Mempersiapkan Pendidikan Menuju Era Society 5.0

era society 4.0

Saat ini Indonesia sedang menghadapi Era Revolusi industry 4.0. Pada era revolusi industry 4.0 ini, Menperin menyampaikan, efisiensi mesin dan manusia sudah mulai terhubung satu sama lain dengan sistem Internet of Things (IoT).

Jika dianalogikan Internet of Things memungkinkan berbagai macam alat-alat fisik dapat terkoneksi dengan jaringan internet. Contohnya Televisi, Kulkas, AC dan sebagainya yang akan dapat dengan mudah dikontrol melalui perangkat smartphone untuk menghidupkan, mematikan atau melakukan fungsi lainnya.

Memperbaiki SDM

Dalam era revolusi industri 4.0 ini banyak bidang yang bertransformasi baik secara struktur maupun sistemik. Salah satu bidang yang terkena dampaknya adalah bidang pendidikan.

Bacaan Lainnya

Nampaknya pemerintah saat ini sedang gencar-gencarnya membuat beberapa program yang tujuannya mempersiapkan SDM di masa yang akan datang melalui pendidikan.

Baca juga: Pentingnya Pendidikan Kesehatan di Kalangan Remaja

Salah satu cara untuk memperbaiki kualitas SDM yaitu lewat pendidikan. Pendidikan merupakan sebuah sektor yang strategis untuk memperbaiki masalah yang ada mulai dari dasarnya.

Jika berbicara soal pendidikan tentunya juga tidak mudah dalam proses maupun operasionalnya. Apalagi kebijakan terkait pendidikan di Indonesia ini bersifat dinamis (berubah-ubah).

Tentunya perubahan tersebut bukan tanpa alasan, perubahan tersebut memang ada karena perubahan zaman, jika tidak dapat mengikuti zaman maka akan tertinggal dari negara lain.

Memasuki Society 5.0

Di tingkat perguruan tinggi juga banyak sekali Organisasi kemahasiswaan maupun pihak birokrat yang menyelenggarakan seminar dengan tema “Revolusi industri 4.0”.

Fenomena tersebut menunjukkan bahwa saat ini di Indonesia sedang marak-maraknya mengikuti atau malah mengejar ketertinggalan di Era ini. Padahal sebentar lagi akan muncul era baru yaitu Era society 5.0 yang digagas oleh negara Jepang.

Society 5.0 adalah era dimana peran masyarakat berusaha untuk seimbang dengan hadirnya teknologi yang tidak bisa terhindarkan. Society 5.0 dengan manusia sebagai pusatnya hadir untuk memajukan ekonomi melalui penyelesaian masalah-masalah sosial dengan sistem yang terintegrasi pada ruang fisik dan maya. (kompasiana.com, 27/5/2019).

Baca juga: Ketika Teknologi Mengambil Alih Sisi Manusia Generasi Muda Indonesia “Zaman Now”

Society mempunyai sebuah konsepan bahwa segala sesuatu dapat digerakkan dan dihubungkan melalui data sebagai salah satu upaya untuk membantu mengatasi kesenjangan sosial yang ada. Berbagai layanan pendidikan diharapkan mampu menjangkau wilayah wilayah pelosok dengan bantuan human atau manusia yang berperan untuk membuat data. Tujuannya untuk mengurangi maupun mengatasi kesenjangan sosial yang ada.

Pendidikan perlu mendapat perhatian lebih mengingat pendidikan ini menjadi salah satu hal yang penting dalam tatanan kehidupan bermasyarakat dalam kesiapannya menghadapi masa depan dan perubahan yang cepat. Oleh karena itu pendidikan harus berkualitas dan optimal dalam hal pelayanannya supaya dapat menentukan kelanjutan pendidikan itu sendiri

Tantangan Menuju Era Society 5.0

Era society 5.0 akan menjadi sebuah tantangan bagi setiap praktisi pendidikan maupun civitas akademik untuk membekali siswa dengan berbagai macam keterampilan. Seperti keterampilan bertahan hidup, keterampilan berpikir kritis, konstruktif dan inovatif.

Di Era society 5.0 bukan siswa saja yang dituntut untuk berpikir kritis dan konstruktif, namun juga masyarakat secara umum juga dituntut demikian. Oleh karena itu pendidikan tidak boleh berhenti di sekolah saja, namun juga dalam semua tatanan masyarakat.

“Secara umum guru-guru kita belum mampu melakukan pengajaran dengan metode tersebut, dan siswanya otomatis banyak yang belum memiliki cara berpikir yang kritis dan konstruktif. Indonesia dapat dikatakan belum siap menghadapi era society 5.0, namun bukan hanya masalah siap atau tidak, Indonesia juga harus mengambil ancang ancang untuk  menghadapi era society 5.0 sebagai tuntutan dari perubahan zaman,” ujar Zulfikar Alimuddin, Direktur HAFECS, (mediaindonesia.com,13/9/2019).

Tugas Guru Membiasakan HOTS

Tugas guru di antaranya adalah menjadi fasilitator dalam pembelajaran di sekolah. Sebagai fasilitator tentunya juga harus mempunyai semangat untuk terus belajar dan meningkatkan kemampuan diri. Agar nantinya dapat menentukan arah dan menemukan solusi atas permasalah yang ada dalam pembelajaran dengan cara berpikir kreatif dan menciptakan inovasi baru dalam pembelajaran.

Pemerintah juga harus mengadakan pelatihan atau sosialisasi secara konsisten dan berkelanjutan yang kaitannya dengan peningkatan kualitas guru. Mengingat zaman terus berkembang, agar nantinya guru dapat mendidik siswa secara profesional.

Dalam konteks pembelajaran siswa harus dibiasakan untuk berpikir kritis dan konstruktif, cara berpikir itulah yang disebut cara berpikir tingkat tinggi (HOTS: Higher Order Thinking Skills). Dalam arti lain berpikir secara kompleks, berjenjang dan sistematis.

Kemampuan siswa dalam HOTS ini dapat dilatih pada saat proses pembelajaran di kelas, yaitu dengan memberi kesempatan peserta didik untuk mengeksplor kemampuan supaya dapat menemukan konsep pengetahuan hasil dari aktivitas.

Cara tersebut dapat melatih peserta didik untuk berpikir kritis dan kreatif. Guru juga dapat menggunakan beberapa model pembelajaran seperti problem based learning, project based learning, inquiry learning dan discovery learning. Yang tentunya juga harus disesuaikan dengan mata pelajaran.

Pembiasaan HOTS dapat diperoleh dengan cara mengenalkan dan merasakan langsung situasi dunia nyata kepada siswa. Dengan mengenali dunia nyata, para peserta didik dapat mengenal kompleksitas permasalahan yang ada.

Menerapkan Pemanfaatan Ilmu Pengetahuan

Seperti masalah lingkungan hidup, kesehatan, kebumian dan ruang angkasa, serta cara menerapkan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam segala aspek kehidupan. Peserta didik diharapkan dapat menerapkan secara langsung konsep-konsep pembelajaran untuk menyelesaikan masalah yang ada, (alinea.id, 11/03/2019).

Dalam pendidikan, siswa juga harus diajarkan untuk lebih bijak dalam menggunakan peralatan teknologi seperti smartphone, tablet maupun laptop. Hal tersebut dapat diupayakan melalui beberapa program literasi media ataupun program literasi digital yang diintegrasikan melalui beberapa mata pelajaran terkait. Harapannya siswa dapat lebih bijak lagi saat menggunakan atau memanfaatkan peralatan teknologi.

Hal lain yang tak kalah penting adalah penguatan pendidikan karakter. Dewasa ini banyak sekali fenomena kemerosotan moral yang terjadi akibat kemajuan teknologi. Tidak sedikit pelajar yang menyalahgunakan internet untuk mengakses hal yang negatif terkait pornografi dalam bentuk gambar maupun video. Ini dilakukan untuk sekedar ditampilkan atau yang lebih parah untuk disebarluaskan bagi para pengguna internet.

Semua itu tentunya merupakan perbuatan yang sangat melanggar norma. Hal tersebut yang menyebabkan moral pelajar menurun drastis. Dapat dibuktikan dengan maraknya pelecehan seksual dan pergaulan bebas yang dilakukan oleh kalangan pelajar. Fenomena tersebut tentunya sangat memprihatinkan mengingat mereka adalah calon penerus bangsa.

Perhatian dan Pengawasan Banyak Pihak

Diperlukan pengawasan dan perhatian lebih dari berbagai pihak, agar kedepannya dalam proses pekembangan tidak menimbulkan hal-hal yang merugikan. Tidak hanya guru saja yang berperan dalam pendidikan karakter. Orang tua juga perlu mengontrol saat di rumah dan juga pengawasan dari masyarakat sekitar karena lingkungan lah yang membentuk karakter peserta didik. Antara guru, orang tua dan masyarakat harus bersinergi sesuai dengan peranannya masing-masing untuk menciptakan tatanan sosial yang baik.

Untuk menghadapi era society 5.0, diperlukan sebuah iklim pendidikan yang mendukung. Di dalam konteks pembelajaran, siswa harus lebih dibiasakan dan ditekankan untuk berpikir kritis dan konstruktif. Agar nantinya pelajaran yang disampaikan dapat benar-benar diterapkan dalam kehidupan sehari-hari secara konkrit. Sehingga dapat memecahkan suatu permasalahan yang ada dengan menggunakan pengetahuan dan keterampilan sebagai wujud luaran dari pembelajaran di sekolah.

Selain menekankan dalam hal akademis juga diperlukan penguatan pendidikan karakter yang dapat diselipkan dalam proses pembelajaran. Interaksi keluarga maupun pergaulan di masyarakat sesuai dengan kebutuhan masing-masing untuk meminimalisir terjadinya degradasi moral. Tentunya pendidikan karakter harus dilakukan secara konsisten.

Oleh karena itu pendidikan perlu dipersiapkan dengan matang agar relevan dengan tujuan Era society 5.0. Ini merupakan pembenah dari era sebelumnya Jadi manusia lah yang akan mengontrol penuh teknologi untuk kemaslahatan bersama.

Rizki Aziz Saputra
Mahasiswa jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Unnes

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui e-mail: redaksi@mahasiswaindonesia.id
Lalu konfirmasi pengiriman artikel via WA Admin: +62 811-2564-888 (Rahmat Al Kafi)
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI