Konsep Rezeki: Work Hard atau Pray Hard?

pict from Pexels by Michael Burrows.

Sudah sekian bulan kita melewati bersama pandemi ini. Dari fase kegelisahan sekarang berada di fase yang sedang tren yaitu strategi bisnis. Ada yang mulanya membuka usaha wedding organizer sekarang menjadi menjual pot-pot tanaman.  Tadinya menjual skincare kini menjual masker.

Ada yang mulanya di tambang, kini menjual cupang. Jadi memang ada dampak ke segi bisnis. Everybody is fighting and struggling.  Karena memang pada faktanya tidak dipungkiri banyak sekali dari para pekerja yang kehilangan pekerjaan.

Dilansir dari CNBC Indonesia, Sekretaris Kemenko Perekonomian Susiwijono Moegiarso mengatakan sudah sebanyak 3,05 juta orang pekerja di Indonesia yang terdampak (PHK dan dirumahkan) virus corona. Hal ini terjadi semenjak pandemic corona di Indonesia sejak 3 Maret 2020 lalu.

Bacaan Lainnya

Baca Juga: Masalah Ekonomi di Masa Pandemi (Covid-19)

Turut prihatin, sampai-sampai besok mau menikmati makan apa menjadi satu hal yang dirasakan oleh saudara kita dan menjadi sebuah PR sedangkan ada beberapa yang sudah memiliki adik, keluarga, istrinya melahirkan, dan ada yang sedang di rumah sakit.  

Di masa-masa itu sometime’s kita yakin  bahwa rezeki ada di tangan Allah. Hanya tidak semua dari kita berbesar hati untuk menunggu. Karena ini urusan besok sehingga kita harus work hard atau pray hard?  

Hal bagus yang pertama yaitu kita ganti  kata sambungnya dari ‘atau’ menjadi ‘dan’ karena dua-duanya harus kita lakukan. Allah berfirman di akhir QS. Al-Ankabut.

وَالَّذِيْنَ جَاهَدُوْا فِيْنَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَاۗ

“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.”

Dikutip dari kajian Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri LC Hafizhahullah, Barang siapa yang berjuang secara totalitas di jalan Kami niscaya Kami baru kasih hidayah kepada orang tersebut. Hal yang harus dilakukan yaitu berjuang secara totalitas selanjutnya diberi hidayah.

Lalu yang kedua, tidak berhenti di situ saja. Kita harus work smart karena itu penting dan juga freshsmart yang juga penting. Mengapa demikian? Karena ulama atau al-hikmah menyatakan bahwa untuk berhasil di sebuah bidang atau untuk berhasil di sebuah kehidupan kita tidak harus menjadi orang yang paling cerdas atau yang paling keras berusaha tapi kita juga harus tahu ‘cara bermain’ dengan benar. 

Orang-orang yang mengetahui cara bermain dengan benar bisa mendapat pencapaian melebihi orang yang hanya sekedar kerja keras saja. Orang yang tahu jalan menuju Bintaro atau  Tanjung Priuk dia bisa melakukan perjalanan yang sangat efisien dan lebih cepat sampai tujuan dibanding orang yang hanya semangat  dan kerja keras untuk sampai Bintaro dan Tanjung Priuk tapi dia tidak mengerti jalan terbaik untuk sampai kesana. Intinya kita harus tahu cara bermain.

Baca Juga: Kuasa Allah Tiada Tanding, Ampunan Allah Tiada Banding

Salah satunya masalah rezeki yang tadi disebutkan. Salah satu cara bermain yang benar adalah kembali kepada surat Az-Zariyat ayat 22 yaitu:

وَفِى السَّمَاۤءِ رِزْقُكُمْ وَمَا تُوْعَدُوْنَ

“Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezekimu dan apa yang dijanjikan kepadamu.”

Orang-orang yang cerdas mengetahui bahwa rezekinya bukan di perusahaan, bukan di depan bosnya, bukan di direkturnya, bukan di teman-temannya yang kaya, dan juga bukan di network-nya tapi rezekinya ada di atas langit, rezekinya ada di sisi Allah SWT.

Maka Ia tidak akan meremehkan iman dalam masalah mencari rezeki. Tidak akan meremehkan masalah sujud dan masalah rukuk. Ia tidak akan tinggakan Al-Qur’an, tidak akan meninggalkan zikir pagi-petang. Kenapa demikian?

Karena seperti yang dijelaskan dalam Az-Zariyat “Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezekimu dan apa yang dijanjikan kepadamu.” Ia akan cerdas pada saat orang-orang hanya focus pada hal-hal yang tangible (tapi ini juga penting) dalam mencari rezeki.

Contoh lain yang struggling, yaitu banyak peralihan profesi seperti dari skincare menuju masker. Ini merupakan hal positif dan itulah adaptasi. Sebuah pemberian dari Allah SWT kepada kita dan seringkali tidak kita gunakan kecuali dalm kondisi darurat seperti sekarang ini.

Baca Juga: Siapa yang Ingin Sukses?

Yang perlu kita camkan, peralihan profesi dari satu profesi atau dari satu kotak ke kotak lain di dunia itu merupakan hal positif sekali dengan syarat kita cerdas dalam melihat hal itu semua. Sadarkah kita dengan Allah alihkan dari satu kotak ke kotak lain itu membuat kita semakin mengerti hakikat kehidupan dunia yang menjadi koor-nya dunia yaitu kefanaan dunia, kesementaraan dunia dan tidak ada yang eksis sampai selama-lamanya.

Hakikat dunia memang berpindah dari satu kotak ke kotak lain. Dari kotak anak kecil ke kotak anak remaja lalu ke kotak pondok terus dewasa menuju orang tua dan meninggal dunia. Disini, kita sedang dididik dan yang kedua yaitu terjadinya perpindahan kotak dari satu kotak ke kotak lain, Allah buat hati kita tidak terpaut dan terikat dengan sebuah kotak dunia pada saat kita hidup.

Simple saja, apabila ada dua orang yang dinilai off oleh perusahaannya dalam kondisi pandemic. Pertama, dia baru kerja setahun yang lalu dan yang kedua dia sudah kerja selama dua puluh lima tahun. Dan mereka sama-sama ditakdirkan lay off di perusahaan tersebut.

Tibalah hari ini hari perpisahan mereka. Dibuatlah firewell oleh teman-temannya. Kira-kira yang menangis paling emosional siapa? Yaitu yang bekerja sudah 25 tahun, ia mungkin belum bisa move on di H+1.

Sedangkan yang baru bekerja satu tahun, ia merasa kehilangan tapi tetap merasa tenang dan ia di H+1 mungkin sudah langsung mencari pekerjaan yang baru, dan jikalau ia mempunyai ikan cupang ia akan bermain sambil melihat warna cupangnya yang indah.

Adapun yang bekerja 25 tahun walaupun ikan cupangnya lebih bagus daripada yang satu tahun, ikan cupang tidak akan menarik bagi dia. Karena dia begitu terpukul kehilangan pekerjaan yang ia geluti selama 25 tahun.

Baca Juga: Manajemen Keuangan Keluarga Berpenghasilan Tunggal di Masa Pandemi

Kenapa bisa demikian? Karena waktu yang lama di sebuah kotak dunia itu membuat hati kita terikat dengan kotak dunia tersebut. Hati kita terpaut dan tanpa sadar bisa jadi terpenjara, terbelenggu, dan akhirnya kita didikte dengan itu.

Sehingga senang, susah kita, gembira, dan sedih itu tergantung dengan kotak dunia dan itu hal yang sangat berbahaya. Makanya jika kita lihat bagaimana kehidupan para sahabat RA, Allah takdirkan dan Allah buat bagaimana mereka berpindah dari satu kotak ke kotak lain sehingga mereka tidak merasa memiliki.

Mereka tetap bisa independent dalam masalah jiwa dan hati sehingga mereka tetap bisa melihat dunia dengan kacamata yang sangat proporsional. Mereka disuruh berpindah dari Mekkah (tanah air mereka) ke Madinah.

Hal itu berat tetapi itu sangat bagus untuk mereka dalam jangka panjang sehingga hati mereka tidak terlalu sedih. Nabi SAW mengutus sebagian para sahabat keluar dari kota Madinah itu membuat hati mereka hanya bergantung kepada Allah SWT yang memiliki alam semesta.

Sebagus-bagusnya tempat itu adalah dunia dan makhluk. Kita akan sengsara jika hati kita terpaut dengan hal tersebut. Hal  yang sangat positif kalau kita mau ber-husnudzon dengan Allah SWT. Bukan meremehkan, kita semua tahu, kita semua berdampak dan ini tidak lah mudah. Tapi bukankah:

”Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.”

Ada banyak kemudahan dan bersama, مَعَ . Maka tugas kita adalah meminta taufik kepada Allah agar kita bisa melihat dan memetik berbagai macam kemudahan-kemudahan tersebut. Intinya hal itu yang harus dicamkan.

Penulis:

Fahlia Sari Muzakiah

WA : 085794848847
Mahasiswa Fak/Jur Adab dan Humaniora/ Sejarah Peradaban Islam UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Editor: Ika Ayuni Lestari

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui e-mail: redaksi@mahasiswaindonesia.id
Lalu konfirmasi pengiriman artikel via WA Admin: +62 811-2564-888 (Rahmat Al Kafi)
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI