Pengaruh Wabah Covid-19 Terhadap Kebudayaan Masyarakat

corona

Seluruh penduduk bumi pada saat ini sedang diuji dengan adanya wabah Covid-19 (Corona Virus Disease – 2019) dimana wabah tersebut telah ditetapkan sebagai pandemi oleh WHO.

Penyebaran virus ini terjadi dengan sangat cepat, awal mulanya hanya terdapat di Wuhan, China. Namun sekarang telah menyebar ke seluruh negara di dunia dan hal tersebut membawa pengaruh yang begitu besar terhadap bangsa yang hidup di dalamnya, tidak terkecuali bangsa Indonesia khususnya warga Kecamatan Doko, Kabupaten Blitar, Jawa Timur.

Pengaruh yang disebabkan oleh virus ini berdampak pada seluruh aspek kehidupan masyarakat, terutama sosial dan budaya. Kebudayaan yang telah melekat dalam keseharian masyarakat Kecamatan Doko terpaksa menjadi sedikit terkikis dan ada beberapa yang bahkan harus dihilangkan.

Bacaan Lainnya

Baca juga: Peran Pancasila dalam Pengembangan Iptek

Kebudayaan tersebut misalnya adalah bentuk peribadatan keagamaan yang dijalani oleh masyarakat. Dalam pandangan sosio-antropologi, agama merupakan sebuah bagian dari kebudayaan. Dimana sebenarnya agama tersebut mempunyai fungsi yang begitu penting terhadap kehidupan masyarakat, salah satunya adalah agama sebagai perekat hubungan antar masyarakat dengan tujuan tercapainya sebuah keharmonisan.

Bentuk peribadatan keagamaan yang sedikit terkikis, diantaranya adalah budaya jamaah sholat wajib lima waktu dan sholat tarawih serta  tadarusan yang biasanya dilaksankan di masjid dan mushola warga setempat. Dengan sedikit berkurangnya pelestarian kebudayaan tersebut, warga masyarakat menjadi kurang berinteraksi antar satu dengan yang lainya dan hal tersebut sedikit banyak menjadikan masyarakat berpola hidup individualis yang bukan merupakan identitas sosial bangsa Indonesia.

Mengapa demikian, karena pergi menuju ke masjid atau mushola dan melaksankan peribadatan secara bersama-sama merupakan salah satu bentuk silaturahim masyarakat dan tidak jarang mereka juga melakukan gotong  royong ataupun kerjasama di dalamnya, dan inilah yang sebenarnya merupakan identitas sosial yang harus dijaga kelestariannya.

Baca juga: Pentingnya Pendidikan Inklusif Bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)

Tidak hanya itu, hilangnya budaya kendurian yang biasanya dilakukan pada saat akan memasuki bulan Ramadhan juga terjadi. Warga Kecamatan Doko biasanya mengundang beberapa tetangga untuk datang ke rumahnya serta membacakan tahlil dan doa-doa secara bersamaan yang dikirimkan kepada leluhur yang telah mendahuluinya.

Kendurian yang demikian adalah sebagai salah satu bentuk sarana bersedekah kepada tetangga, karena  di dalam kendurian biasanya juga menyajikan berbagai makanan. Makanan tersebut tidak hanya diberikan kepada warga yang menghadiri undangan saja, namun juga keluarga dirumah.

Masyarakat menamai makanan tersebut dengan istilah “berkat” yang di percaya dapat memberikan berkah bagi yang memakannya. Berkah tersebut berasal dari doa-doa yang telah dibacakan secara bersamaan pada saat acara. Jika dipandang dari segi sosio antropologi, acara kendurian tersebut merupakan wujud dari fungsi agama sebagai kepatuhan dan loyalitas masyarakat terhadap kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah mereka.  

Selain berdampak terhadap kebudayaan pada aspek peribadatan agama, wabah covid-19 juga banyak berdampak pada aktifitas sosial kemasyarakatan yang telah menjadi simbol dari kebudayaan warga Kecamatan Doko sendiri. Contoh kecilnya seperti mengikisnya budaya saling berjabat tangan antar sesama apabila bertemu.

Padahal berjabat tangan merupakan sebuah ciri khas yang dimiliki oleh setiap warga negara Indonesia yang melambangkan persaudaraan, perdamaian, dan penghormatan. Dengan mengendornya pelestarian budaya jabat tangan tersebut, akan memberikan celah yang besar terhadap adanya kerentanan sosial antar masyarakat. 

Baca juga: Rendahnya Kualitas Pendidikan

Selain memberikan pengaruh negatif terhadap kebudayaan masyarakat Kecamatan Doko, wabah covid-19 sebenarnya juga membawa pengaruh positif. Namun hal tersebut tidaklah lebih besar dari pengaruh negatifnya.

Sebagian warga yang seharusnya bepergian jauh bahkan sampai merantau ke luar kota ataupun negeri untuk bekerja atau menuntut ilmu, sekarang mereka dapat berkumpul bersama keluarganya dalam satu rumah dan menghabiskan waktu bersama-sama. Tentu hal ini dapat menambah keharmonisan antar anggota keluarga.

Tak sedikit juga dari anak perempuan yang biasanya bermalas-malasan untuk mengeksplor bakat memasaknya di dapur, kini mereka menjadi sering membantu ibunya dan sedikit belajar dalam membuat dan menyajikan sebuah makanan.

Selain itu, di desa lain namun masih dalam cakupan Kecamatan Doko, terdapat sebagian ormas yang menunjukkan sikap empatinya terhadap masyarakat di sekitarnya dengan mengadakan pemberian masker gratis kepada warga yang membutuhkan dan ­sanitizer di beberapa mushola.

Jika ditinjau dari segi antropologinya, hal tersebut merupakan kognisi dari pikiran manusia yang dipengaruhi oleh ajaran agama tentang kasih sayang terhadap sesama dan akhirnya melahirkan sikap empati yang demikian. 

Di sisi lain hal tersebut juga menjadi simbol dari kebudayaan yang dilandasi sistem pengetahuan dan sistem nilai yang digunakan oleh masyarakat.

Kedua sistem tersebut saling bekerja yang pada akhirnya dapat membuktikan bahwa agama merupakan sebuah cara pandang bagi hidup manusia yang juga dilandasi dengan idealisme moral yang tinggi.

Dengan melihat beberapa pengaruh negatif dan positif di atas, dapat memberikan wawasan kepada kita bahwa segala sesuatu yang buruk tidak selamanya akan berdampak buruk juga.

Harus diingat bahwa sesungguhnya Tuhan telah memberikan segalanya terhadap makhluk-Nya melainkan hanya untuk kebaikan mereka semata, sekalipun itu hal yang buruk seperti wabah covid-19 ini.

Namun, yang demikian ini sangat kurang disadari oleh masyarakat karena memang masyarakat merupakan sekelompok manusia yang komplek dengan segala asumsinya yang berbeda dalam melihat dan menilai segala sesuatunya. Sehingga sangat dimaklumi apabila masyarakat kurang menyadari hal tersebut.

Alangkah lebih baiknya sebagai salah satu masyarakat yang berpengetahuan lebih untuk saling mengingatkan antar satu dengan lainnya untuk memberikan edukasi kepada mereka terkait bagaimana sikap yang baik dalam menghadapi wabah ini.

Salah satunya adalah dengan sikap tenang namun tetap waspada dan tidak perlu terlalu cemas serta panik, karena hal tersebut justru yang lebih membahayakan daripada wabah itu sendiri.

Selain itu, usaha jasmani dan rohani juga harus di tingkatkan. Usaha tersebut bisa dilakukan dengan melaksanakan anjuran pemerintah tentang phisical distancing, keluar rumah secukupnya dan harus selalu memakai masker, serta tidak lupa untuk senantiasa berdoa memohon perlindungan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala.

Oleh: Ika Eni Rosyidah
Mahasiswa Prodi Ilmu Hadis UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui e-mail: redaksi@mahasiswaindonesia.id
Lalu konfirmasi pengiriman artikel via WA Admin: +62 811-2564-888 (Rahmat Al Kafi)
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI