Dinamika Demografi: Menyikapi Tren Penurunan Angka Kelahiran di Dunia

Dinamika Demografi
Ilustrasi Kelahiran Anak (Sumber: Media Sosial dari freepik.com)

Fenomena demografi yang menyebabkan penurunan angka kelahiran telah diamati di berbagai negara di seluruh dunia saat ini. Tren ini mempunyai implikasi yang luas terhadap struktur sosial, ekonomi, dan kebijakan publik.

Untuk menciptakan solusi yang berkelanjutan dan efektif, penting untuk memahami dinamika di balik penurunan kesuburan dan bagaimana negara-negara merespons tantangan ini.

Penurunan Angka Kelahiran: Gambaran Global

Di banyak negara maju dan berkembang, angka kesuburan total (Total Fertility Rate/TFR) berada di bawah tingkat penggantian (biasanya sekitar 2,1 anak per perempuan). Beberapa negara, seperti Jepang, Korea Selatan, dan Italia, memiliki TFR yang sangat rendah, seringkali di bawah 1,5.

Bacaan Lainnya

Di Indonesia sendiri, disebutkan bahwa pemerintah terus berupaya agar penduduk tumbuh seimbang. Dikarenakan Indonesia sedang mengalami penurunan angka kelahiran.

Dalam pernyataan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo, “Karena kalau anaknya dua lebih dikit, maka hampir dipastikan satu perempuan akan melahirkan anak satu perempuan.

Mengapa Ini Bisa Terjadi?

  1. Persepsi masyarakat khususnya anak-anak Gen Z bahwa biaya memiliki anak tidaklah murah, dan perlu persiapan yang prepare dan matang.
  2. Ketakutan anak-anak Gen Z untuk menjalin hubungan yang lahir dari keluarga tidak bahagia tersebar luas di media sosial.
  3. Manusia lebih sensitif terhadap apapun yang memicu perasaan gembira juga dua kali lebih mudah mengingat hal yang menimbulkan rasa takut.
  4. Masyarakat perkotaan enggan mempunyai anak atau menikah karena mengingat pendapatannya hanya mampu menutupi biaya hidup tanpa adanya insentif dari keluarga besar seperti sebelumnya.
  5. Memperpanjang masa kanak-kanak generasi termuda: Karena generasi anak-anak saat ini terus-menerus diberi insentif sejak masa kanak-kanak untuk “Belajar, membaca, mengumpulkan informasi” Minim kegiatan yang menguji risiko dan menumbuhkan kedewasaan. Mereka seperti balas dendam dengan membeli barang-barang yang tidak bisa dibeli saat kecil. Mempunyai anak memerlukan kematangan berpikir, hal ini tidak terbentuk pada orang-orang yang masih ingin bermain-main di masa kanak-kanak extended-nya.
  6. Buruknya kondisi lingkungan (Lingkungan Psikologis dan Material) masyarakat modern menyebabkan meningkatnya angka kematian bayi pada kelompok populasi tertentu.
  7. Perubahan nilai-nilai sosial, termasuk peningkatan partisipasi perempuan dalam pendidikan dan tenaga kerja, telah mengubah prioritas hidup banyak orang. Perempuan yang lebih terdidik cenderung menunda pernikahan dan memiliki lebih sedikit anak.

Baca juga: Krisis Palestina: Sebuah Refleksi Kemanusiaan dan Tanggung Jawab Global

Lalu Bagaimana Strateginya?

Berbagai negara telah mengambil langkah untuk mengatasi penurunan angka kelahiran. Berikut adalah beberapa pendekatan yang telah diimplementasikan:

1. Dukungan Ekonomi untuk Keluarga Muda

Negara seperti Swedia dan Prancis memberikan subsidi dan insentif keuangan untuk mendukung keluarga muda. Ini termasuk tunjangan anak, pengurangan pajak, dan subsidi untuk biaya perawatan anak dan pendidikan.

2. Kebijakan Kerja yang Ramah Keluarga

Banyak negara Eropa menawarkan cuti melahirkan yang diperpanjang dan berbayar bagi ibu dan ayah. Jam kerja yang fleksibel dan kebijakan kerja dari rumah juga membantu orang tua menyeimbangkan antara pekerjaan dan keluarga.

3. Inovasi dalam Kebijakan Perumahan

Negara-negara seperti Singapura telah mengembangkan kebijakan perumahan yang menyediakan rumah yang terjangkau bagi keluarga muda. Kredit rumah dengan bunga rendah dan perumahan bersubsidi juga membantu mengurangi beban finansial.

4. Kebijakan Imigrasi

Beberapa negara, seperti Kanada dan Australia, menggunakan kebijakan imigrasi untuk menyeimbangkan penurunan populasi domestik. Mereka menarik talenta asing yang bisa membantu mengisi kekosongan dalam angkatan kerja.

5. Pemberdayaan Perempuan

Memberikan dukungan dan kesempatan bagi perempuan untuk menyeimbangkan karier dan kehidupan keluarga tanpa harus memilih salah satu. Ini termasuk akses ke pendidikan dan pekerjaan yang setara serta kebijakan yang mendukung keseimbangan kehidupan kerja.

6. Biaya Pendidikan yang Terjangkau

Pendidikan yang terjangkau dan merata merupakan kunci untuk memastikan bahwa setiap anak, tanpa memandang latar belakang ekonomi, memiliki kesempatan yang sama untuk meraih masa depan yang cerah.

7. Lingkungan yang Family Friendly

Lingkungan kerja yang family-friendly memungkinkan karyawan untuk menyeimbangkan antara tanggung jawab pekerjaan dan keluarga, sehingga meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas secara keseluruhan. Adanya daycare aksesibel dimana-mana, transportasi umum yang reliabel agar biaya hidup keluarga bisa terfokuskan untuk merawat anak.

Studi Kasus: Negara-Negara yang Berhasil

Swedia

Swedia dikenal dengan kebijakan keluarga yang proaktif. Negara ini menawarkan cuti melahirkan yang panjang dan fleksibel, baik untuk ibu maupun ayah, serta subsidi yang signifikan untuk perawatan anak. Kebijakan ini tidak hanya mendukung kesejahteraan keluarga, tetapi juga mendorong perempuan untuk tetap berkarier setelah memiliki anak.

Jepang

Jepang menghadapi tantangan besar dengan salah satu tingkat fertilitas terendah di dunia. Negara ini telah mengambil berbagai langkah, termasuk memberikan insentif keuangan untuk keluarga dengan anak, memperbaiki sistem perawatan anak, dan mendorong perusahaan untuk memberikan cuti melahirkan dan fleksibilitas kerja yang lebih besar.

Meski demikian, perubahan budaya yang mendalam masih diperlukan untuk mencapai hasil yang signifikan.

Singapura

Singapura telah mengimplementasikan kebijakan perumahan yang komprehensif, memberikan subsidi perumahan yang signifikan bagi keluarga muda. Selain itu, negara ini menawarkan insentif keuangan untuk setiap anak yang lahir, serta program perawatan anak yang berkualitas tinggi dan terjangkau.

Menurunnya angka kelahiran merupakan tantangan demografis yang kompleks dan mempunyai dampak luas terhadap masyarakat dan perekonomian. Untuk mengatasi tren ini memerlukan pendekatan yang komprehensif dan berkelanjutan yang mencakup kebijakan ekonomi, sosial dan budaya.

Negara-negara yang lebih mampu mengatasi penurunan angka kelahiran adalah negara yang mempunyai kebijakan yang mendukung kesejahteraan keluarga, memberikan dukungan ekonomi, dan mendorong keseimbangan kehidupan kerja.

Diharapkan bahwa dengan belajar dari pengalaman negara-negara lain dan menyesuaikan kebijakan dengan kondisi lokal, kita dapat secara efektif mengatasi tantangan penurunan kesuburan dan dengan demikian membangun masyarakat yang seimbang dan berkelanjutan di masa depan.

 

Penulis: Evelyn Meylisa

Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui e-mail: redaksi@mahasiswaindonesia.id
Lalu konfirmasi pengiriman artikel via WA Admin: +62 811-2564-888 (Rahmat Al Kafi)
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI