Tantangan Dakwah dan Inspirasinya di Bulan Juni

pict from Pexels by RODNAE Productions.

Sudah tak terasa, hari demi hari telah kita lewati begitu cepat. Hingga kini, atas izin Allah, kita bertemu dengan bulan Juni. Ada banyak hal yang perlu dievaluasi. Ada banyak renungan yang perlu dimuhasabahi.

Semoga kita bisa mengambil ibroh (pelajaran) dalam setiap kejadian yang telah berlalu. Sehingga dengan cepat bergulirnya waktu, muncul asa yang terus membangkitkan optimis tersendiri. Mengingat kita sebagai mukmin, telah diberi janji oleh Allah akan kemenangan Islam yang pasti terjadi.

Namun, jalan dakwah adalah tak semulus yang kita bayangkan. Mengapa? Karena kemenangan Islam bukanlah kado gratisan, tapi sebuah kemenangan yang harus umat muslim perjuangkan. Perjuangan yang dimaksud bukanlah perjuangan dengan angkat senjata.

Bacaan Lainnya

Baca Juga: Dakwah Rasulullah SAW dalam Berbisnis

Melainkan dengan langkah dakwah secara pemikiran dan politik. Kita pun harus menyadari bahwa kian hari, sungguh kian besar tantangan dalam berdakwah. Tantangan dakwah di era kini ada empat tantangan:

1. Tantangan dari Diri Sendiri

Siapa yang bisa menjamin diri kita tidak melanggar aturan Allah jika diri kita tidak kuat untuk berpegang teguh pada tali agama Allah?

Bila saja diri ini sudah berusaha tundukkan pandangan pada lawan jenis, namun siapa yang bisa menjamin kita tak tergoda untuk melangkah atau terjebak pada pelanggaran hukum syara’ yang lain?

Bila diri ini sudah berusaha menahan amarah, lantas siapa yang bisa menjamin kita bisa menahan itu semua kalau kita tidak kuat menundukkannya dengan keimanan?

Maka, dari diri sendiri saja kita harus bisa mengalahkan ego, mengalahkan hawa nafsu. Harus bisa pula mengendalikan hawa nafsu yang terkadang mengajak liar, menyeret terperosok pada ajakan maksiat, serta mengundang murka Allah.

2. Tantangan dari Internal

Tak bisa dipungkiri bahwa dalam sebuah perjalanan dakwah yang dilakukan secara bersama-sama tak luput dari yang namanya godaan. Katakanlah masih ada satu atau dua pribadi pengemban dakwah yang belum bisa mengaplikasikan antara apa yang sudah dipahaminya dengan amal perbuatannya.

Bisa dikatakan pula masih ada yang belum bisa meng-save aqliyah dan nafsiyah dengan aturan Islam. Maka, apabila kita menemukan kenapa dia bisa berjanji, namun tidak menepati? Kenapa dia paham, namun masih saja melanggar aturan Allah? Kenapa dia ingin paham Islam, tapi masih malas membaca?

Baca Juga: Mahasiswa Harus Belajar Islam

Kenapa dia ingin tambah ilmu, tapi enggan untuk hadir ke majelis ilmu? Terkadang kita bertanya, kenapa dia bisa demikian? Kenapa? Karena manusia bukanlah malaikat, manusia berpotensi memilih melakukan kebaikan, bisa pula berpotensi memilih melakukan keburukan.

Maka, itulah tantangan dakwah. Apabila ada teman kita ada yang split personality, upaya kita adalah menasihatinya dengan cara baik, kita harus tetap merangkul agar bisa menguatkan, kita pun mengajaknya untuk bersabar dan kuat di jalan dakwah.

3. Tantangan dari eksternal

Tantangan eksternal ini penulis ibaratkan kita berdiri tegap sendiri di tengah-tengah jalan raya dan kita sedang diserang dari delapan penjuru mata angin sekitar kita. Serangan dari sisi arus tsaqofah asing yang membuat seorang muslim berpikiran bebas, sehingga mudah pula mencampakan aturan Allah dan lebih memilih aturan buatan manusia.

Di sisi lain, serangan arus pergaulan bebas, banyak perzinahan, umbar aurat kemana-mana. Sisi lainnya lagi, ada arus pendidikan yang membuat pribadi orang-orang saat ini jauh dari kepribadian Islam.

Serta banyak lagi serangan yang apabila hamba Allah tidak kuat, maka mudah saja seorang muslim (khususnya) pengemban dakwah bisa terseret-seret dari godaan akibat serangan dari delapan penjuru mata angin tadi.

4. Tantangan dari Godaan Syaitan

Setan memang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang, namun keberadaannya nyata. Allah kabarkan bahwa syaitan itu musuh yang nyata. “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al Baqarah [2]: 208).

Untuk itu, penting kita bisa bentengi diri dengan keimanan. Charge dengan intensif mengkaji Islam, istiqomah di jalan dakwah, dan selalu sadar bahwa diri ini adalah milik Allah yang semestinya kita melakukan sesuatu atas perintah Allah dan menjauhi apa yang Allah larang.

Oleh:

1. Nuviza Nairowati
Mahasiswa Psikologi, Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya, Universitas Islam Indonesia

2. Nurafni
Mahasiswa Ahwal Syakhshiyah, Fakultas Ilmu Agama Islam, Universitas Islam Indonesia.

3. Nur Zaytun Hasanah
Mahasiswa Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Agama Islam, Universitas Islam Indonesia.

Editor: Ika Ayuni Lestari

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui e-mail: redaksi@mahasiswaindonesia.id
Lalu konfirmasi pengiriman artikel via WA Admin: +62 811-2564-888 (Rahmat Al Kafi)
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI