Manfaat Tanaman Lidah Buaya (Aloe vera) untuk Mengatasi Konstipasi

Lidah Buaya
Lidah Buaya (Sumber: Penulis)

Lidah buaya atau Aloe vera L, memiliki sifat yang bisa mengatasi berbagai masalah kesehatan, termasuk gangguan pada sistem pencernaan. Hal ini dikarenakan lidah buaya mengandung aloin (sebagai pencahar) dan asam amino esensial.

Efek pencahar lidah buaya disebabkan oleh kandungan seperti 1,8 dihidroksiantrasen glukosida, aloin A, dan B (barbaloin). Antrakuinon, sebagai metabolit sekunder, berperan sebagai stimulan yang merangsang dan mengiritasi saluran pencernaan, menyebabkan efek pencahar.

Lidah buaya (Aloe Vera Linn.) adalah tumbuhan asli Afrika yang termasuk dalam suku Liliaceae, mampu tumbuh subur didaerah tropis dengan tanah berpasir dan sedikit air, serta memiliki pertumbuhan yang cepat.

Bacaan Lainnya

Kalimantan Barat telah diakui sebagai pusat utama pembudidayaan lidah buaya di Indonesia. Kemungkinan besar, tanaman ini telah ada di Indonesia sejak abad ke-17. Ada lebih dari 350 jenis lidah buaya yang merupakan hasil persilangan.

Pemakaian lidah buaya di bidang farmasi di mulai oleh orang-orang Samaria sekitar tahun 1750 SM. Gambar berwarna lidah buaya tertua dan catatannya dibuat di Turki pada tahun 1552 SM yang masih tersimpan hingga saat ini di Universitas Jerman, Leipzig.

Catatan tersebut berisi bahan baku obat dan kosmetik untuk memperbaiki kulit. Dikenal sebagai “tanaman ajaib”, lidah buaya telah lama dimanfaatkan sebagai obat tradisional oleh berbagai budaya, termasuk Cina, Kongo, dan Amerika, untuk mengatasi luka, kerontokan rambut, tumor, wasir, dan masalah kesehatan lainnya.

Zat-zat seperti aloin, emodin, resin gum, dan minyak atsiri yang terdapat dalam lidah buaya memberikan banyak manfaat bagi kesehatan manusia.

Lidah buaya merupakan tanaman rendah dengan bunga merah dan perakaran dangkal. Tanaman lidah buaya merupakan tanaman serofit tahunan yang efisien dalam penggunaan air, mampu bertahan dengan sedikit air untuk pertumbuhannya, sehingga dapat tumbuh di daerah basah maupun kering dengan daya adaptasi yang tinggi.

Ciri fisik tanaman ini terlihat pada daunnya yang tebal, panjang, memperkecil ke bagian ujungnya, berwarna hijau, dan memiliki lendir sekitar 98,5% air, sementara sisanya 1,5% mengandung senyawa vitamin, mineral, enzim, polisakarida, senyawa polipakarida, dan asam organik yang larut dalam air dan lemak.

Senyawa bioaktif yang ditemukan dalam lidah buaya, seperti aloin atau barbaloin, antranol, cinnamid acid, aloetic acid, dan emodin memiliki peran penting dalam kegunaan komersial dan kesehatan tanaman ini. Aloin, yang juga dikenal sebagai barbaloin seringkali terkonsentrasi di lapisan kuning antara kulit dan daging daun lidah buaya, serta dapat ditemukan dalam jumlah yang kecil di dagingnya. 

Baca juga: Lidah Buaya (Aloe vera): Solusi Praktis untuk Penyembuhan Luka Bakar dan Merawat Kulit

Cairan berwarna kuning yang mengandung aloin berasal dari lateks yang terdapat di bagian luar kuloit lidah buaya, cairan ini sering dimanfaatkan sebagai obat pencahar. Sekitar 30% dari total kandungan di dalamnya terdiri dari dua jenis aloin yaitu, aloin barbaloin dan aloin isobarbaloin.

Konstipasi atau sembelit adalah kondisi ketika feses mengeras dan sulit dikeluarkan, sering menimbulkan ketidaknyamanan pada rektum. Meskipun dianggap sepele, konstipasi bisa berujung pada kondisi serius seperti kanker usus besar dan bahkan kematian.

Konstipasi terjadi ketika seseorang mengalami kesulitan buang air besar karena gangguan pada pencernaan, ditandai dengan frekuensi defekasi kurang dari tiga kali dalam seminggu, tinja keras, dan rasa nyeri saat mengedan, sering diabaikan oleh masyarakat karena dianggap akibat pola makan yang kurang serat dan air.

Prevalensi konstipasi pada remaja di Indonesia diperkirakan mencapai 24% lebih tinggi dibandingkan usia dewasa. Remaja sering mengalami konstipasi karena pola makan yang tidak seimbang.

Penatalaksanaan konstipasi melibatkan pola makan yang baik, termasuk frekuensi, jenis, dan porsi makan yang sesuai. Secara epidemiologi, konsumsi serat berkaitan dengan resiko konstipasi, dimana kurangnya konsumsi serat meningkatkan risiko konstipasi hingga 4,15 kali lipat dibandingkan dengan cukup serat.

Serat makanan adalah komponen tanaman yang tidak dicerna oleh enzim pencernaan dan tahan terhadap asam lambung. Serat makanan dapat membantu mengatasi konstipasi melalui beberapa mekanisme.

Serat makanan memiliki kemampuan untuk menahan air, sehingga meningkatkan hidrasi feses. Konsistensi feses sangat terkait dengan kandungan airnya, sehingga variasi dalam kandungan air dapat mempengaruhi konsistensi feses.

Feses normal memiliki sekitar 74% air, sementara feses yang keras memiliki kurang dari 72% dan feses yang lunak setidaknya 76%. Bahkan perbedaan kandungan air sebesar 2% dapat signifikan dalam membentuk feses.

Pada orang normal, peristaltis usus berlangsung selama 24-28 jam, tetapi pada pasien konstipasi, peristaltik usus melambat sehingga mereka mengalami kurang dari 3 kali buang air besar dalam seminggu.

Daun lidah buaya bisa diolah menjadi beragam produk siap pakai seperti sari lidah buaya, selai, minuman berkarbonat, teh, pasta, jus, tepung (aloe powder), gel, dan konsentrat.

Kandungan menfaat dan khasiat dalam lidah buaya menjadikannya salah satu komoditas pertanian unggulan dengan potensi ekspor tinggi, mendorong perlunya pengkajian dan pengembangan lebih lanjut untuk menciptakan produk bernilai tambah.

Bagaimana sih cara pengolahan sari lidah buaya?

Adapun formula untuk membuat minuman sari lidah buaya sebagai berikut :

  1. Asam sitrat 0,3%
  2. Natrium Benzoat 0,02%
  3. Kalium sorbat 0,1%
  4. Zat penstabil 0,1%
  5. Gula 20%
  6. Madu qs
  7. Flavour qs
  8. Air deionisasi ad 100

Langkah pertama adalah memanaskan air pada suhu 85°C selama 30 menit untuk memastikan kebersihan minuman. Kemudian, air didinginkan hingga mencapai suhu 40°C dan dicampur dengan 100 gram daging lidah buaya yang telah dipotong kecil.

Selanjutnya, campuran tersebut dimasukkan ke dalam blender untuk menghasilkan gel berwarna cairan jernih kehijauan. Gel tersebut kemudian disaring menggunakan saringan atau kain saring untuk mendapatkan cairan yang lebih jernih dan memisahkan kotoran.

Hasil penyaringan ini adalah fitrat atau jus lidah buaya yang berwarna jernih kehijauan. Fitrat ini kemudian diberi tambahan bahan seperti gula, natrium benzoat, kalium sorbat, asam sitrat, zat penstabil, madu, dan flavor, dengan cara diaduk hingga homogen.

Setelah itu, minuman sari lidah buaya dimasukkan ke dalam gelas plastik berkapasitas 200 ml menggunakan sistem hot filling, dengan suhu produk sekitar 80°-90°C. Produk tersebut kemudian dipasteurisasi pada suhu 70°C selama 15 menit untuk kemasan yang aman. Minuman sari lidah buaya siap dikonsumsi dan disimpan.

Lidah buaya telah lama digunakan dalam pengobatan tradisional untuk berbagai kondisi, termasuk konstipasi. Ini disebabkan oleh sifat pencahar alami yang dimilikinya.

Lidah buaya mengandung senyawa-senyawa aktif seperti aloin dan emodin yang dapat merangsang gerakan usus dan meningkatkan pencernaan, sehingga dapat membantu mengatasi konstipasi.

Namun, penting untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum menggunakan lidah buaya atau produk berbasis lidah buaya sebagai obat, terutama jika anda memiliki kondisi medis atau sedang mengkonsumsi obat-obatan lain.

 

Penulis: Reza April Silvia
Mahasiswa S1 Farmasi, Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Padang

Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi  

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui e-mail: redaksi@mahasiswaindonesia.id
Lalu konfirmasi pengiriman artikel via WA Admin: +62 811-2564-888 (Rahmat Al Kafi)
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI