Budaya Mencontek dan Akibatnya

Budaya Menyontek
Ilustrasi Menyontek (Gambar: Pixabay.com)

Sistem pendidikan di Indonesia yang terbilang masih labil ini terus berupaya mencari jati diri dan mencari pola tentang sistem penilaian dan standarisasi mutu pendidikan. Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah melalui Kemendiknas dalam rangka mendidik anak bangsa dari ketertinggalan dan kebodohan. Upaya yang sudah dilakukan antara lain dengan memberlakukan kurikulum yang berubah dari satu periode ke periode yang lainnya.

Telah kita ketahui bersama bahwa budaya mencontek di kalangan pelajar sudah hal yang wajar bahkan seolah-olah sudah menjadi tradisi. Mencontek sering kali diartikan sebagai bentuk solidaritas. Tapi solidaritas ini sering disalahartikan yaitu bagaimana kita membantu teman, baik dalam hal positif maupun negatif.

Jika solidaritas diartikan sebagai solidaritas yang positif maka akan berdampak poositif juga, yaitu semakin eratnya rasa persatuan. Tapi jika solidaritas disalah artikan dengan memberikan contekan kepada teman tentu saja ini akan menyimpang arti dari solidaritas yang sebenarnya.

Bacaan Lainnya

mereka beranggapan jika tidak memberikan contekan maka akan di anggap pelit dan tidak mempunyai teman. Hal ini yang membuat kita serba salah sehingga kita tetap mencontek meskipun kita tahu bahwa apa yang kita lakukan adalah hal yang salah.

Sadar atau tidak, mencontek dapat mendatangkan bahaya baik jangka pendek maupun jangka panjang, baik bagi penyontek maupun yang dicontek bila seorang siswa terbiasa mencontek, maka kebiasaan itulah yang akan membentuk dirinya.

Beberapa karakter yang dapat dihasilkan dari kegiatan mencontek antara lain mengambil milik orang lain tanpa ijin, menyepelekan, senang jalan pintas dan malas berusaha keras. Bisa dipastikan, saat siswa sudah dewasa dan hidup sendiri, tabiat-tabiat hasil perilaku mencontek mulai diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti mencuri, korupsi, manajemen buruk, pemalas tapi ingin jabatan dan pedapatan tinggi.

Dampak yang timbul dari praktik menyontek adalah mengakibatkan ketidakjujuran dan malapetaka. Peserta didik akan menanam kebiasaan berbuat tidak jujur, yang pada saatnya nanti akan menjadi kandidat koruptor.

Kebiasaan mencontek juga akan mengakibatkan seseorang tidak mau berusaha sendiri dan selalu mengandalkan orang lain. Sehingga seseorang tersebut tidak mau mempergunakan otaknya sendiri dan tentu saja akan muncul generasi-generasi yang bodoh dan tidak jujur.

Selain itu, umumnya para pelajar atau mahasiswa akan malas belajar, malas berpikir dan merenung, malas membaca dan tidak suka meneliti. Orang yang suka menyontek biasanya tidak percaya pada kemampuan dirinya sendiri, yang pada akhirnya akan menjadi generasi yang labil. Kreatifitas dalam dirinya terhambat. Penuh dengan rasa malas, putus asa, dan tidak bertanggung jawab. Semua yang diraihnya tidak halal karena kecurangan sehingga mengakibatkan reputasi diri akan buruk di mata sosial.

Dampak buruk lainya adalah membodohi diri sendiri. Ketika kita mencontek, berarti kita memanipulasi nilai kita. Karena sebenarnya itu bukanlah jawaban kita, melainkan jawaban orang lain. Belum tentu jawaban teman itu benar. Dan ketika kita memberikan jawaban kepada teman kita, maka kita memberikan peluang kepada teman kita untuk mendapatkan nilai yang lebih besar.

Setiap orang berpotensi untuk melakukan menyontek dan gejala kecenderungan semakin maraknya praktik menyontek di dunia pendidikan, maka perlu segera dilakukan review atau reformulasi sistem atau cara pengujian, penyelenggaraan tes yang berlangsung selama ini baik yang diselenggarakan secara massal oleh suatu badan atau kepanitiaan maupun yang diselenggarakan secara individual oleh setiap guru atau dosen.

Tim Penulis

1. Moch Iqbal Maulana Azis
Mahasiswa Hubungan Internasional, Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya, Universitas Islam Indonesia

2. Nur Zaytun Hasanah
Mahasiswa Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Agama Islam, Universitas Islam Indonesia

Referensi:

https://marwancihui.blogspot.com/2015/03/makalah-budaya-menyontek.html

Wicaksono Andreas Budi. 2017. Perilaku Siswa Terhadap Menyontek ditinjau dari Status Sosial dan Tingkat Penghasilan Orang Tua Pada Siswa Kelas VIII. Yogyakarta : Skripsi Online.

Rohana. 2015. Hubungan Self Efficacy dan Konformitas Teman Sebaya Terhadap Perilaku Menyontek Siswa SMP Bhakti Loa Janan. Yogyakarta : Jurnal Psikologi Online.

Ahmadi Haji Abu dkk. 2013. Psikologi Belajar. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Syah Muhibbin. 2013. Psikologi Belajar. Depok : PT Rajagrafindo Persada.

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui e-mail: redaksi@mahasiswaindonesia.id
Lalu konfirmasi pengiriman artikel via WA Admin: +62 811-2564-888 (Rahmat Al Kafi)
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI