Hal yang Wajib Diketahui dalam Analisis Fundamental Saham!

analisis fundamental saham
Foto: investor.id

Sejatinya analisis dalam memilih saham itu ada dua, yaitu analisis teknikal dan analisis fundamental, namun pembahasan yang akan dikupas kali ini adalah analisis fundamental. Kenapa? Karena analisis ini sangat dibutuhkan seorang investor yang akan menanamkan dananya pada saham untuk jangka waktu yang panjang, minimal 5 tahun.

Apa sih yang dimaksud Analisis Fundamental dalam saham?

Analisis Fundamental adalah analisis yang digunakan para penanam modal (investor) untuk memilih saham yang bagus dan likuid berdasarkan kondisi keuangan perusahaannya. Namun pada dasarnya analisis ini digunakan untuk mengetahui apakah suatu saham itu Overvalued (murah) atau undervalued (mahal).

Analisis Fundamental terbagi menjadi dua cara, yaitu metode bottom-up dan metode top- down. Namun penulis menyarankan agar menggunakan metde top-down karena analisis ini lebih rasional. Metode top-down yaitu analisis dengan melihat kondisi perekonomian secara makro sampai kondisi suatu perusahaan secara makro. Sebagai contoh kasarnya, saat ini perekonomian dunia, termasuk Indonesia sedang dilanda pandemi mematikan yang belum tahu kapan berakhirnya pandemi ini, lalu bukankah perusahaan farmasi saat ini sedang banyak dicari? Ini waktu yang tepat untuk membeli saham dari perusahaan tersebut. Nah itu tadi salah satu cara melihat secara mikro.

Bacaan Lainnya

Bagaimana Cara Melakukan Analisis Fundamental ?

Analisis Fundamental dengan Metode topdown dibagi menjadi tiga cara, pertama dengan mengamati kondisi makro perekonomian dunia atau negara, yang kedua dengan melihat sektor atau industri apa yang cocok untuk dipilih berdsarkan kondisi makro tadi, dan yang ketiga adalah perusahaan mana yang paling bagus dalam sektor tersebut. Berikut penjelasannya:

1. Mengamati Kondisi Makro Perekonomian Dunia atau Negara

Terdapat dua hal umum yang dapat dijadikan indikator untuk melihat kondisi makro perekonomian suatu negara. Yakni dengan melihat:

  • PDB (Pendapatan Domestik Bruto)

PDB merupakan indikator utama untuk melihat pertumbuhan ekonomi suatu negara. PDB dikeluarkan setiap kuartal dan dinyatakan dalam bentuk persen. Apabila PDB semakin tahun presentasenya meningkat maka menunjukkan bahwa perekonomian negara tersebut tumbuh dengan baik setiap tahunnya.

Inflasi adalah menurunnya nilai mata uang, yang menjadikan konsumen dalam membeli barang atau jasa berkurang. Penyebab umum dari inflasi ini adalah buruknya teknologi dan infrastruktur suatu negara sehingga menyebabkan mahalnya biaya produksi dan distribusi suatu perusahaan. Namun inflasi yang tinggi tidak serta-merta menunjukkan buruknya ekonomi suatu negara tetapi dapat juga dijadikan indikator untuk melihat daya beli suatu masyaraka yang meningkat.

Besaran PDB dan angka inflasi dapat dilihat melalui website resmi BPS dan BEI. Selain dua indikator diatas, analisis makro juga dapat dilihat dari hal yang tidak terduga yang terjadi di dunia. Seperti karena faktor alam yang kita rasakan saat ini, yaitu Pandemi yang menjadikan daya ekonomi menurun. Dan juga faktor sosial seperti perang dagang antara Amerika dan China yang menjadikan negara lain emendapat dampak buruk dari kejadian tersebut.

2. Melihat Sektor yang Paling Cocok

Setelah menganalisis keadaan makro, maka kita dapat melihat sektor mana yang cocok dapat kita masuki untuk menanam saham. Misalnya Karena keadaan ekonomi dunia sedang turun karena pandemi ini, maka sektor mana yang terdampak sehingga menjadikan harga saham perusahaan tersebut turun? Misalnya sektor perbankan. Sektor perbankan terdampak karena sejumlah UMKM tidak dapat mengangsur kredit karena pendapatan UMKM  yang menurun. Hal ini mengakibatkan menurunnya harga saham pada sejumlah perbankan. Yang membuat kita dapat membeli saham diharga yang rendah. Karena prinsip membeli saham adalah membeli diharga rendah dan menjual di harga tinggi.

Ada tiga industri di Indonesia yang dibagi menjadi beberapa sektor. Sektor pertama meliputi sektor pertanian dan pertambangan. Sektor kedua meliputi industri manufaktur, industri dasar dan kimia, industri barang konsumsi. Dan sektor ketiga meliputi sektor properti, real estat, dan konstruksi bangunan, sektor infrastruktur, utilitas, dan transportasi, sektor keuangan, serta sektor perdagangan, jasa, dan investasi.

3. Memilih Perusahaan yang Paling Bagus Fundamentalnya

Sebelum memasuki lebih jauh menganalisis berbagai laporan keuangan suatu perusahaan, untuk menentukan perusahaan mana yang akan kita tanami saham, kita dapat melihat citra atau kualitas produk perusahaan tersebut di mayarakat, contohnya PT. Unilever Indonesia. Siapa yang tidak menggunakan produknya? Masyarakat kalangan atas sampai bawah pun menggunkana produk sektor konsumer tersebut. Yang kedua yaitu kita dapat membeli saham dari perusahaan yang memimpin perusahaan lainnya pada sektor yang sama atau perusahaan terbaik pada sektornya, seperti pada sektor keuangan yaitu bank BCA.

Laporan keuangan setiap perusahaan dapat kita lihat melalui website resmi Bursa Efek Indonesia, disana disajikan lengkap seluruh laporan keuangan setiap kuartal. Dapat juga dilihat di aplikasi onlone trading masing-masing sekuritas yang telah dipilih. Berikut analisis yang dapat digunakan untuk melihat seberapa baik kualitas keuangan suatu perusahaan:

  • Net Profit Margin (NPM) = Keuntungan Bersih : Total Penjualan

Rasio ini mengukur tingkat pendapatan bersih perusahaan dari seluruh penjualan.

  • Return On Asset (ROE) = Pendapatan : Modal

Rasio ini untuk mengukur seberapa besar perusahaan medapatkan keuntungan dari modal. Semakin tinggi setiap tahunnya semakin baik.

  • Return On Ekuitas (ROA) = Pendapatan : Aset

Rasio ini untuk mengukur seberapa besar perusahaan medapatkan keuntungan dari aset. Semakin tinggi setiap tahunnya semakin baik.

  • Debt Of Asset Ratio (DAR) = Total Utang : Total Aset

Rasio ini untuk mengukur seberapa besar aset yang dibiayai oleh  utang. Semakin tinggi setiap tahunnya menandakan perusahaan mengambil hutang semakin tinggi.

  • Debt Of Equity Ratio (DER) – Total Utang : Total Modal

Rasio ini untuk mengukur seberapa kemampuan perusahaan untuk membayar utang angka panjang.

  • Earning Per Share (EPS) = Pendapatan – Dividen :Jumlah Saham Yang Beredar.

Rasio ini untuk mengukur seberapa besar laba yang dihasilkan per lembar saham. Semakin tinggi semakin baik, menandakan perusahaan mendapat untung yang banyak pula.

  • Price Earing Ratio (PER) = harga buku saham : EPS

Rasio ini untu mengukur mahal (over valued) atau murah (under valued) saham dari harga bukunya (harga saat IPO). Jika PER lebih dari 15x maka saham tersebut dapat dikatakan mahal.

  • Price Book Value (PBV) =  Harga saham : Harga buku

Rasio ini digunakan untuk membandingkan harga saham saat itu dengan harga asli/harga buku. Semakin kecil rasio ini, semakin baik.

Hilda Pradifta
Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya

Editor :  Muflih Gunawan

Baca juga:
Bisakah Uang yang Bekerja untuk Kita?
Dampak Covid-19 terhadap Ekonomi maupun Bisnis Syariah serta Peran Lembaga Keuangan Sosial Islam
Bisakah UMKM Menguat di Musim Pandemi?

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui e-mail: redaksi@mahasiswaindonesia.id
Lalu konfirmasi pengiriman artikel via WA Admin: +62 811-2564-888 (Rahmat Al Kafi)
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI