Manusia Indonesia Lahir dari Ikami Sulsel?

anak indonesia

Berbagai fenomena yang terjadi di Indonesia hari ini, mengingatkan kita kembali dengan kritik pedas sastrawan besar Indonesia, Almarhum Mochtar Lubis yang disampaikan dalam ceramah budayanya di Institut Kesenian Jakarta (IKJ) pada tanggal 6 April 1977. Ceramah ini kemudian dibukukan dengan judul “Manusia Indonesia” oleh Yayasan Obor Indonesia tahun 2001.

Menurut Mochtar dalam ceramah budayanya, ciri-ciri manusia Indonesia, antara lain: hipokrisi atau munafik; segan dan enggan bertanggung jawab atas perbuatannya; berjiwa feodal; masih percaya takhayul; artistik. Ciri lainnya, manusia Indonesia tidak hemat atau boros, serta senang berpakaian bagus dan berpesta. Ia lebih suka tidak bekerja keras, kecuali terpaksa. Ia ingin menjadi milyuner seketika. Manusia Indonesia cenderung kurang sabar, tukang menggerutu, dan cepat dengki. Gampang senang dan bangga pada hal-hal yang hampa. Kita, menurut Mochtar Lubis, juga bisa kejam, mengamuk, membunuh, berkhianat, membakar, dan dengki.

Sifat buruk lain adalah kita cenderung bermalas-malas akibat alam kita yang murah hati. Pendiri Harian Indonesia Raya itu juga mengemukakan sifat yang baik. Misalnya, masih kuatnya ikatan saling tolong-menolong. Manusia Indonesia pada dasarnya berhati lembut, suka damai, punya rasa humor, serta dapat tertawa dalam penderitaan. Manusia Indonesia juga cepat belajar dan punya otak encer serta mudah dilatih keterampilan. Selain itu, punya ikatan kekeluargaan yang mesra serta penyabar (Mochtar, 1977).

Bacaan Lainnya

Sulit ditolak bahwa pernyataan Mochtar Lubis banyak benarnya, dan karakter ini masih terasa di masyarakat Indonesia hingga kini. Padahal, argumen ini disampaikan 38 tahun yang lalu. Sehingga negara kita hingga hari ini masih terkurung dengan kebodohannya sendiri. Hampir di semua aspek Indonesia tidak memiliki kemajuan berarti. Hal ini bertahun-tahun dioper ke generasi muda, yang ketika tua mengoper lagi ke generasi mudanya. Seperti lingkaran setan, keterpurukan yang terjadi di Indonesia adalah persoalan karakter. Tidak cukup banyak manusia-manusia Indonesia yang konsisten dengan idealismenya. Kita terlalu tergoda dengan hal-hal kecil yang justru dapat merusak hal-hal yang lebih besar. Kita mengalami krisis kepemimpinan yang akut. Sulit menemukan penegak hukum yang benar-benar adil. Sulit menemukan politisi yang benar-benar memperjuangkan public good (kebaikan bersama), para tokoh agama menyampaikan ajaran sesuai dengan kepentingan kelompoknya.

Lalu Manusia Indonesia seperti apa yang ideal menurut Mochtar Lubis?
“Saya berdoa sekuat tenaga semoga kita akan berhasil membina manusia Pancasila menjelang tahun 2000. Jika ini tercapai maka Indonesia pasti akan jadi sorga, dan kita semua akan hidup penuh nikmat dan bahagia.” –Mochar Lubis, 1977.

Menurut Mochtar, Manusia Pancasila merupakan salah satu kategori manusia ideal. Manusia Pancasila diartikan sebagai manusia ideal yang membasiskan sifat dan keputusannya kepada lima elemen Pancasila: Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan Sosial.

Organisasi Mahasiswa dan Kepemudaan (OKP) hampir seluruhnya mencantumkan Pancasila sebagai asas organisasi. Hal ini terjadi semenjak pemberlakuan asas tunggal (asas Pancasila) bagi seluruh ormas dan OKP, meskipun hal ini banyak mendapat kritik. Ini diartikan bahwa setiap gerak organisasi, selalu berlandaskan pancasila termasuk nilai-nilai yang dikandungnya. Maka, OKP harus berada di garda terdepan dalam mendidik manusia Indonesia yang berjiwa Pancasila dalam kehidupannya.

OKP adalah pintu awal bagi generasi muda untuk digembleng menjadi Manusia Indonesia yang Pancasilais. Penggemblengan dapat dilakukan melalui program pengkaderan organisasi serta dapat melalui pelatihan dan kursus-kursus keterampilan. Organisasi kita, Ikami Sulsel, belum menerapkan sistem pengkaderan yang menyeluruh. Meskipun ada beberapa cabang yang telah memiliki program pengkaderan. Namun sangat disayangkan bila program pengkaderan tidak menyeluruh, karena akan terjadi kesenjangan kualitas kader antar cabang-cabang Ikami Sulsel. Pematangan konsep pengkaderan dan pelaksanaan program pengkaderan di cabang-cabang secara menyeluruh harus menjadi prioritas, bahkan ini termasuk program yang mendesak. Agar Ikami Sulsel bersama dengan OKP lainnya dapat menjadi rahim lahirnya manusia Indonesia yang pancasilais.

Sudah tidak ada ruang, untuk berdebat, apakah Ikami Sulsel adalah organisasi kader atau organisasi daerah. Seluruh OKP, termasuk IKAMI Sulsel secara otomatis adalah organisasi kader, karena OKP yang ideal harus melakukan pembinaan dan pendidikan kader untuk membuatnya tetap survive dan eksis. Pengkaderan yang baik akan menghasilkan regenerasi organisasi yang baik pula.

Ke depan, akan menjadi hal menarik untuk melihat bagaimana keseriusan Ikami Sulsel dalam mendidik Manusia Indonesia yang pancasilais dalam program-program pengkaderan dan aktifitas organisasinya.

RAHMAT AL KAFI
Pemimpin Umum Media Mahasiswa Indonesia

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui e-mail: redaksi@mahasiswaindonesia.id
Lalu konfirmasi pengiriman artikel via WA Admin: +62 811-2564-888 (Rahmat Al Kafi)
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI