Manfaat Olahraga Angkat Beban, Sebagai Salah Satu Bentuk Apresiasi Diri

Olahraga Angkat Beban
Olahraga Angkat Beban. (Sumber: https://lifestyle.kompas.com/read/2019/04/24/070000520/mari-mengenal-latihan-beban-untuk-pemula-?page=all)

Olahraga angkat beban atau weightlifting merupakan sebuah olahraga yang mengharuskan individu untuk mengangkat beban yang berat dengan tujuan untuk memperbesar massa otot.

Namun bagaimana cara mengangkat beban yang berat bisa menambah massa otot?
Jawaban yang tepat untuk hal ini, yakni kerobekan atau kerusakan terhadap jaringan otot akibat mengangkat beban berat akan memicu proses pergantian sel rusak dengan sel yang baru.

Alhasil, massa otot berkembang dan tubuh mulai beradaptasi dengan aktivitas olahraga angkat beban tersebut (Shabrina, 2021).

Bacaan Lainnya

Beberapa maanfat berolahraga angkat beban diantaranya adalah:

  1. Menurunkan BB atau berat badan.
    Badan Lembaga Kesehatan “American Heart Association” menyarankan untuk berolahraga angkat beban selama setidak 2x seminggu sembari melakukan High Intensity-Interval Training (HIIT) selama 75 menit untuk memperoleh dampak penurunan berat badan secara maksimal.
  2. Mengurangi risiko osteoporosis atau kondisi dimana kepadatan tulang menjadi keropos dan berpotensi mengalami patah tulang disaat mengalami cedera (Pittara, 2022).
  3. Fungsi Otak yang meningkat
    Diketahui bahwa dengan melakukan olahraga angkat beban, maka produksi hormon IGF-1 yang bertanggung jawab atas kenaikan fungsi kognitif dan dampak dari penuaan akan bertambah.
  4. Risiko penyakit dan cedera yang berkurang
    Seiring kita berolahraga, kekebalan imunitas tubuh kita akan bertambah dan risiko terkena penyakit seperti sakit punggung, arthritis, fibromyalgia atau nyeri otot akan berkurang (Shabrina, 2021).                    

Ada juga alasan umum akan mengapa orang mulai berolahraga, yakni body dysmorphobia, sebuah kesehatan mental dimana seseorang menghabiskan banyak waktunya terhadap kekurangan atau kecacatan yang ada di fisik mereka.

Baca juga: Pentingnya Berolahraga di Masa Pandemi Covid-19

Penyakit ini sangat umum di kalangan muda, terutama remaja yang sedang beranjak ke masa remaja muda.

Sebuah studi mengatakan bahwa diperkirakan setidaknya 49% penyakit BDD terjadi pada usia 15 tahun, 39% untuk usia 18 tahun, 37% untuk usia 20-28 tahun (Enander et al, 2018).

Sehingga, tidak heran bahwa banyak remaja yang pergi ke gym karena alasan fisik bukan dari niat untuk bersungguh-sungguh hidup sehat.

Beberapa gejala yang menandakan seseorang mengidap BDD adalah sebagai berikut:  

  1. Terlalu mengkhawatirkan kekurangan atau kecacatan yang ada pada bagian tubuh.
    Kita sebagai manusia tentu sadar bahwa tidak ada hal di dunia ini yang sempurna, namun bagi pengidap BDD, hal terkait kekurangan penampilan fisik tergolong cukup menghkawatirkan dan bahkan pasien dapat mulai mengidap gejala lainnya seperti anxiety, depresseionfear dan lainnya.
  2. Terlalu mengandalkan kepercayaan diri dengan kekurangan fisik yang dimiliki dan bagaimana pandangan orang lain.
    Pengidap BDD biasanya terlalu fokus kepada fisik sampai-sampai mereka berpikir bahwa tidak ada yang ingin berteman dengan mereka hanya karena kekurangan tersebut.
    Sehingga mereka terpuruk ke dalam kekurangan fisik; yang nyatanya orang lain tidak begitu mempedulikan kekurangan tersebut.
  3. Menghabiskan banyak waktu membandingkan diri dengan sesama lainnya dan selalu merasa lebih rendah.
    Seperti misalkan saat di gym, bagaimana yang lain memiliki perut yang datar namun milik kita gendut. Bahwa kita tidak akan pernah untuk bisa se-tinggi mereka walau sebenarnya tidak ada yang lebih atau kurang dari satu sama lainnya.
  4. Menanyakan pendapat orang lain akan kekurangan fisik yang dimiliki, dikarenakan keinginan untuk tidak menarik perhatian orang terlain terhadap kekurangannya.
    Karena kekurangan yang dimiliki, pengidap BDD membutuhkan jaminan dari orang lain bahwa mereka tidak apa untuk memiliki kekurangan tersebut. Namun, terkadang mereka tetap saja menyangkal jaminan tersebut dan lebih memilih untuk fokus pada kekurangan tersebut.
  5. Melakukan diet atau rutinitas kebugaran yang tergolong ekstrim hanya untuk memperbaiki kekurangan yang ada pada fisik.
    Semisal dalam sehari kita membutuhkan 1700 kalori, namun kita hanya mengkonsumsi 1200 per harinya dan berlangsung selama sebulan, berarti per minggunya mengalami defisit 3500 kalori, atau berolahraga kebugaran selama 7 hari seminggu yang berarti tidak ada hari istirahat sama sekali.
  6. Banyak menghabiskan waktu melihat cermin atau sebaliknya tidak ingin melihat cermin.
    Hal ini tidak begitu bisa diandalkan, karena terkadang mood akan mempengaruhi bagaimana kita memandang fisik kita tergantung dari hari ke hari.

Baca juga: Pentingnya Peran Agama dalam Kesehatan Tubuh dan Mental pada Diri Manusia

Sekarang kita sudah paham tentang penyakit BDD, ada pula hal yang perlu diperhatikan jika ingin mulai rutin berolahraga.

Seperti konsumsi makanan yang sehat dan bergizi, karena tubuh yang membangun otot dan pembaharuan sel, memerlukan makanan yang kaya dalam karbohidrat, protein, vitamin dan minim zat kimia.

Makanan tersebut dapat ditemukan di makanan alami seperti buah-buahan, sayuran, daging, telur, kacang-kacangan, dll.

Selanjutnya adalah mengelola stress dengan baik, karena sadar atau tidak sadar dengan kita menampung stres maka kesehatan fisik pun juga dipertaruhkan, gejala yang dapat kita alami diantaranya adalah meningkatnya tekanan darah tinggi, sakit perut, sakit kepala, nyeri dada dan kesulitan tidur.

Terakhir, paling penting dari segalanya adalah untuk istirahat yang cukup. Dianjurkan bahwa setidaknya kita tidur 7-9 jam per harinya untuk menjaga kesehatan dan mengoptimalkan pembangunan sel yang rusak.

Biasakan juga untuk tidur dan bangun di waktu yang sama, karena dengan begitu tubuh kita secara tidak sadar akan mengetahui kapan waktunya untuk beristirahat.

Adapun beberapa hal yang bisa kita lakukan jika sedang kesulitan untuk tidur, seperti mandi air hangat, mendengarkan musik dan membaca buku.

Penulis: Brandon Nathanael
Mahasiswa Jurusan Mass Communication, Universitas Bina Nusantara

Editor: Imamah Khairunnisa
Bahasa: Rahmat Al Kafi

Referensi:

Cleveland Clinic. (2023, January 11). Body Dysmorphic Disorder. Retrieved from Cleveland Clinic: https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/9888-body-dysmorphic-disorder#:~:text=Experts%20estimate%20that%20BDD%20affects,%25%20and%202.9%25%20of%20people.

Fadli, R. (2022, January 27). Body Dysmorphic Disorder. Retrieved from halodoc: https://www.halodoc.com/kesehatan/body-dysmorphic-disorder

Makarim, d. F. (2020). Hidup Sehat. Retrieved from halodoc: https://www.halodoc.com/kesehatan/hidup-sehat

NHS. (2020, October 14). Body dysmorphic disorder (BDD). Retrieved from NHS: https://www.nhs.uk/mental-health/conditions/body-dysmorphia/#:~:text=Body%20dysmorphic%20disorder%20(BDD)%2C,in%20teenagers%20and%20young%20adults.

Pittara. (2022, May 31). Osteoporosis. Retrieved from Alodokter: https://www.alodokter.com/osteoporosis

Shabrina, A. (2021, July 7). 5 Manfaat Angkat Beban untuk Bantu Memperbesar Otot. Retrieved from hellosehat: https://hellosehat.com/kebugaran/kekuatan/manfaat-angkat-beban-pada-otot/

Tschinkel, A. (2018, November 26). 12 subtle warning signs of body dysmorphia. Retrieved from INSIDER: https://www.insider.com/subtle-warning-signs-body-dysmorphia-2018-5

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui e-mail: redaksi@mahasiswaindonesia.id
Lalu konfirmasi pengiriman artikel via WA Admin: +62 811-2564-888 (Rahmat Al Kafi)
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI