil Djiwosuto berhasil menahan serangan pasukan Belanda.

Sejak saat itu, Ki Wuragil Djiwosuto diangkat sebagai Adipati Jepara dengan gelar Adipati Citrosomo, dan wilayah kekuasaannya berada di Desa Sendang saat ini.

Terdapat sebuah masjid dalam kompleks makam tersebut yang konon merupakan salah satu masjid bersejarah di Jepara, karena didirikan pada masa pemerintahan Citrosomo III.

Informasi tentang para bupati yang dimakamkan di kompleks makam Citrosoman terbatas, karena keterbatasan data yang tersedia.

Namun, berdasarkan silsilah yang dapat dilacak, Adipati Citrosoma I dikenal sebagai putra termuda Ki Tumenggung Reksojiwo.

Sebelum mendapatkan gelar Adipati di Jepara, Citrosoma I dikenal dengan nama Ki Wuragil. Kemudian, ia diangkat sebagai bupati atau adipati di Jepara dengan gelar Tumenggung Hadipati Citrosoma I.

Ia memerintah pada periode antara tahun 1708 hingga 1742, dan meninggal dunia pada tahun 1742, lalu dimakamkan di kompleks makam keluarga Citrosoman.

Setelah meninggalnya Ki Tumenggung Hadipati Citrosoma I, Sunan Paku Buwana I mengangkat putra Citrosoma I yang bernama Ki Ngabehi Sumawijoyo sebagai bupati Jepara dengan gelar Ki Hadipati Citrosoma II. Citrosoma II sendiri wafat pada tahun 1745 dan dikebumikan di daerah Babangan Jepara.

Setelah kematian Citrosoma II, Sunan Paku Buwana II mengangkat Ki Ngabehi Kromowijoyo sebagai bupati Jepara dengan gelar Hadipati Citrosoman III.

Kromowijoyo adalah adik dari Citrosoma II dan anak dari Citrosoma I. Hadipati Citrosoman III meninggal pada tahun 1778 dan dikebumikan di kompleks makam keluarga Citrosoman di Sendang.

Posisinya kemudian digantikan oleh anaknya, Raden Sumodirjo, yang bergelar Hadipati Citrosoman IV dan memimpin sebagai bupati Jepara dari tahun 1778 hingga 1748.

Setelah itu, Citrosoma IV meninggal pada tahun 1748 dan dimakamkan di kompleks makam keluarga Citrosoman di Desa Sendang, Jepara.

Setelah Citrosoma IV wafat, ia digantikan oleh adiknya, yang bernama Raden Mas A.A. Mangkuwijoyo, dengan gelar Kanjeng Adipati Citrosoman IV.

Setelah menjabat sebagai bupati Jepara, R.M.A.A. Mangkuwijoyo kemudian dikenal sebagai Citrosoma V dan memimpin Jepara dari tahun 1784 hingga 1810.

Ia meninggal pada tahun 1810 dan dikebumikan di kompleks makam keluarga Citrosoman di Sendang. Selanjutnya, R.M.A.A. Mangkuwijoyo digantikan oleh anaknya, R.M. Ngabehi Notowijoyo, yang kemudian memegang gelar K.P.H. Citrosoma V I dan memerintah dari tahun 1810 hingga 1850.

Citrosoma VI wafat pada tahun 1850 dan dikebumikan di dalam kompleks pemakaman Citrosoman di Desa Sendang, Jepara.

Penulis: Adhelia Puteri Maharani
Mahasiswi Pendidikan Sejarah, Universitas Negeri Semarang

Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui e-mail: redaksi@mahasiswaindonesia.id
Lalu konfirmasi pengiriman artikel via WA Admin: +62 811-2564-888 (Rahmat Al Kafi)
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI