Analisis Perspektif Guru dan Siswa-Siswi SMP Telkom Bandung terhadap Fenomena Bullying di Kalangan Pelajar

Bullying
Telkom University (Sumber: Penulis)

Abstrak

Penelitian ini mengeksplorasi isu bullying di lingkungan sekolah menengah pertama (SMP) melalui metode wawancara.

Tujuannya adalah untuk mendalami pemahaman mengenai pengalaman siswa dalam menghadapi pembully, persepsi guru, dan staf sekolah terhadap permasalahan ini, serta langkah-langkah yang telah diambil dalam upaya pencegahan dan penanggulangan.

Hasil wawancara dengan siswa mengungkapkan berbagai bentuk bullying, termasuk verbal, fisik, dan cyber, serta dampaknya pada kesejahteraan psikologis mereka.

Bacaan Lainnya

Perspektif guru dan staf sekolah memberikan wawasan tentang upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi bullying, seperti program pelatihan anti-bullying dan pendekatan konseling.

Penelitian ini juga menyoroti beberapa tantangan, seperti ketidakjujuran responden dan keamanan data, yang perlu diperhatikan dalam penggunaan metode wawancara.

Hasil penelitian ini memberikan wawasan penting untuk mengembangkan strategi yang lebih efektif dalam mencegah bullying di lingkungan sekolah SMP, serta menciptakan atmosfer belajar yang aman dan inklusif bagi semua siswa.

Diharapkan bahwa temuan ini dapat menjadi dasar bagi sekolah dan lembaga yang memiliki kepentingan terkait dalam upaya meningkatkan kesadaran, pendidikan, dan tindakan untuk mengatasi bullying.

Latar Belakang Masalah

Bullying atau perundungan adalah tindakan penggunaan kekuasaan untuk menyakiti seseorang atau sekelompok orang baik secara verbal, fisik, maupun psikologis sehingga korban merasa tertekan, trauma, dan tak berdaya.

Remaja yang menjadi korban bullying lebih berisiko mengalami berbagai masalah kesehatan, baik secara fisik maupun mental.

Adapun masalah yang lebih mungkin diderita anak-anak yang menjadi korban bullying, antara lain munculnya berbagai masalah mental seperti depresi, kegelisahan dan masalah tidur yang mungkin akan terbawa hingga dewasa, keluhan kesehatan fisik, seperti sakit kepala, sakit perut dan ketegangan otot, rasa tidak aman saat berada di lingkungan sekolah, dan penurunan semangat belajar dan prestasi akademis.

Bullying di sekolah-sekolah Indonesia telah disadari sejak tahun 2004 setelah beberapa siswa terluka parah dan bahkan dipukuli hingga tewas oleh senior mereka.

Kekerasan semacam ini merupakan masalah yang relatif baru diketahui di sekolah-sekolah Indonesia dan masih diperdebatkan apakah bullying tersebut sudah menjadi masalah sebelumnya atau merupakan fenomena baru di sekolah-sekolah Indonesia tersebut.

Berdasarkan data perundungan di satuan pendidikan dari Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), didapatkan bahwa tingkat perundungan tertinggi terjadi di jenjang SMP, yaitu sebanyak 50%. Disusul oleh jenjang SD, yaitu sebanyak 23%, jenjang SMA 13,5%, dan jenjang SMK 13,5%.

Di  Kota Bandung  sendiri menurut data dari Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Pemberdayaan Masyarakat (DP3APM) Kota Bandung, mencatat terdapat delapan kasus perundungan di sekolah yang dilaporkan melalui Unit  Pelaksanaan Tugas (UPT)  Pusat  Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan anak (P2TP2).

Menurut sekretaris DP3APM Kota Bandung, Irma Nuryani, kedelapan kasus yang masuk UPT itu kasus yang berat dan perlu penanganan khusus.

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kota Bandung, Uum Sumiati mengatakan, untuk kasus bullying kebanyakan di sekolah, ia pun sering memberikan edukasi ke beberapa sekolah, dengan bekerjasama dengan forum anak kota bandung, abah cekatan (aksi barudak bandung cegah kekerasan).

Untuk menekan kasus bullying, pihaknya dengan Forum anak Kota Bandung melakukan sosialisasi ke-18 kecamatan dan saat ini baru 4 kecamatan.

Terlepas dari konteks tersebut, kegiatan edukasi tentang isu bullying sangat diperlukan oleh pelajar di semua jenjang pendidikan supaya meminimalisir kasus perundungan yang terjadi di Indonesia.

Untuk merealisasikannya, salah satu upaya yang dibutuhkan ialah mewujudkan lingkungan pendidikan, yaitu sekolah yang menjadi tempat aman dan belajar bagi pelajar untuk mengembangkan potensi diri mereka untuk kedepannya dengan cara memberikan edukasi terkait isu bullying.

Berdasarkan hal tersebut, penulis akan melaksanakan penelitian dengan judul Analisis Perspektif Guru dan Siswa-Siswi SMP Telkom Bandung terhadap Fenomena Bullying di Kalangan Pelajar.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat dan menganalisis respon guru dan siswa-siswi SMP Telkom Bandung terhadap fenomena bullying serta memberikan pemahaman kepada siswa-siswi SMP Telkom Bandung tentang pentingnya saling peduli antar sesama.

Metode Penelitian

A. Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di SMP TELKOM Bandung dikarenakan jaraknya yang dekat dengan daerah kampus sehingga memudahkan para peneliti untuk melakukan penelitian.

B. Waktu Penelitian

1. Tahap pertama

  • Hari: Rabu, 25 Oktober 2023
  • Waktu: 10.00-11.00 WIB

2. Tahap kedua

  • Hari: Rabu, 1 November 2023
  • Waktu: 08.00-09.00 WIB

C. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci.

Pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan dengan triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.

D. Teknik Pengumpulan Data

Peneliti melakukan wawancara secara langsung dengan guru dan beberapa murid SMP Telkom Bandung.

Alasan peneliti menggunakan pendekatan kualitatif adalah karena dalam penelitian ini data yang dihasilkan berupa data deskriptif kualitatif yaitu mendeskripsikan data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka.

Data yang berasal dari wawancara kemudian dideskripsikan sehingga dapat memberikan kejelasan terhadap kenyataan atau realitas.

Selain itu, sebagai data tambahan, peneliti menggunakan metode kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif adalah penelitian yang sarat dengan nuansa angka-angka dalam teknik pengumpulan data di lapangan.

Penelitian kuantitatif memiliki karakteristik yakni ilmu-ilmu keras, focus ‘ringkas’ dan sempit, reduksionistik, penalaran logis dan deduktif, basis pengetahuan hubungan sebab akibat menguji teori, kontrol atas variable, instrument, elemen dasar analisis angka, analisis statistik data, generalisasi.

Peneliti menggunakan kuesioner sebagai alat untuk mengumpulkan data. Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebar kuesioner kepada siswa-siswi SMP Telkom Bandung.

Responden diminta menjawab pertanyaan yang ada dalam kuesioner dengan menggunakan skala guttman dan skala likert.

E. Dokumentasi Lapangan

Hasil dan Pembahasan

Paparan data dalam penelitian ini merupakan uraian yang disajikan untuk mengetahui karakteristik data yang dilakukan dengan topik yang sesuai dalam pertanyaan-pertanyaan yang peneliti lakukan dan amati dalam proses penelitian.

Dalam penelitian ini peneliti akan memaparkan data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dokumentasi, dan kuesioner.

A. Hasil wawancara

Hasil penelitian dari wawancara menunjukkan bahwa terdapat beberapa siswa/i SMP Telkom Bandung yang pernah mengalami bullying. Berikut disampaikan paparan data yang diperoleh oleh peneliti, yaitu:

Wawancara kelas 7

a. Wawancara terhadap beberapa siswa

  1. Siswa pertama mengaku pernah melihat bahwa pernah terjadi tindakan pembullyan di sekolah baik itu secara verbal maupun fisik yang tidak terlalu berlebihan. Siswa tersebut juga mengaku tidak pernah mengalami pembullyan terhadap dirinya.
  2. Siswa kedua mengaku pernah melihat adanya kasus pembullyan di lingkungan sekolah dan dia sendiri pernah mengalami pembullyan secara verbal.
  3. Siswa ketiga mengaku pernah melihat ada tindakan pembullyan di lingkungan sekolah yang diketahui oleh orang tua murid dan berakhir diselesaikan secara damai oleh pihak sekolah,tetapi dia sendiri tidak pernah mengalaminya

b. Wawancara terhadap beberapa siswi

  1. Siswi yang pertama mengaku tidak pernah melihat dan mengalami tindakan pembullyan di lingkungan sekolah
  2. Siswi yang kedua mengakui pernah terjadi tindakan pembullyan pada salah satu siswi dengan cara melepas atau menarik rok milik korban kemudian dipukul oleh pelaku.Kasus ini pun ditindaklanjuti oleh pihak sekolah dan bagian bimbingan konseling.
  3. Siswi ketiga mengakui pernah ada terjadi tindakan pembullyan di lingkungan sekolah secara verbal,tetapi dirinya sendiri tidak pernah mengalami tindakan pembullyan

Wawancara kelas 8

a. Wawancara terhadap beberapa siswa

  1. Siswa pertama mengakui pernah terjadi tindakan pembullyan secara verbal di lingkungan sekolah yang beberapa korban tersebut melaporkannya ke guru dan kemudian diselesaikan secara damai, dan dia sendiri juga pernah melakukan pembullyan secara verbal sebagai bentuk balasan tindakan pembullyan yang dilakukan oleh temannya.
  2. Siswa kedua mengakui belum pernah mengalami tindakan pembullyan serta menjadi pelaku pembullyan juga. Dia mengakui adanya ada banyak tindakan pembullyan secara verbal di lingkungan sekolah.
  3. Siswa ketiga mengaku pernah menjadi korban pembullyan secara verbal dan menanggapi tindakan tersebut dengan memendamnya sendiri dan mencoba menasehati pelaku.Ia sendiri tidak melaporkannya ke guru karena masih memaklumi hal tersebut

b. Wawancara terhadap beberapa siswi

  1. Siswi pertama pernah mengalami pernah menjadi korban pembullyan secara verbal dan fisik bahkan hal itu terjadi paad saat ia duduk dibangku SD.Awalnya ia tidak berani untuk melaporkan hal tersebut dan hanya menceritakan hal tersebut kepada orangtuanya.Namun orangtuanya yang melaporkan ke pihak sekolah dan segera diselesaikan
  2. Siswi kedua mengakui pernah mengalami tindakan pembullyan secara verbal dan fisik sebagai korban.Pada awalnya dia masih memaklumi hal tersebut namun seiring berjalannya waktu hal itu terus berlanjut dan dia melaporkannya ke guru dan diselesaikan secara damai.
  3. Siswi ketiga mengakui pernah menjadi korban pembullyan secara verbal dan ia juga mengakui bahwa ada beberapa tindakan pembullyan di sekitar lingkungan sekolah

Wawancara kelas 9

a. Wawancara terhadap beberapa siswa

  1. Siswa pertama mengakui adanya tindakan pembullyan secara verbal dan melihat bahwa dari beberapa kasus itu tidak dilaporkan karena masih memaklumi hal tersebut
  2. Siswa kedua mengakui pernah mengalami tindakan pembullyan secara verbal berupa ejekan fisik dan hal tersebut dianggapnya sebagai tolak ukur dirinya untuk membenahi diri dan tidak melaporkan hal itu kepada guru.Ia juga mengakui pernah ada tindakan pembullyan secara fisik dan verbal di sekolah
  3. Siswa ketiga mengakui jarang ada tindakan pembullyan yang ia ketahui,jika ada hal itu biasanya ditindaklanjuti oleh pihak sekolah dan diselesaikan melalui pembinaan dari pihak bimbingan konseling sekolah

b. Wawancara terhadap beberapa siswi

  • Siswi pertama mengakui pernah ada tindakan pembullyan di sekolah dan mengalami tindakan pembullyan secara verbal.Kasus itu dilaporkan kepada pihak bimbingan konseling dan diselesaikan secara damai
  • Siswi kedua mengakui pernah ada kasus pembullyan di sekolah dan menurut pengalaman dia pernah menjadi korban pembullyan secara verbal bahkan saat duduk dibangku SD.
  • Siswi ketiga mengakui pernah ada tindakan pembullyan di lingkungan sekolah.Dia sendiri pernah mengalami pembullyan secara verbal tetapi tidak melaporkannya ke pihak sekolah ataupun guru karena masih memakluminya.

Wawancara pada beberapa guru

  1. Guru pertama menyatakan bahwa ada beberapa kasus pembullyan yang dilaporakan pada guru baik itu pada bagian bimbingan konseling ataupun pada wali kelas masingmasing. Akan tetapi pihak sekolah tidak pernah bosan untuk selalu memberikan sosialisasi atau larangan terhapad tindakan pembullyan.
  2. Guru kedua menyatakan bahwa hanya sedikit kasus pembullyan yang ada dilaporkan oleh para murid, jika ada tindakan pembullyan yang dilaporkan maka akan ditindaklanjuti dan diselesaikan secara damai karena kasus yang dilaporkan belum melewati batas yang berlebihan.

B. Hasil Penelitian berdasarkan Kuesioner

Berdasarkan data kuesioner, dari 83 responden, 47% siswa/i pernah mengalami atau menjadi korban bullying dan 53% sisanya tidak pernah mengalami bullying.

Selain itu, sebanyak 69,9% menjadi saksi atau mengetahui fenomena bullying di sekolah dan 30,1% sisanya tidak pernah.

Dari 47% siswa/i yang menjadi korban bullying, banyak di antara mereka yang mengalami bullying secara fisik, satu di antaranya ialah korban dipukul oleh pelaku menggunakan rompi sekolah hingga penyakit Sinusnya muncul lagi.

Di sisi lain, ada korban yang mengalami verbal bullying, pelaku menghina-hina fisik korban hingga menghina tempat kelahiran korban.

C. Hasil observasi

Dari hasil penelitian yang dilakukan terdapat beberapa kasus pembullyan yang terjadi pada SMP Telkom Bandung.

Banyak kasus yang terjadi tapi tidak dilaporkan kepada guru atau pihak sekolah dikarenakan adanya rasa takut pada diri siswa-siswi tersebut.

Namun juga ada beberapa siswa atau siswi yang berani melaporkan bahwa ada kasus pembullyan yang terjadi di sekolah sehingga pihak sekolah ataupun guru bisa menyelesaikannya permasalahan tersebut.

Pada SMP Telkom ini dikatakan bahwa  pihak sekolah sering mengadakan sosialisasi atau seminar tentang bahaya pembullyan.

Selain itu pihak sekolah juga sudah banyak meyuarakan gerakan anti-bullying baik dalam poster pada mading sekolah maupun pada mading tiap-tiap kelas yang ada.

Dokumentasi

Kesimpulan

Bullying atau perundungan adalah tindakan penggunaan kekuasaan untuk menyakiti seseorang atau sekelompok orang baik secara verbal, fisik, maupun psikologis sehingga korban merasa tertekan, trauma, dan tak berdaya.

Dari hasil penelitian dapat kita simpulkan bahwa sekarang ini kasus pembullyan sedang marak-maraknya di kalangan para siswa-siswi.

Ada banyak kasus yang terjadi tetapi tidak dilaporkan dikarenakan adanya rasa takut yang dialami korban atau masih memaklumi hal tersebut.

Terdapat juga banyak kasus yang dilaporkan oleh para korban baik itu kepada wali kelas atau bagian bimbingan konseling sekolah.

Ada banyak dampak negatif yang terjadi misalkan trauma yang mendalam, depresi, dan juga masalah kesehatan lainnya.

Hal ini juga dapat menjadi tolak ukur setiap sekolah agar lebih memperhartikan para muridnya jika terdapat kasus pembullyan di lingkungan sekolah.

Banyak hal yang dapat dilakukan misalnya sering mengadakan sosialisasi berupa pengarahan tentang bahaya dari tindakan pembullyan.

Penulis: Spreadlove
Mahasiswa S1 Informatika, Telkom University

Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi

Referensi:

(SEJIWA), Y. S. (2008). Bullying Mengatasi Kekerasan di Sekolah dan Lingkungan Sekitar Anak. Jakarta: PT. Grasindo.

Djuwita, R., & Mangunsong, F. M. (2016). Links between Prosocial Value and Bystanders’ Helping Behavior in Bullying Situation: The Mediating Role of Collective Efficacy and Psychological Well-Being as Moderator.

Nurdiansyah, A. (2020). Bullying.

Safitri, W. A. (2020). Cegah dan Stop Bullying Sejak Dini. Semarang: Guepedia.

Abdussamad, S.I.K., M.Si, D. (2021). Metode Penelitian Kualitatif. Makassar: CV. Syakir Media Press.

Djollong, A. F. (2014). Technique Of Quantitative Research. 87.

Astuti, P. R. (2008). Merendam Bullying 3 Cara Efektif Menanggulangi Kekerasan Pada Anak. Jakarta: PT. Grasindo.

 

Ikuti berita terbaru di Google News

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui e-mail: redaksi@mahasiswaindonesia.id
Lalu konfirmasi pengiriman artikel via WA Admin: +62 811-2564-888 (Rahmat Al Kafi)
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI