Hikmah Surah Abasa

surah abasa
Foto: Pixabay.com

Al-Qur’an sebagai Kita suci umat Islam memiliki Hikmah yang banyak. Misalnya, pada Surah Abasa ayat 1-11 menyampaikan teguran Allah kepada kekasih-Nya yang pada saat itu berdakwah kepada petinggi Quraisy, sehingga memalingkan pandangannya kepada seseorang yang mendatanginya sambil memanggil-manggil namanya untuk mendapatkan petunjuk dari Rasulullah SAW.

Hakikat dakwah adalah mengubah manusia dari keadaan yang apa adanya kepada yang seharusnya. Dengan dakwah diharapkan orang awam menjadi paham, orang benci pada kebaikan menjadi cinta, orang bakhil menjadi dermawan, orang malas menjadi rajin, orang yang bermusuhan menjadi bersahabat dan bersaudara, begitulah seterusnya.

Dari pemahaman seperti ini, kita menyadari betapa masih begitu banyak orang yang belum menunjukkan ketaatan kepada Allah SWT. sehingga dakwah amat diperlukan dan harus dilakukan dengan berbagai pendekatan yang baik sesuai dengan kondisi sang mad’u (objek dakwah).

Dalam konteks dakwah, setiap kita ingin agar semakin banyak orang yang menerimanya, apalagi bila orang-orang yang berpengaruh di tengah-tengah masyarakat. Bila seorang tokoh berpengaruh masuk Islam, akan banyak orang yang mengikutinya.

Rasulullah SAW sebagai manusia biasa juga memiliki pertimbangan seperti itu. Maka, ketika beliau sedang berdakwah kepada para tokoh Quraisy, tiba-tiba datang seorang sahabat yang kedudukannya biasa-biasa saja, bahkan matanya juga buta. Bisa jadi, Rasulullah SAW merasa terganggu atas kehadirannya yang datang untuk meminta nasihat dan petunjuk, karenanya beliau sampai bermuka masam.

Sikap Rasulullah SAW yang demikian tidak baik, maka Allah SWT menyampaikan teguran dengan turunnya surat Abasa: “Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling, karena telah datang seorang buta kepadanya. Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa), atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya?. Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup, maka kamu melayaninya. Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau dia tidak membersihkan diri (beriman). Dan adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran), sedang ia takut kepada (Allah), maka kamu mengabaikannya. Sekali-kali jangan (demikian)! Sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan itu adalah suatu peringatan.”

Secara harfiah, dakwah artinya mengajak, menyeru dan memanggil. Dakwah berarti mengajak, menyeru dan memanggil manusia agar beriman dan taat kepada Allah SWT. Dakwah bukan untuk membangun fanatisme kelompok apalagi sekadar membangun rasa simpati dan pengkultusan kepada sang dai, sama sekali tidak demikian

Karena itu, dari beberapa ayat surah Abasa di atas, pelajaran yang dapat kita ambil adalah. setiap dai harus melayani siapa saja yang meminta pesan-pesan dakwah, ia tidak boleh pilih-pilih tempat untuk berdakwah, apalagi sekadar pertimbangan duniawi seperti lebih mengutamakan dakwah kepada kalangan elit daripada orang biasa.

Hikmah lainnya adalah setiap orang, terutama yang sudah menjadi muslim, seharusnya lebih aktif untuk memahami dan mendalami ajaran Islam, ia aktif menghadiri majelis ilmu hingga meminta nasihat dan bertanya kepada orang yang ahli, begitulah yang dicontohkan oleh Abdullah bin Ummi Maktum.

Nurma Wijayanti
Mahasiswa IAIN Pekalongan

Editor: Ningga Yudha Prajna

Baca juga:
Hikmah dalam Berdakwah bagi Remaja Muslim dari Surah ‘Abasa
Reproduksi Remaja dalam Islam
Pesan untuk Mahasiswa: Ketahui 6 hal ini, Maka Ilmu Apapun akan Menjadi Milikmu

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui e-mail: redaksi@mahasiswaindonesia.id
Lalu konfirmasi pengiriman artikel via WA Admin: +62 811-2564-888 (Rahmat Al Kafi)
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI