Manusia tidak dianjurkan oleh Islam hanya mencari pengetahuan yang hanya berorientasi pada urusan akhirat saja. Akan tetapi, manusia diharapkan tidak melupakan pengetahuan tentang urusan dunia.
Meskipun kehidupan dunia ini hanyalah sebuah permainan dan senda gurau belaka, atau hanyalah sebuah sandiwara yang diciptakan oleh Tuhan semesta alam. Namun, pada dasarnya manusia diharapkan mampu menjaga keseimbangan dirinya dalam menjalani realita kehidupan ini, termasuk dalam mencari pengetahuan.
Islam menghendaki agar pemeluknya mempelajari pengetahuan yang dipandang perlu bagi kelangsungan hidupnya di dunia dan di akhirat kelak. Dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 201 disebutkan: “Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka”.
Pendidikan merupakan kebutuhan pokok manusia. Allah menciptakan manusia dengan memberikan dua keistimewaan dibanding makhluk lain. Pertama, terletak pada pemilikan akal, ilmu, keimanan, ikhtiar dan kemampuan membedakan yang baik dan buruk. Kedua, terletak pada pasal 31 usulnya. Manusia diciptakan dari tanah, air, darah dan daging, sebagai implementasinya manusia memiliki syahwat, naluri serta yang muncul dari naluri berupa kebodohan, pertumpahan darah, perusakan di bumi dan lainlain. Di sinilah pentingnya pendidikan bagi manusia dalam rangka mengembangkan potensi yang dimiliki, menata perilaku, mengontrol emosi serta mengajarkan bagaimana berinteraksi dalam hidup dan kehidupannya.
Nilai-Nilai Pendidikan dalam QS. Al-Qashash ayat 77
Banyak sekali nilai-nilai pendidikan yang terkandung di dalam QS. Al-Qashash ayat 77:
1. Pendidikan Ruhaniah
Allah menciptakan manusia terdiri dari jasmani dan ruhani. Keduanya saling berkaitan, apabila seseorang tidak ada ruhaninya berarti orang tersebut mati. Begitu sebaliknya, apabila tidak ada jasmaninya, maka orang tersebut tidak bisa disebut manusia. Jasmani dan ruhani merupakan satu kesatuan yang membentuk sistem kepribadian manusia. Dalam kehidupan manusia, unsur ruhani melahirkan masalah batiniah atau spiritual, sedangkan jasmani melahirkan masalah lahiriah atau material.
Perbedaan masalah yang ditimbulkan menuntut permasalahan yang seimbang. Terkadang salah satu pihak melalaikan sehingga menimbulkan ketidakseimbangan dalam hidup. Hal itu senada dan seirama dengan firman Allah dalam surat al-Qashas ayat 77. Ruhani merupakan non fisik atau im materi yang mempunyai 3 daya, diantaranya yaitu daya pikir yang disebut akal (berpusat di otak), daya rasa yang disebut qalbu (yang berpusat di dada), dan daya kemauan atau nafsu (yang berpusat di perut). Ini merupakan substansi dari ruhani manusia yang berfungsi setelah ia hidup.
2. Pendidikan Jasmani
Dalam QS. al-Qashas disebutkan ولاتنس نصيبك من الدنيا (dan janganlah kamu melupakan bagianmu kebahagiaan dunia), para mufassirin menafsirkan bahwa manusia tidak harus meninggalkan kenikmatan dunia dan akhirat. Kenikmatan dunia dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan badan seperti makan, minum, tempat tinggal, pakaian, menjaga kebersihan dan kesehatan tubuh. Tetapi juga manusia harus ingat bahwa dunia merupakan alat untuk menunju kebahagiaan akhirat.
3. Pendidikan Ihsan
“Dan Berbuat baiklah kepada semua orang sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu), merupakan penggalan ayat dalam Q.S. al-Qashas ayat 77 yang mengandung nilai-nilai pendidikan ihsan. Kata ihsan merupakan bentuk masdar dari kata احسن – يحسن (ahsana– yuhsinu) yang berarti berbuat baik atau memperbuat kebaikan. Jadi, kata ihsan dapat diartikan dengan dua arti yaitu untuk diri sendiri dan orang lain.
Tim Penulis:
1. Cici Tri Mulyani
Mahasiswa Ekonomi Islam, Fakultas Ilmu Agama Islam, Universitas Islam Indonesia
2. Nur Zaytun Hasanah
Alumni Mahasiswa Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Agama Islam, Universitas Islam Indonesia
Referensi:
Dhofier, Zamakhsyari. 2011. Tradisi Pesantren: Studi Pandangan Hidup Kyiai dan Visinya
Mengenai Masa Depan Indonesia. Jakarta: LP3ES.
Hamka. 1978. Tafsir Al-Azhar. Surabaya: Yayasan Ltimojong.
Katsier, Ibnu. 1990. Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsier. Surabaya: PT Bina Ilmu Offset.
Kailany HD. 2000. Islam dan Aaspek-aspek Kemasyarakatan. Jakarta: Bumi Aksara.
Rachmat Djatmika. 1996. Sistem Etika Islam. Jakarta: Panjimas.
Mahjuddin. 2001. Pendidikan Hati (Kajian Tasawuf Amali. Jakarta: Kalam Mulia.
Moenawar Cholil. 1989. Definisi dan Sendi Agama. Jakarta: Bulan Bintang.