Kepo? Intip Manfaat Pelukan 10 Menit yang Mengejutkan!

Manfaat Pelukan
Sumber: www.shutterstock.com.

Di kehidupan modern ini kita kerap menjumpai banyak orang tua sibuk bahkan super sibuk dengan pekerjaan mereka. Kebanyakan dari mereka sering kehilangan waktu bersama anaknya karena tuntutan kebutuhan hidup seperti urusan dapur, biaya sekolah anak, dan biaya kesehatan, namun ada juga orang tua yang lebih suka bekerja dan mempertahankan karir mereka daripada hanya tinggal di rumah dan mengurus anak.

“Jika Anda tidak dapat memeluk anak-anak anda dengan tangan Anda, tolong peluk mereka dalam hati Anda,” Clara Mcbride Hale, American Social Activist (1905-1992).

Gambar 1 Sumber: www.shutterstock.com.

Kebutuhan emosional yang seharusnya didapatkan oleh anak-anak di usia itu tidak terpenuhi sebagai akibat dari peran dari sosok ‘orang tua’ yang perlahan menghilang dan hanya menjadi ‘penyedia rumah untuk mereka tinggal’, bukan lagi sebagai tempat untuk bersandar.

Bacaan Lainnya

Dampak Kurangnya Afeksi dari Orang Tua terhadap Anak

Bagi anak-anak, ikatan emosional itu sangat penting. Kualitas dari ikatan ini ditandai dengan penerimaan orang tua (cinta) dan penolakan (kurangnya cinta), merupakan prediktor utama fungsi dan perkembangan psikologis baik untuk anak-anak maupun orang dewasa (Khaleque & Rohner, dalam pers; Rohner, 1975, 2002; Rohner & Rohner, 1980).

Ini akan berdampak terhadap perkembangan kepribadian mereka saat dewasa di mana mereka menjadi membenci orang tua mereka dan kemudian beralih mencari ‘kasih sayang’ itu dengan cara yang kurang tepat bahkan cenderung menjerumuskan mereka kepada penyimpangan.

Gambar 2 Sumber: www.shutterstock.com.

Kebencian terhadap orang tua akan digeneralisasikan sebagai pandangan negatif karena merasa lingkungan sudah menyakitinya. Ini kerap terjadi pada remaja yang mulai berada dalam fase ‘pemberontakan’.

Jika dahulu ketika orang tua sibuk bekerja, anak-anak cenderung mengalihkan perhatian mereka ke aktivitas luar rumah bersama rekan sebaya. Namun di era saat ini, kecenderungan anak-anak lebih condong untuk menikmati waktu mereka di dalam rumah. Terlebih lagi jika orang tua yang protektif terhadap keamanan anaknya terkadang malah terkesan ‘mengekang’ si anak untuk bermain di luar rumah.

Peran ‘orang tua’ mulai digantikan oleh gadget apalagi jika anak-anak tidak didampingi oleh orang dewasa selama penggunaannya. Tidak jarang mereka yang masih labil malah terjerumus ke dalam kegiatan yang tidak sesuai dengan umurnya.

Contohnya saja banyak anak-anak yang mengunduh media sosial dan melihat konten-konten yang terkait dengan mental health yang berujung kepada self diagnosed di mana mereka mendiagnosa kondisi mereka sendiri tanpa bantuan ahli yang mumpuni.

Gambar 3 Sumber: www.unicef.org.

Gangguan kesehatan mental seperti depresi dan juga kecemasan merupakan masalah kejiwaan yang rentan dialami oleh remaja. Jika kita lihat secara global, perkiraan dari WHO menunjukkan bahwa sekitar 1 hingga 7 dari setiap 10 anak yang berusia 10-19 tahun mengalami masalah kesehatan mental, namun sebagian besar dari mereka belum teridentifikasi atau bahkan tidak menerima pengobatan yang sesuai.

Karena alasan tersebut, orang tua seharusnya menjadi contoh bagi anak-anak mereka dan memberikan bantuan dalam membangun kecerdasan emosi dan membuat pilihan yang lebih sehat, salah satu caranya dengan memeluk mereka.

Gambar 4 Sumber: www.shutterstock.com.

Pelukan dari Sudut Pandang Biopsikologi

Secara biologis, indra yang pertama kali kita rasakan ketika bayi adalah sentuhan. Hal ini membentuk koneksi emosional antara ibu dan bayi serta menciptakan ketentraman terhadap bayi. Kaitan antara sentuhan dan ketentraman ini tidak berubah hingga kita beranjak dewasa. Karena itu, ‘sentuhan’ ataupun ‘pelukan’ krusial terhadap kehidupan dan kesejahteraan mental manusia.

Tubuh manusia menghasilkan hormon oksitosin yang dikenal juga dengan hormon ‘cinta’ karena hormon ini terkait dengan kestabilan emosi, kasih sayang, dan hubungan interpersonal. Hormon oksitosin dilepaskan dari sentuhan sehari-hari seperti saat melakukan interaksi fisik dengan seseorang, contohnya berpelukan.

Hipotalamus menghasilkan hormon oksitosin, yang dilepaskan melalui kelenjar pituitari ketika manusia merasakan kasih sayang secara jasmaniah. Hormon ini yang nantinya menghasilkan keterikatan secara emosional dan rasa percaya dalam diri manusia.

Penelitian mencatat bahwa oksitosin yang diproduksi oleh tubuh dapat membantu seseorang merasa lebih tenang, percaya diri, dan stabil secara mental. Di samping itu, oksitosin juga telah teruji mampu menurunkan respons stres, seperti kecemasan.

Sentuhan fisik dengan orang yang Anda kasihi dapat merangsang produksi hormon oksitosin, namun kekurangan hormon ini dapat berefek buruk terhadap kesehatan. Hal ini bisa kita terapkan pada orang-orang terkasih kita.

Berpelukan merupakan wujud dukungan yang dapat mengurangi tekanan dan membantu meredakan kekhawatiran setelah terjadinya perkelahian. Penelitian menunjukkan bahwa orang yang dipeluk setelah berkelahi menjadi lebih rileks.

Sebelum memeluk anak, sebaiknya perhatikan bagaimana reaksi anak ketika dipeluk atau bisa dengan menanyakan terlebih dulu kepada anak guna mengetahui respon yang akan kita dapatkan. Apakah mereka senang atau justru merasa tidak nyaman dengan sentuhan yang kita berikan?

Manfaat Berpelukan bagi Orang Tua dan Anak

Pelukan dapat memberikan berbagai manfaat baik dari segi emosional maupun biologis. Berikut beberapa dampak positif yang kita dapatkan dari berpelukan terhadap tubuh.

1. Mengurangi kecemasan dan meredakan stres

Tubuh akan memproduksi hormon endorfin saat berpelukan. Hormon ini dapat mengurangi ketegangan saraf yang nantinya akan membuat anak tidak gampang stress dan cemas.

2. Sebagai tanda keakraban antara anak dan orang tua

Gambar 5 Sumber: www.shutterstock.com.

Pelukan dapat menciptakan kedekatan emosional yang lebih optimal antara orang tua dan anak yang akan memperkuat ikatan antara mereka. Saat memarahi anak ketika ia melanggar aturan di rumah, sebaiknya cobalah untuk memeluknya agar nanti pelukan ini diartikan sebagai kepercayaan Anda kepada mereka dan aturan ini adalah demi kebaikannya.

3. Mengeluarkan hormon bahagia

Tubuh melepaskan hormon dopamin, serotonin, dan oksitosin saat berpelukan, yang dipercaya dapat meningkatkan suasana hati dan membuat orang bahagia. Ketika anak maupun orang tua mendapat kabar baik, hendaklah berpelukan satu sama lain dalam rangka merayakan hal tersebut.

4. Memperbaiki mood

Ada kalanya sehabis orang tua memarahi anaknya, ia menjadi jengkel yang terkadang dapat menyebabkan penumpukan kebencian dalam dirinya. Anda dapat mencegah hal ini dengan memeluk mereka yang nantinya dapat membantu meredakan amarah atau setidaknya memperbaiki mood anak.

5. Mengurangi rasa takut

Tidak ada salahnya kita menawarkan pelukan karena sejatinya hal ini dapat membantu mengurangi rasa terisolasi pada anak yang merasa harga dirinya rendah. Bahasa tubuh yang Anda gunakan saat memeluk si kecil juga dapat memberinya keyakinan bahwa dia berada di tempat yang aman.

6. Waktu tidur menjadi lebih lama

Gambar 6 Sumber: www.shutterstock.com.

Melakukan kontak fisik berupa pelukan selama 10 menit sebelum tidur baik di kala siang maupun malam dapat membantu tidur menjadi lebih nyenyak dan meningkatkan kualitas tidur (Sleep Doctor, 2023).

7. Membuat jantung menjadi lebih sehat

Dikutip dari Health Shots, berpelukan sangat dianjurkan ketika seseorang merasa marah ataupun emosional dimana detak jantung akan meningkat sebagai akibat dari perubahan emosi yang drastis. Berpelukan dapat menurunkan detak jantung ke tingkat yang normal kembali.Ini bisa menjadi salah satu metode bagi anak dan orang tua untuk berdamai saat mereka marah dan mengurangi risiko hipertensi bagi keduanya.

Jika Anda merupakan seorang orang tua yang memiliki waktu senggang pada saat ini, segeralah memeluk buah hati Anda. Katakan bahwa Anda senantiasa mencintai mereka baik ketika sedang bersama di rumah maupun ketika terpisah dengan jarak. Jika tidak bisa memeluk mereka, setidaknya hadirlah ketika mereka membutuhkan kehadiran Anda.

Penulis: Citra Larasati
Mahasiswa Psikologi Universitas Brawijaya

Editor: Ika Ayuni Lestari

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Ikuti berita terbaru di Google News

Referensi:

Zahran, S. K. A. E. K. (2011). Type of parental socialization across cultures a psychoanalysis review. Psychology, 2(05), 526.

Prasetyo, H. (2019). Agar Anak Merasa Dicintai. Penerbit Duta.

Breus, M. (2023). How cuddling affects sleep. Sleep Doctor. Diakses dari https://sleepdoctor.com/sleep-hygiene/cuddling-and-sleep/.

Morrison, I. (2016). Keep calm and cuddle on: social touch as a stress buffer. Adaptive Human Behavior and Physiology, 2, 344-362.

Barry, E. S. (2019). Co-sleeping as a proximal context for infant development: The importance of physical touch. Infant Behavior and Development, 57, 101385.

Mindell, J. A., & Williamson, A. A. (2018). Benefits of a bedtime routine in young children: Sleep, development, and beyond. Sleep medicine reviews, 40, 93-108.

Holt-Lunstad, J., Birmingham, W. A., & Light, K. C. (2008). Influence of a “warm touch” support enhancement intervention among married couples on ambulatory blood pressure, oxytocin, alpha amylase, and cortisol. Psychosomatic medicine, 70(9), 976-985.

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui e-mail: redaksi@mahasiswaindonesia.id
Lalu konfirmasi pengiriman artikel via WA Admin: +62 811-2564-888 (Rahmat Al Kafi)
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI