Kisah Hidup Hafizah Cantik dengan Prestasi dan Tujuan Hidupnya

Faridhatusyfa
Faridhatusyfa

Seorang penghafal Al-Qur’an itu nanti akan memberi syafaat kepada keluarganya sebanyak 10 orang, yang bahkan tandingnya 10 orang keluarganya itu dijamin sudah masuk ke neraka tetapi karena ada penghafal Al-Qur’an di keluarganya, 10 orang keluarga itu akan diselamatkan.

Kemudian selain dari memberi syafaat, seorang anak-anak yang menghafalkan Al-Qur’an itu nanti di akhirat akan memakaikan jubah kemuliaan dan mahkota cahaya kepada kedua orangtuanya. Hadis tersebut menjadi dorongan dia untuk bisa menghafalkan Al-Qur’an.

Dia seorang hafizah cantik asal Cikalongkulon dengan berbagai prestasi yang beliau miliki. Namanya Faridhatusyfa, ia tinggal hanya dengan seorang ibu saja, karena ayahnya sudah meninggalkan dia sejak usianya 1,5 tahun, ia lulusan dari SMA Pasundan Cikalongkulon pada tahun 2019.

Bacaan Lainnya

Baca Juga: Kisah Inspiratif dan Menarik Perjalanan Menempuh Pendidikan Seorang Nisa Purwita K.G. Mahasiswa Universitas Suryakancana Cianjur

Semasa SMA dia menjadi langganan juara kelas, aktivis Palang Merah Remaja (PMR), mendapat juara pertama Olimpiade PMR Tingkat WIRA se-Jawa Barat. Dia melanjutkan sekolahnya di Pesantren Tahfidz MaskanulHuffaz.

Perjuangannya menjadi seorang hafizzah sangat luar biasa, mulai dari hafalan 30 juz dan berhasil men-tasmi-kan 18 juz dalam satu kali duduk pada acara tasmi itu masha allah sekali bukan teman-teman.

Ternyata selain menjadi seorang santri ia juga diberi kesempatan untuk mengajar di MaskanulHuffadz Padang dan menjadi kepala cabang MaskanulHuffadz yang ada di Bogor untuk mengatur dan memimpin di cabang tersebut hanya sampai bulan Agustus 2022.

Pada tahun yang sama, yaitu tahun 2022 ia diberi kesempatan lagi untuk menjadi kepala cabang MaskanulHuffadz yang ada di Jambi sampai sekarang. Selama berlajar di Maskanulhuffadz, dia juga diberi kesempatan untuk setoran-setoran Al-Fatihah langsung kepada seorang syaikh, diberi kesempatan mengambil Sanad Matan Tuhfatul Athfal.

Dia menjadi yang sekarang ternyata terinspirasi dari salah satu pengajarnya yaitu ustazah Mila, ia berkata “Yang paling menginspirasi bagi saya adalah salah satu muslifah saya dulu ketika saya jadi santri, saya pernah dibimbing oleh salah satu ustazah yang sangat baik sekali yang sangat sabar. Kemudian kesabarannya itu bukan hanya terletak pada cara beliau menghadapi santri tapi juga kesabarannya itu terletak pada kegigihannya beliau dalam menuntut ilmu jadi meskipun itu capek dari pagi sampai siang bahkan kadang sampai malam itu ada kegiatan tapi beliau itu tetap sabar-sabar sambil terus bersama Al-Qur’an gitu jadi secapek apapun beliau pasti meluangkan waktu bersama Al-Qur’an dan itu yang jadi teladan yang harus saya contoh bahkan mungkin sampai seumur hidup.”

Baca Juga: Kisah Inspiratif Menjadi Seorang Guru Multitalenta

Sebenarnya dia bercita-cita menjadi seorang guru dan peneliti maka dari itu ia sempat mendaftar kuliah di salah satu kampus yang ada di Kota Bandung untuk mengambil Program Studi Kimia Murni, singkat cerita karena tidak lulus dalam pendaftaran SBMPTN akhirnya dia kehilangan semangat belajarnya dan akhirnya memilih untuk mondok di Pesantren Tahfidz Maskanulhuffadz.

Yang menjadikan dia menjadi seorang hafizah selain terinspirasi dari pengajarnya tadi yaitu ustazah Mila, ia ingin memberi cahaya dan jubah kemuliaan kepada orangtuanya kelak di akhirat nanti saat manusia itu asing satu sama lain.

Awalnya dia sempat ragu untuk masuk ke pondok pesantren terlebih dia hanya tinggal bersama ibunya saja. Dan dia sempat ragu juga ketika memikirkan untuk menjadi yang sekarang karena seperti yang kita tahu Al-Qur’an itu benar-benar tebal sekali.

Tetapi ketika dia melihat satu program TV di mana anak-anak kecil yang memiliki kemampuan yang luar biasa dalam hafalan Al-Qur’an, dari sana semangatnya dalam mengejar mimpi kembali sebab terinspirasi setelah menonton program TV tersebut.

“Anak kecil aja bisa, masa saya yang udah besar dan masih punya fisik yang normal alhamdulillah juga lengkap kok nggak bisa,” kata dia.

Penulis: 

Ivy Septiyani (8820121038)
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Suryakancana

Editor: Ika Ayuni Lestari     

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui e-mail: redaksi@mahasiswaindonesia.id
Lalu konfirmasi pengiriman artikel via WA Admin: +62 811-2564-888 (Rahmat Al Kafi)
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI