Pengaruh Daun Seledri (Apium Graveolens L.) sebagai Pengobatan Hipertensi

Daun Seledri
Ilustrasi Daun Seledri (Sumber: Media Sosial dari freepik.com)

Tekanan darah tinggi (Hipertensi) merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang paling banyak diderita masyarakat. Tekanan darah tinggi (Hipertensi) terjadi ketika tekanan darah sistolik pada tubuh seseorang lebih dari atau sama dengan 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik lebih dari atau sama dengan 90 mmHg.

Dalam data WHO tahun 2019 menunjukkan Asia Tenggara menduduki posisi ketiga tertinggi dengan prevalensi 25%. Dari prevalensi hipertensi sebesar 34,1% diketahui bahwa sebesar 8,8 % terdiagnosis hipertensi dan 13% orang yang terdiagnosis hipertensi tidak minum obat serta 32,3% tidak rutin minum obat dan hasil Riskesdas tahun 2018.

Seledri (Apium graveolens), adalah tanaman umbi-umbian yang terkenal dengan batang dan daunnya yang aromatik. Tanaman ini memiliki sejarah panjang dalam penggunaannya baik sebagai bahan makanan maupun sebagai obat tradisional.

Bacaan Lainnya

Seledri memiliki batang yang tebal dan berair dengan daun yang berwarna hijau gelap dan aroma yang khas. Seledri dapat tumbuh dengan baik di daerah yang iklim sedang maupun sub-tropis sampai ke daerah yang beriklim panas.

Morfologi daun seledri yaitu daun majemuk menyirip, tipis, rapuh, warna hijau tua sampai hijau kecoklatan. Tanaman ini kaya akan kandungan nutrisi, terutama vitamin A, vitamin K, dan serat, sehingga sering dianggap sebagai makanan yang sangat sehat. Selain itu, seledri juga mengandung senyawa fitokimia, seperti flavonoid dan polifenol, yang memiliki potensi antioksidan dan antiinflamasi.

Sebagai bahan makanan, seledri sering digunakan sebagai bumbu masakan atau sebagai bahan dalam pembuatan salad dan jus.

Di sisi lain, dalam pengobatan tradisional, seledri telah digunakan untuk membantu mengatasi berbagai masalah kesehatan, seperti tekanan darah tinggi (hipertensi), gangguan pencernaan, dan radang sendi. Dengan kombinasi nutrisi dan senyawa bioaktifnya, seledri terus menjadi tanaman yang penting dalam pangan dan pengobatan alami.

Seledri (Apium graveolens) merupakan sayuran atau tanaman tradisional yang sejak lama telah digunakan untuk menurunkan tekanan darah.

Hal ini dapat terjadi karena adanya kandungan apigenin yang dapat mencegah penyempitan pembuluh darah.  Apigenin dalam daun seledri berfungsi sebagai beta blocker yang dapat membantu memperlambat detak jantung dan menurunkan kekuatan kontraksi dari jantung sehingga aliran darah yang terpompa lebih sedikit dan tekanan darah menjadi lebih berkurang.

Efek tersebut akan berdampak lebih besar dengan adanya komponen pthalide yang dapat merilekskan pembuluh darah. Di sisi lain seledri juga mengandung fitosterol, yang juga sangat berkhasiat untuk menurunkan kadar kolesterol darah.

Baca juga: Aktivitas Farmakologi Daun Seledri untuk Menurunkan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi

Rebusan daun seledri secara umum dapat mengontrol tekanan darah antara lain, memberikan efek dilatasi pada pembuluh darah dan menghambat angiotensin converting enzym (ACE).

Penghambat sistem renin-angiotensin ini dapat menurunkan kemampuan ginjal dalam meningkatkan tekanan darah. Tekanan darah mulai turun sehari setelah pengobatan yang diiukti dengan membaiknya kebiasaan tidur yang terasa nyaman, dan jumlah urin yang dikeluarkan meningkat.

Seledri mengandung flevonoid, saponi, tanin 1% minyak asiri 0,033%, flavuglukosida (apiin), apigenin, fitosterol, kolin, lipase, pthalides, asparagine, zat pahit, vitamin (A, B dan C), apiin, minyak menguap, apigenin dan alkaloid.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata pada tekanan darah sistole dan diastole responden berangsur-angsur dapat berkurang selama 1 minggu dengan meminum rebusan seledri  (Apium graveolens).

Di mana rata-rata pada tekanan sistole sebelum perlakuan yaitu 166,33 mmHg. Sedangkan, pada rata-rata tekanan sistole setelah diberikan perlakuan selama 1 minggu yaitu 146,28 mmHg.

Rata-rata pada tekanan diastole setelah perlakuan yaitu 98,17 mmHg. Sedangkan, untuk pada rata-rata tekanan diastole setelah diberikan perlakuan selama 1 minggu yaitu 84,50 mmHg.

Hasil uji pada statistik didapatkan nilai p-value 0,000 dan α adalah 0,05 sebagai derajat kepercayaan pada penelitian ini. Maka dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh yang signifikan antara sebelum dan sesudah minum rebusan seledri terhadap penurunan tekanan darah.

Beberapa mekanisme yang diketahui dapat menjelaskan potensi antihipertensi daun seledri termasuk:

1. Peningkatan Ekskresi Natrium

Seledri mengandung senyawa yang dapat meningkatkan ekskresi natrium melalui urine. Pengeluaran natrium yang lebih besar dapat membantu menurunkan tekanan darah dengan mengurangi volume darah.

2. Efek vasodilator

Beberapa senyawa dalam seledri, seperti ftalida, telah diketahui memiliki sifat vasodilator, yang berarti mereka membantu melebarkan pembuluh darah. Ini dapat membantu mengurangi tekanan darah dengan mengurangi resistensi aliran darah.

3. Aktivitas antioksidan

Seledri mengandung senyawa-senyawa antioksidan yang dapat membantu melindungi pembuluh darah dari kerusakan oksidatif. Ini dapat membantu menjaga elastisitas pembuluh darah dan menjaga fungsi kardiovaskular yang sehat.

Prosedur Pembuatan air rebusan Seledri menurut Soetomo (2008) Bahan yang digunakan adalah seledri (Apium graveolens) segar, sebanyak 40 gram dan air sebanyak 2 gelas.

Prosedur pembuatan air rebusan seledri:

  1. Daun seledri segar sebanyak 40 gram,
  2. Kemudian direbus dengan menggunakan air sebanyak 2 gelas 400 cc (sentimeter kubik) hingga didapatkan segelas air (200cc) selama kurang lebih 15 menit,
  3. Setelah dingin, kemudian di saring lalu hasil saringan tersebut diminum 2 kali sehari sebanyak 100 cc pada pagi hari dan 100 cc sore hari.

Namun, penting untuk diingat bahwa efek dari minuman atau ramuan herbal, termasuk dari rebusan daun seledri, bisa bervariasi antar individu.

Selain itu, penggunaan seledri atau produk herbal lainnya sebagai pengobatan harus koordinasi terlebih dahulu dengan dokter, terutama jika seseorang sedang mengonsumsi obat-obatan lain atau memiliki kondisi medis tertentu.

Jika seseorang memiliki hipertensi, penting untuk mendiskusikan opsi perawatan dengan dokter untuk memastikan pendekatan terbaik untuk manajemen tekanan darah mereka.

 

Penulis: Anisah Helmi Azizah
Mahasiswa S1 Farmasi, Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Padang

Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui e-mail: redaksi@mahasiswaindonesia.id
Lalu konfirmasi pengiriman artikel via WA Admin: +62 811-2564-888 (Rahmat Al Kafi)
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI