Nasi Multigrain Instan sebagai Solusi Diversifikasi Pangan Praktis dalam Menghadapi Pertumbuhan Penduduk yang Tinggi

Nasi Multigrain Instan
Nasi Multigrain Instan (Sumber: maangchi.com)

Populasi penduduk dunia terus meningkat setiap tahunnya. Kebutuhan akan pangan pun akan semakin bertambah.

Hal ini menjadi tantangan dalam upaya memastikan ketersediaan pangan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi masyarakat.

Nasi, makanan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia, membuat permintaan terhadap beras menjadi sangat tinggi. Tak segan Indonesia pun kerap kali mengimpor beras dari negara lain untuk memenuhi kebutuhan ini.

Bacaan Lainnya

Maka dalam upaya menghadapi tantangan ini, solusi berupa diversifikasi pangan menjadi kunci penting untuk menyikapi kebutuhan pangan yang semakin meningkat dan untuk memastikan ketersediaan sumber daya pangan yang seimbang dan berkelanjutan.

Nasi multigrain muncul sebagai pangan alternatif yang inovatif. Nasi multigrain adalah nasi yang terbuat dari campuran beberapa jenis beras, biji-bijian, gandum, serealia, dan kacang-kacangan (Hartanti dan Kurniawati 2023).

Keunggulan nasi multigrain terletak pada kandungan nutrisi yang lebih kaya, termasuk serat, protein, vitamin, dan nutrisi lain yang lebih beragam dibandingkan nasi putih saja.

Di masa depan, dinamika kehidupan modern kian akan semakin sibuk dan mobilitas masyarakat pun akan semakin tinggi.

Hal ini mengarah kepada meningkatnya permintaan akan makanan yang dapat disiapkan dengan cepat dan mudah.

Makanan siap saji atau instan menjadi solusi praktis untuk memenuhi kebutuhan pangan di masa depan.

Menurut Ufrida dan Harianto (2022), makanan instan adalah makanan yang disajikan dengan cepat, mudah, dan praktis, dikemas secara menarik, dan dibuat dengan cara yang sederhana oleh industri makanan menggunakan teknologi tinggi dan umumnya mengandung zat aditif untuk membuatnya awet dan memberi aneka rasa.

Kini, pengembangan nasi instan sebagai bahan makanan pokok semakin ekstensif karena berbagai kemudahan yang ditawarkannya.

Aplikasi nasi instan juga dapat diterapkan pada nasi multigrain, yang nantinya akan memberikan keuntungan di samping kaya nutrisinya, tetapi juga cepat dan mudah penyajiannya.

Nasi multigrain yang berpotensi dikembangkan dapat berasal dari kombinasi bahan-bahan lokal di antaranya berupa beras merah, beras hitam, sorgum, kacang hijau, dan jagung.

Beras merah mengandung serat yang tinggi sehingga cocok untuk dijadikan bahan baku utama dalam pembuatan nasi multigrain.

Kandungan serat tersebut dapat memperlambat penyerapan glukosa pada usus, sehingga membantu tubuh agar tetap kenyang dalam jangka waktu yang lama (Ufrida dan Harianto 2022).

Beras hitam memiliki potensi sebagai pangan fungsional karena mengandung komponen bioaktif seperti senyawa polifenol, flavonoid, asam fitat, dan ɣ-orizanol yang berfungsi sebagai antioksidan dan antiinflamasi (Arifa et al. 2021).

Komponen berikutnya yaitu sorgum. Di Indonesia, sorgum merupakan tanaman serealia pangan ketiga setelah padi dan jagung.

Selain mengandung karbohidrat yang tinggi, sorgum mengandung asam amino esensial termasuk lisin yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan jagung dan sedikit lebih tinggi dibanding beras (Suarni 2016).

Sorgum yang dipilih adalah jenis sorgum putih karena mengandung tanin yang lebih rendah dan banyak digunakan di industri pangan. Komponen lainnya yaitu kacang hijau, memiliki kandungan protein yang cukup tinggi sebesar 22% dan merupakan sumber mineral penting seperti kalsium, fosfor, dan zat besi (Sari et al. 2020).

Di Indonesia, kacang hijau menempati urutan ketiga terpenting sebagai tanaman pangan legum, setelah kacang kedelai dan kacang tanah.

Komponen nasi multigrain yang terakhir yaitu jagung, ditambahkan selain untuk mempercantik tampilan karena warna kuning cerahnya, juga memberikan kontribusi terhadap keberagaman tekstur dan meningkatkan nilai nutrisi karena jagung kaya akan serat dan vitamin.

Kombinasi penggunaan bahan-bahan lokal seperti beras hitam, beras merah, sorgum, kacang hijau, dan jagung bukan hanya mendiversifikasi konsumsi pangan, tetapi juga mendukung ketahanan pangan global.

Pembuatan nasi multigrain instan memerlukan peran seorang ahli pangan untuk mewujudkannya.

Proses pembuatan nasi multigrain instan meliputi beberapa tahapan, di antaranya yaitu pengecilan ukuran untuk komponen kacang hijau dan jagung agar mempermudah proses pengolahan dan mempercepat proses penyerapan air, pencucian dan perendaman dengan natrium sitrat, pemasakan setiap komponen bahan, pendinginan dan pencampuran, pembekuan, thawing agar nasi multigrain dapat terurai dan siap dilakukan pengeringan, lalu proses pengeringan dan diperoleh nasi multigrain instan.

Nasi multigrain instan kemudian dapat disajikan setelah direhidrasi dengan menyeduh menggunakan air mendidih dalam keadaan tertutup (Hartanti dan Kurniawati 2023).

Berbagai analisis dapat dilakukan untuk mengevaluasi akndungan nutrisi, cita rasa, dan tekstur untuk memastikan kualitas dan memahami karakteristik nasi multigrain yang dihasilkan.

Metode analisis yang dapat dilakukan meliputi analisis kadar air, kadar serat, kadar protein, kadar lemak, antioksidan, tekstur, uji sensori hedonik, dan analisis waktu rehidrasi.

Nasi multigrain instan berbahan dasar beras hitam, beras merah, sorgum, kacang hijau, dan jagung muncul sebagai solusi inovatif untuk menyikapi pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi.

Nasi multigrain instan tidak hanya memberikan manfaat nutrisi yang tinggi, tetapi juga memberikan keunggulan dalam segi kemudahan dan kepraktisan penyajiannya.

Melalui pemahaman mendalam terhadap potensi pangan inovatif ini, diharapkan dapat tercipta solusi yang berkelanjutan dan dapat diadopsi secara luas dalam menjaga ketahanan pangan global.

Penulis: Maulida Nur Astriyani
Mahasiswa Ilmu Pangan, Institut Pertanian Bogor

Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi

Referensi

Arifa AH, Syamsir E, Budijanto S. 2021. Karakterisasi fisikokimia beras hitam (Oryza sativa L.) dari Jawa Barat, Indonesia. agriTECH. 41(1):15-24.

Hartanti DL, Kurniawati E. 2023. Pengaruh konsentrasi natrium sitrat dan variasi prapemasakan terhadap karakteristik multigrain rice instan. Journal of Food Engineering. 2(3): 103-115.

Sari AM, Melani V, Novianti A, Dewanti LP, Sa’pang M. 2020. Formulasi dodol tinggi energi unruk ibu menyusui dari puree kacang hijau (Vigna radiata I), puree kacang kedelai (Glycine max), dan buah naga merah (Hylocereus polyrhizus). Jurnal Pangan dan Gizi. 10(2): 49-60.

Suarni. 2016. Peranan sifat fisikokimia sorgum dalam diversifikasi pangan dan industri serta prospek pengembangannya. Jurnal Litbang Pertanian. 35(3): 99-110.

Ufrida K, Harianto S. 2022. Konsumerisme makanan siap saji sebagai gaya hidup remaja di Kota Surabaya: studi kasus siswi SMA Muhammadiyah 4 Kota Surabaya. Jurnal Analisa Sosiologi. 11(1): 137-156.

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui e-mail: redaksi@mahasiswaindonesia.id
Lalu konfirmasi pengiriman artikel via WA Admin: +62 811-2564-888 (Rahmat Al Kafi)
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI