Membandingkan Kondisi Wisata Halal di Arab Saudi, Turki, Indonesia, dan Malaysia saat Pandemi Covid-19

wisata halal arab saudi

Pandemi Covid-19 sudah berlangsung sejak tahun 2019 yang melumpuhkan dunia dan memberikan dampak yang sangat besar bagi jalannya roda kehidupan. Hampir semua sektor kehidupan terdampak dengan adanya pandemi ini seperti sektor kesehatan, pendidikan, perekonomian, keagamaan, dan masih banyak sektor lainnya. Bahkan sektor ekonomi mengalami resesi global yang menimpa hampir seluruh negara.

Salah satu subsektor perekonomian yang paling terdampak adalah pariwisata terutama pariwisata halal. Adanya pembatasan kegiatan sosial membuat pariwisata halal di dunia mengalami kelumpuhan total, hampir semua destinasi wisata halal di dunia seperti mati suri. Banyak destinasi wisata halal yang mengalami kerugian yang mengakibatkan penutupan baik secara permanen atau dalam jangka waktu tertentu. Dampak pandemi covid-19 terhadap industri pariwisata cukup signifikan.

Secara global UNWTO memperhitungkan pada tahun 2020 aktivitas pariwisata dunia menurun 20% sampai 30% relatif dibandingkan tahun 2019 (Gössling, Scott & Hall, 2020). Perubahan terhadap tahun sebelumnya (real change) pada tahun 2020 bahkan merupakan yang terparah dalam dua dekade terakhir (Chebli, 2020).

Bacaan Lainnya

Baca juga: Perkembangan Wisata Halal di Indonesia

Kerugian yang dialami destinasi wisata halal juga menjalar ke berbagai layanan pendukung lainnya seperti hotel, restaurant, travel, pedagang souvenir, dan transportasi yang menutup permanen atau sementara kegiatan perekonomiaanya. Berikut kondisi wisata halal di Arab Saudi, Turki, Indonesia, dan Malaysia:

1. Arab Saudi

Arab Saudi merupakan negara yang memiliki aktivitas layanan internasional terbesar untuk umat Islam yaitu ibadah Haji dan ibadah Umroh. Menurut pemerintah Kerajaan Arab Saudi jumlah Jemaah Haji pada tahun 2021 hanya dibatasi sebanyak 60.000. Hal tersebut berbanding jauh dengan data tahun 2019 ketika pandemi covid 19 belum ada, tercatat ada 2,5 juta kapasitas Ibadah Haji yang disediakan Pemerintah Kerajaan Arab Saudi.

Menurut Quartz pendapatan berupa devisa dari sektor wisata religi Arab Saudi pada 2018 mencapai lebih dari 50% dari total devisa dari sektor pariwisata secara keseluruhan, nilai pendapatannya mencapai US$ 12 miliar.

Sebesar US$ 6 miliar sendiri disumbang dari pendapatan ibadah haji yang hanya berlangsung satu tahun sekali. Artinya ada US$ 6 miliar yang disumbang oleh pendapatan devisa dari ibadah umrah. Namun dengan adanya pandemi covid 19 maka diperkirakan Arab Saudi berpotensi kehilangan devisa dari sektor ini sekitar US$ 281,2 juta per bulannya atau setara dengan Rp 3,94 triliun

2. Turki

Dilansir dari Aljazeera, Reem el-Shafaki, peneliti senior dari Dinar Standard, menyebutkan Turki adalah tujuan wisata alam bari wisatawan muslim. Sebagai negara berpenduduk mayoritas muslim, Turki sudah lama menawarkan fasilitas wisata berbasis syariah. Mulai dari hotel lengkap dengan fasilitas ibadah hingga hiburan dan makanan dan minuman halal. Selain itu, destinasi wisata alam nya pun menjadi daya Tarik tersendiri bagi para pelancong.

Pandemi covid-19 yang melanda dunia sejak 2019 tidak membuat wisata halal di Turki mengalami penurunan pengunjung bahkan sebaliknya. Dilansir dari IQNA, Sekretaris Jenderal Asosiasi Internasional Pariwisata Halal di Turki, Amrullah Ahmet Turhan, menekankan bahwa perhatian terhadap wisata halal telah meningkat secara signifikan selama era Corona.

Salah satu buktinya dengan persentase pemesanan hotel dengan rivate villa sudah mencapai 100%, sedangkan sebelum Corona jumlah ini hanya mencapai angka 90 hingga 95.

Hal tersebut dikarenakan wisata halal di Turki menerapkan aturan Kesehatan yang ketat dimulai diterapkan dari bandara kemudian protokol Kesehatan ketat ketika sudah di tempat wisata dan sertifikat pariwisata yang dimiliki setiap hotel yang memenuhi standar Kesehatan.

Selain itu, Turhan melanjutkan, tingkat perhatian yang tinggi terhadap wisata halal juga menarik perhatian para investor, dan sebagai hasilnya telah terjadi peningkatan tingkat investasi.

Pemerintah menjadi kunci sukses wisata halal di Turki tidak mengalami kemerosotan saat pandemi. Hal ini karena dukungan pemerintah Turki terhadap pariwisata dengan penerapan standar kesehatannya yang dinilai meminimalisir dampak dari pandemi Covid-19.

Baca juga: Destinasi Pariwisata Halal Sebagai Tonggak Pertumbuhan Ekonomi Daerah

3. Indonesia

Sebagai negara dengan jumlah penduduk muslim terbanyak di dunia, Indonesia berpotensi menjadi destinasi pariwisata halal terbesar di dunia. Hal ini telah dibuktikan melalui pemeringkatan yang dilakukan oleh Global Muslim Travel Index pada tahun 2021 bahwa Indonesia menempati peringkat 4 dunia.

Indeks Wisata Halal Indonesia tahun 2018-2019 menempatkan NTB peringkat 1 wisata halal di Indonesia. Hal itu karena wisata halal telah dibangun dengan terencana oleh pemerintah daerah.

Terbitnya peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 2 Tahun 2016 tentang pariwisata halal, pemerintah daerah bersama masayarakat dan pelaku pariwisata membangun pariwisata halal secara serius.

Selain itu, pada tahun 2019 NTB mendapatkan penghargaan The World’s Best Halal Award, dengan memenangkan tiga penghargaan sekaligus yaitu: World Best Halal Beach Resort, World’s Best Halal Honeymoon Destination, dan World’s Best Halal Travel Website.

Namun dengan adanya pandemi Covid 19 kondisi wisata halal Indonesia mengalami kemorosotan. Beberapa program pemerintah mengenai wisata halal gagal total seperti kebijakan bebas visa 169 negara dan program promosi.

Menurut Asisten Staf Khusus Wakil Presiden, Guntur Subagja, jumlah wisatawan Muslim yang datang ke Indonesia baru sekitar tiga juta orang atau sekitar 20% dari seluruh wisatawan pada tahun 2020. Data juga menunjukkan bahwa jumlah wisatawan yang datang ke Indonesia turun sebesar 73,6% (Badan Pusat Statistik, 2021).

Kondisi yang mengkhawatirkan ini tentu membuat Pemerintah Indonesia dan segenap para pelaku usaha di bidang pariwisata halal ini berusaha mencari solusi atas masalah ini.

Menurut Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan, menjelaskan angka kerugian yang ditanggung oleh sektor pariwisata akibat wabah virus corona mencapai US$ 500 juta atau hampir 7 triliun rupiah per bulan.

Baca juga: Wisata Halal Indonesia Menjadi Tren Saat ini

4. Malaysia

Pariwisata adalah sektor penyumbang pendapatan terbesar kedua di Malaysia. Malaysia merencanakan “The Halal Master Plan” dengan target selama 13 tahun yang mencakup tiga fase. Fase Pertama pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 di mana Malaysia melakukan pengembangan sebagai pusat dunia dalam hal integritas halal dan menyiapkan pertumbuhan industri. Fase kedua, tahun 2011 sampai dengan 2015, menjadikan Malaysia sebagai salah satu lokasi yang disukai untuk bisnis halal, dan fase ketiga pada tahun 2016 sampai dengan tahun 2020 Malaysia memperluas jejak geografis perusahaan halal yang tumbuh di dalam negeri.

Namun hal itu terkendala akibat adanya pandemi Covid-19, sekor pariwisata halal mengalami kerugian yang sangat tajam. Menteri Pariwisata, Kesenian dan Kebudayaan Malaysia Datuk Seri Nancy Shukri mengungkapkan kerugian luar biasa yang dialami sektor pariwisata Malyasia.

Hal tersebut sebagai akibat perbatasan selama pandemi Covid-19, Nancy mengatakan, jika dikalkulasi kerugiannya mencapai 45 miliar ringgit tahun ini. Ia merinci, kerugian 31 miliar ringgit dari segmen pariwisata internasional. Sedangkan sisa kerugiannya dari segmen pariwisata domestik.

Baca juga: Potensi Besar Global Halal Market

Melihat data dan fakta-fakta di atas menunjukan bahwa kondisi wisata halal di Arab Saudi, Indonesia, dan Malaysia mengalami kemerosotan akibat pandemic covid 19, hanya Turki yang berhasil menjaga kestabilan wisata halal nya.

Namun dampak dari pandemi di sektor ini harus cepat diselesaikan karena wisata halal menjadi salah satu subsektor ekonomi yang sangat penting perannya bagi roda kehidupan. Seluruh aspek harus saling bekerja sama mengatasi permasalahan ini, khususnya pemerintah yang harus membuat kebijakan yang mampu menjadi jalan keluar dari permasalahan ini.

Muhammad Azriel Wadha Naufaldi
Mahasiswa Ekonomi Syariah IPB University

Editor: Rahmat Al Kafi

Referensi:
https://www.cnbcindonesia.com/news/20210612185042-4-252653/terbatas-60000-jemaah-kuota-haji-2021-cuma-buat-warga-saudi
https://birokratmenulis.org/wisata-halal-bagian-2-peluang-indonesia-dan-tantangan-pandemi/
https://www.cnbcindonesia.com/news/20200228164820-4-141268/corona-buat-umroh-dilarang-ekonomi-saudi-dalam-bahaya
https://muslimtravelnews.com/index.php/2021/06/30/pariwisata-halal-turki-justru-meningkat-selama-pandemi/
https://sef.feb.ugm.ac.id/halal-food-peluang-ekonomi-bagi-indonesia/

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui e-mail: redaksi@mahasiswaindonesia.id
Lalu konfirmasi pengiriman artikel via WA Admin: +62 811-2564-888 (Rahmat Al Kafi)
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI