Ketersediaan Pangan di Indonesia: Belum Makan Kalau Belum Makan Nasi

Pangan
Ilustrasi Pangan.

Apakah kalian pernah mendengar anggapan “belum makan kalau belum makan nasi”? Tentunya sebagai masyarakat Indonesia kita pernah mendengar perkataan tersebut. Dan mungkin saja dari keluarga kita sendiri, pemikiran tersebut menjadi landasan yang mengharuskan kita mengonsumsi nasi sebagai makanan pokok di kehidupan sehari-hari.

Nasi merupakan hasil produksi yang bahan bakunya adalah beras (berasal dari tanaman padi). Nasi merupakan makanan pokok di kehidupan masyarakat Indonesia. Makanan berat apapun yang dimakan jika belum makan nasi maka akan dianggap “belum makan”.

Pemikiran tersebut muncul sejak adanya peraturan dari pemerintah Indonesia, yakni Swasembada Beras. Sebelum kita bahas tentang swasembada beras, yuk kita bahas dulu mengenai Ketahanan Pangan dan Pilar Ketersediaan Pangan.

Bacaan Lainnya

Berdasarkan UU Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan, Ketahanan Pangan diartikan sebagai suatu kondisi di mana kebutuhan pangan terpenuhi bagi negara sampai dengan perseorangan.

Hal tersebut dapat dilihat dari tersedianya pangan yang cukup baik dari segi jumlah maupun mutunya, aman dikonsumsi, beragam, bergizi, merata, serta terjangkau agar masyarakat dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan.

Ketahanan pangan memiliki empat pilar, di antaranya yakni pilar ketersediaan pangan (food availibility), pilar stabilitas pangan (stability), pilar keterjangkauan (access to supplies), dan pilar pemanfaatan pangan (food utilization).

Ketersediaan pangan menjadi bagian dari keempat pilar ketahanan pangan. Ketersediaan Pangan merupakan suatu keadaan di mana pangan dalam negeri dari hasil produksi tersedia dengan baik dan juga tersedianya cadangan pangan nasional, serta impor jika kedua sumber utama tidak mampu memenuhi kebutuhan.

Ketersediaan pangan dapat diartikan bahwa pangan dengan mutu yang baik serta aman dikonsumsi dapat tersedia dengan cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh penduduk. Pangan menjadi kebutuhan yang paling mendasar dan penting bagi masyarakat di suatu negara.

Baca Juga: Inovasi Lokal Siap Atasi Krisis Pangan Akibat Perubahan Iklim

Indonesia, sebagai negara agraris dengan sumber daya alam yang melimpah, seharusnya mampu memenuhi kebutuhan pangan masyarakatnya. Kita semua tahu, bahwa di Indonesia banyak sawah yang ditanam padi, yang nantinya akan di produksi menjadi makanan pokok masyarakat Indonesia. Demi mencapai ketersediaan pangan yang mandiri, Indonesia pernah menjalankan swasembada beras.

Swasembada pangan merupakan kemandirian pangan. Kemandirian pangan yang dimaksud adalah kondisi suatu negara yang menyediakan dan memenuhi kebutuhan pangan sendiri. Dikarenakan Indonesia banyak memproduksi beras, maka swasembada yang digencarkan memakai beras sebagai makanan pokok.

Sekretariat Kabinet RI menyebutkan bahwa Indonesia telah mencapai swasembada beras pada periode 2019-2021. Swasembada beras yang dilakukan pun membuat masyarakat menjadi terbiasa untuk menjadikan nasi dari beras sebagai makanan pokok. Kebiasaan tersebut akhirnya memunculkan anggapan “belum makan kalau belum makan nasi”.

Meskipun sudah mencapai swasembada beras, namun Indonesia belum mencapai hasil produktivitas padi yang optimal. Menurut hasil analisis dari Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian tahun 2008-2021, menunjukan bahwa produktivitas padi idealnya minimal 80 kuintal/ hektar. Sedangkan produktivitas padi rata-rata di Indonesia pada tahun 2021 hanya mencapai 52,26 kuintal/ hektar.

Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), selain belum mencapai hasil produktivitas padi yang optimal, produksi beras di Indonesia pun mengalami fluktuasi yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti berkurangnya lahan pertanian, perubahan iklim yang ekstrem serta kondisi ketersediaan tanah dan perairan yang terganggu.

Pertumbuhan penduduk yang diimbangi dengan meningkatnya angka konsumsi beras menyebabkan ketergantungan terhadap beras sebagai makanan pokok semakin tinggi, sehingga membuat Indonesia perlu untuk mengimpor beras ke negara lain seperti Thailand, Vietnam, Kamboja dan India. Impor beras dilakukan sebagai langkah strategis agar ketersediaan dan stabilitas pangan di Indonesia tetap terjaga.

Baca Juga: Strategi Ketersediaan Pangan untuk Mewujudkan Ketahanan Pangan Nasional

Padahal, pangan lokal di Indonesia sangat melimpah. Sumber karbohidrat yang bisa dihasilkan oleh alam Indonesia tidak hanya padi. Berbagai pangan lokal dengan kandungan karbohidrat yang dapat dengan mudah tumbuh di Indonesia di antaranya:

  1. Jagung: Tanaman lokal ini mengandung serat tinggi yang bersifat laxative (melancarkan pencernaan) sehingga mampu mengatasi sembelit. Mengonsumsi 3 buah jagung setara dengan satu porsi nasi.
  2. Sagu: Sagu merupakan pangan lokal yang kaya akan nutrisi, makanan khas ini berasal dari Indonesia timur. Mengonsumsi 100 gram sagu atau delapan sendok makan tepung sagu, setara dengan satu porsi nasi.
  3. Talas: Talas kaya akan nutrisi, mengandung kalsium yang tinggi, serat, protein dan kandungan lainnya. Mengonsumsi 1/2 potong talas, setara dengan satu porsi nasi.
  4. Singkong: Singkong mengandung sumber serat yang tinggi dan rendah kadar gula, sehingga mampu mengurangi risiko diabetes. Mengonsumsi 1 setengah potong singkong, setara dengan satu porsi nasi.
  5. Kentang: Manfaat dari kentang sangat banyak. Kentang juga tinggi antioksidan dan kaya serat sebagai penangkal radikal bebas. Mengonsumsi 2 buah kentang setara dengan satu porsi nasi.
  6. Pisang: Pisang juga sangat cocok sebagai makanan pokok, terlebih untuk yang ingin melakukan diet. Pisang juga mengandung zat besi yang baik untuk sirkulasi darah. Mengonsumsi 2 buah pisang, setara dengan satu porsi nasi.

Pangan lokal tersebut dapat dijadikan sebagai pengganti beras agar Indonesia tak perlu banyak mengimpor beras. Namun, negara kita masih bergantung terhadap beras sebagai sumber pangan utama. Mindset ini perlu diubah. Karena sudah menjadi kewajiban kita sebagai masyarakat Indonesia untuk dapat memanfaatkan kekayaan pangan lokal dengan baik.

Mengonsumsi pangan lokal akan memberikan banyak manfaat untuk kebutuhan tubuh kita. Selain itu, mengonsumsi pangan lokal dapat mengurangi pengeluaran negara yang dipakai untuk mengimpor beras (yang dijadikan nasi).

Yuk mulai sekarang dari diri kita sendiri, mari membiasakan mengonsumsi pangan lokal lain selain nasi! Karena kenyang ‘gak harus dari makan nasi!

Penulis: Rani Cahyani
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Editor: Ika Ayuni Lestari

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Ikuti berita terbaru di Google News

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui e-mail: redaksi@mahasiswaindonesia.id
Lalu konfirmasi pengiriman artikel via WA Admin: +62 811-2564-888 (Rahmat Al Kafi)
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI