Antara Butuh atau Musuh, Perhelatan Bacha Bazhi dan SDG di Timur Tengah

Middle East
Sumber: pixabay.com

“Fenomena Bacha Bazhi adalah musuh masyarakat internasional karena mencoreng nilai-nilai SDG yang diperuntukan untuk negara berkembang agar terciptanya kondisi yang ideal bagi suatu masyarakat di negara berkembang untuk hidup. Namun dilemma yang terjadi antara ‘butuh’ akan finansial yang mesti terpenuhi di suatu keluarga serta praktik prostitusi dan pedofilia ini dianggap sebagai ‘musuh’ serius karena keberlanjutan tidak akan bisa berjalan”

Mengapa SDG dan Negara Berkembang saling Berkaitan?

Salah satu ciri dari karakteristik dari negara berkembang adalah banyaknya angka kelahiran namun masih ditemukannya isu-isu seperti ketimpangan sosial, kemiskinan serta ketidaksetaraan gender yang masih dapat ditemukan di seluruh penjuru negara berkembang. Oleh karenanya eksistensi SDG lahir untuk menjadi standar dari negara berkembang untuk menjadi lebih baik lagi dari kondisi sebelumnya.

SDG begitu penting untuk dapat tercapai karena dengan tercapainya standar yang dibentuk oleh SDG dalam bentuk 18 poin tersebut tentunya akan menciptakan kondisi yang ideal bagi negara berkembang di seluruh dunia tanpa terkecuali. Penciptaan poin-poin yang ada di SDG tentunya menjadi jawaban dari problematika yang ada di negara berkembang.

Bacaan Lainnya

Salah satu negara berkembang yang dapat ditemui adalah negara seperti Iran, Uzbekistan dan Afghanistan yang terletak di Timur Tengah, region ini cukup identic dengan negara berkembang sebab penuh dengan konflik dan ketidakstabilan yang ada di wilayah setempat yang berdampak terhadap negara berkembang.

Bagaimana Bacha Bazhi dapat diklasifikasikan sebagai Masalah

Salah satu problematika yang ada di negara berkembang terkhususnya di Timur Tengah dapat ditemukannya fenomena Bacha Bazhi yang ada di negara Uzbekistan, Afghanistan dan Iran maupun daerah sekitar tersebut.

Bacha Bazhi atau bisa dikenal sebagai ‘boy play” adalah praktik untuk menjadikan anak laki-laki muda sebagai penghibur serta objek seksual. Pengasingan terhadap perempuan adalah salah satu dari akar fenomena ini.

Mereka para Bacha Bazhi biasanya adalah anak muda laki-laki yang didandakan se-feminim mungkin dan dipakaikan pakaian perempuan tradisional serta riasan dan dandanan yang terletak pada pinggang dan mata kaki mereka.

Awalnya Bacha Bazhi diciptakan murni untuk memiliki kemampuan untuk bisa menghibur dengan tarian yang dimana hal tersebut menjadi dinding pembatas perbedaan antara mereka dan prostitusi namun secara naluriah prakteknya selalu dikaitkan secara seksual.

Para pria yang yang memiliki ‘hak milik’ adalah tipikal individu yang memiliki kuasa di masyarakat yang ditempati, dihormati dan memiliki kekuasan terhadap keluarga di wilayah setempat, biasanya mereka adalah petinggi di tentara ataupun orang yang memainkan peran penting di kekaisaran dan kerajaan di daerah setempat.

Hal ini menjadi masalah karena seharusnya anak-anak tersebut seharusnya tidak diperlakukan selayak prostitusi. Dengan terus terjadinya praktek Bacha Bazhi tersebut berarti adanya pembiaran terjadinya pedofilia dan kekerasan terhadap hak asasi manusia.

Dimana Peran Keluarga sebagai Agen Sosial dalam Isu ini?

Memang dimana-mana peran keluarga cukup penting untuk dapat memberikan edukasi ataupun menghindari praktik-praktik yang dapat membahayakan anak-anak, karena memang secara hakikat keluarga berkontribusi besar terhadap tumbuh kembang anak.

Namun, mengapa fenomena Bacha Bazhi dapat tetap terjadi? Dimana keluarga mereka?  Dengan kondisi negara yang tidak cukup stabil karena situasi geopolitik yang kian memanas, sehingga kondisi finansial yang mereka punya sangat susah, karena keterbatasan finansial berdampak terhadap bagaimana suatu keluarga melihat kesempatan anak muda laki-laki bisa berbakti kepada mereka dalam urusan keuangan, karena memang tidak menutup fakta bahwasanya mereka anak muda laki-laki tersebut dibayar untuk menjadi prostitusi.

Tetapi disinilah letak kelengahan dari keluarga mereka, mereka percaya bahwa anak mereka hanya dilatih untuk menari dan mereka rasa menari pun tidak masalah karena kepercayaan terhadap pria yang ‘melatih’ mereka adalah orang benar, yang bernotabene kan sebagai mantan petinggi di pemerintah maupun di tentara di wilayah setempat.

Seharusnya anak-anak tidak dibiarkan mudah untuk bisa bersosialisasi dengan sembarangan orang, perlu adanya pengawasan yang ketat oleh orang tua dan masyarakat sekitar untuk dapat menghindari fenomena ini terus dapat berlanjut.

Bagaimana Peran SDG dalam Menuntaskan Isu tersebut?

Peran SDG cukup penting karena beberapa poin memang bersinggungan dengan faktor-faktor penyebab fenomena Bacha Bazhi dapat terwujud. Beberapa poin diantaranya adalah:

Poin 4 Pendidikan Berkualitas: Di poin ini cukup penting karena di poin ini harus dapat memastikan pendidikan yang cukup inklusif, berkualitas serta setara.

Kenapa poin ini cukup penting? karena dengan menguatkan pendidikan akan terbentuk mindset yang baik dan tahan bagi mereka anak-anak untuk membangun kepribadian yang lebih tahan dan dapat mengembangkan potensinya sehingga proses pembuatan Keputusan yang mereka punya dapat lebih rasional serta informasional dan dapat mengatasi tantangan hidup yang mendatang.

Manifestasi dari poin ini bisa dalam banyak hal namun diantaranya adalah penguatan institusi sekolah untuk dapat memberikan kesempatan bagi anak-anak lebih maksimal mengenyam pendidikan sehingga, di sekolah pun masyarakat khususnya anak-anak dapat meningkatan kualitas hidup sebagai sarana untuk mencapai kemajuan yang berkelanjutan

Poin 8 Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi: Memang kebutuhan finansial yang harus dapat dipenuhi adalah akar dari permasalahan fenomena di atas sehingga poin SDG yang satu ini dapat mengakuisisi kebutuhan masyarakat menengah kebawah. Dengan pekerjaan yang layak serta pertumbuhan ekonomi tentunya akan meningkat pula pendapatan dan kesejahteraan bagi suatu keluarga.

Adapun cara manifestasinya cukup banyak diantaranya seperti pemerintah setempat dapat membangun infrastruktur ekonomi lebih baik dengan cara transportasi dan teknologi informasi yang dibangun sehingga pemfasilitasan pertumbuhan dapat terjadi di beberapa sektor ekonomi yang berbeda serta konektivitas antara masyarakat dapat meningkat.

Pada akhirnya poin SDG 4 dan 8 saling berkaitan sehingga penting untuk dapat memastikan poin-poin diatas dapat terlaksana dengan baik sehingga fenomena Bacha Bazhi tidak terulang kedepannya.

Tahu akan berkuasanya mereka para ‘tuan’ yang memiliki mereka seharusnya pemerintah dapat memastikan supply terhadap fenomena tersebut dapat dihentikan tentunya dengan pendekatan grass root yang dimana harus mengutamakan masyarakat untuk lebih pintar, skeptis serta pemenuhan kesejahteraan sehingga tidak ada lagi ketergantungan terhadap pihak yang mendominasi dan mengeksploitasi manusia demi keuntungan pribadi.

Isu Bacha Bazhi memang kompleks dan banyak lapisan untuk dianalisa bagaimana fenomena ini untuk tidak terjadi lagi namun dari kacamata sebagai negara berkembang yang spesifikasinya menggunakan SDG setidaknya kita dapat mengetahui tolak ukur dari bagaimana negara yang ada di Timur Tengah ini dapat bertindak sehingga perumusah resolusi masalah yang lebih baik lagi dapat terjadi.

Memang belum tentu dapat selesai sekejap mata namun SDG menjadi bentuk ikhtiar dari kita sebagai manusia untuk dapat saling memanusiakan satu sama lain.

 

Penulis: Aqil Diningrat
Mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional, Universitas Padjadjaran

 

Editor: I. Chairunnisa

Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui e-mail: redaksi@mahasiswaindonesia.id
Lalu konfirmasi pengiriman artikel via WA Admin: +62 811-2564-888 (Rahmat Al Kafi)
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI