Meningkatkan Keterampilan Literasi Membaca Anak SD Negeri 043952 Sukaramai Kabupaten Karo dengan Media Buku Cerita Dongeng

Keterampilan Literasi Membaca Anak SD Negeri 043952
Kegiatan Mahasiswa bersama Anak SD Negeri 043952 (Sumber: Dokumentasi Penulis)

Membaca adalah jendela dunia. Dengan membaca kita dapat mengetahui semua ilmu yang kita dapat pada buku yang telah kita baca. Pada dasarnya membaca dapat mengubah seseorang dari yang tidak tahu menjadi tahu, maka jika kita memperbanyak dalam membaca kita dapat mengetahui semua yang ada didunia ini tanpa pergi ketempatnya.

Membaca merupakan mengungkapkan suatu imajinasi terhadap suatu pembaca yang disukai khalayak ramai dan juga dimengerti oleh seseorang. Membaca dapat juga diartikan sebagai proses menerima informasi melalui sebuah tulisan yang umum.

Berkaitan dengan membaca sangat erat kaitannya dengan literasi. Membaca merupakan cara untuk mendapatkan ilmu untuk setiap seseorang yang tekun dalam menjalankannya.

Bacaan Lainnya

Salah satu keterampilan berbahasa yaitu membaca, keterampilan membaca adalah keterampilan dasar bagi peserta didik, yang harus mereka kuasai terdapat mengikuti seluruh kegiatan dalam proses pendidikan dan pembelajaran.

Kemampuan membaca akan sangat berpengaruh pada keberhasilan peserta didik dalam proses belajar mengajar disekolah. Begitu besarnya kemanfaatan membaca, maka masalah membaca oleh pemerintah kita harus mendapat perhatian serius.

Target yang ingin dicapai dari program ini adalah anak-anak dapat meningkatkan kemampuan literasi membaca dengan media buku dongeng. Membaca buku yang menarik bagi anak dapat membuat minat anak terhadap buku dan membaca akan meningkat. Apalagi jika buku yang mereka baca dilengkapi dengan gambar berwarna yang menarik perhatian anak usia sekolah dasar.

Pelaksanaan program pengabdian ini dilakukan melalui tahapan sebagai berikut; Pertama anak-anak akan diberikan buku bacaan berupa cerita dongeng dari berbagai suku bangsa yang ada di Indonesia. Kedua, setelah anak-anak membaca sebagian atau seluruh cerita, anak kemudian diminta menceritakan kembali hasil bacaan mereka dengan bahasa mereka sendiri.

Dengan adanya kegiatan ini menjadikan anak- anak dapat berkreativitas dengan baik dan menambah minat mereka terhadap bahan bacaan lainnya.

Literasi merupakan hal yang merujuk pada kemampuan dan keterampilan seseorang dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung, juga memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, literasi tidak dapat dilepaskan dari kemampuan seseorang dalam berbahasa.

Literasi menjadi sangat penting hal ini sesuai dengan amanat pendidikan di indonesia bahwa pendidikan saat ini terutama di tingkat SD dalam pembelajaran diarahkan pada penguatan literasi. Literasi merupakan sebuah konsep yang memiliki makna kompleks, dinamis, yang terus ditafsirkan dan didefenisikan dengan beragam cara dan sudut pandang (Rumaf, 2019).

Program ini dilaksanakan di SD Negeri 043952 Sukaramai, Kabupaten Karo yang merupakan salah satu sekolah tempat praktek asistensi mengajar bagi beberapa mahasiswa Prodi PGSD  Universitas Quality tahun 2024.

Faktor-faktor yang mempengaruhi literasi membaca siswa, diantaranya siswa kecanduan gadget, kurangnya minat dan motivasi siswa dalam membaca, kemudian fasilitas sekolah kurang memadai. Selain itu, bahan bacaan juga mempengaruhi dalam literasi membaca karena jika bahan ajar yang diberikan terlalu sulit siswa menjadi enggan untuk membaca tetapi jika bahan bacaannya menarik maka siswa akan memiliki minat dalam membacanya.

Media dalam pembelajaran membaca juga belum dimanfaatkan oleh guru. Kurangnya pemanfaatan media pembelajaran juga dapat penyebab siswa enggan malas untuk belajar karena pembelajaran dikelas membosankan.

Dengan membaca generasi era milenium akan memperoleh pengetahuan praktis yang berguna dalam kehidupan sehari-hari, dengan membaca akan ix menghindari diri dari kebodohan. Dengan membaca generasi muda dapat mengetahui peristiwa-peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar maupun di seluruh dunia yang mungkin berhubungan ilmu pengetahuan, sehingga dapat menerapkan dengan kehidupan nyata.

Konsep literasi ini seringkali dimaknai salah kaprah oleh sebagian besar masyarakat di Indonesia, bahwa aktivitas literasi orang tua bersama anak tidak menjadi faktor kemampuan literasi anak. Hal ini terjadi karena aktivitas literasi yang dilakukan di Indonesia lebih berfokus pada melek huruf, lebih banyak mengajar teks melalui menghafal huruf dan mengeja kata.

Cara ini terlalu tekstual dengan pendekatan kognitif yang menuntut konsentrasi sehingga kurang menyenangkan untuk anak. Hal ini berbeda dengan aktivitas literasi yang dilakukan di negara maju seperti Amerika, Inggris, dan Australia yang lebih konteks-tual dan aplikatif dalam kegiatan sehari-hari yang natural seperti membaca buku cerita (dongeng) dan bermain literasi yang membuat anak tertarik dan termotivasi (Ruhaena, 2015:2).

Pengenalan literasi sejak dini bagi anak sangatlah penting dalam kehidupan mereka kelak. Orang tua, guru, serta masyarakat sudah semestinya mencari format baru mengenalkan literasi yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan tahapan perkembangan anak. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk menstimulasi literasi dini adalah melalui media buku cerita dongeng.

Literasi semakin berkembang dengan kerangka kerja dan definisi baru untuk menyikapi era digital. Literasi pada era digital ini didefinisikan tidak hanya sebagai kemampuan membaca dan menulis saja.

Lebih lanjut, literasi didefinisikan sebagai proses membantu anak untuk berkomunikasi dengan orang lain dan memahami lingkungan sekitarnya. Hal tersebut mencakup kemampuan bahasa lisan dan tulisan beserta sistem tanda lainnya, seperti matematika, seni, suara, gambar, huruf Braille, bahasa isyarat, dan musik.

Literasi juga mengakui teknologi informasi yang relevan untuk anak-anak, termasuk berbasis layar seperti permainan elektronik, komputer, internet,dan televisi (NCCA, 2012). Hal tersebut dikuatkan dengan definisi komprehensif yang bermunculan.

OECD melalui PIIAC (2013) mendefinisikan literasi sebagai kapasitas tertentu dan bentuk perilaku kemampuan untuk memahami dan menerapkan informasi tertulis dalam aktivitas keseharian, di rumah, tempat kerja, dan komunitasnya-untuk mencapai suatu tujuan, dan untuk mengembangkan suatu potensi dan pengetahuan

Aktivitas bercerita dengan buku bergambar seperti buku dongeng dapat memudahkan anak mengasah kemampuan literasi ereka sejak dini. Buku dongeng pada anak yang baik adalah buku yang memuat cerita dengan gambar-gambar yang sesuai realita di lingkungan sekitar.

Buku dongeng dapat memicu anak untuk mendalami emosi karakter, memprediksi kejadian berikutnya. Gambar pada buku cerita merupakan pemikat utama karena anak-anak tertarik pada hal visual.

Lebih lanjut, White (2005) menyatakan bahwa pencerita harus memahami setting cerita dan fokus pada gambar. Anak juga harus digali respon atas cerita tersebut, termasuk tokoh-tokoh yang ada dalam cerita

Barton (2013) mengungkapkan adanya kaitan antara bercerita, dengan kemampuan berbahasa anak. Barton meneliti 27 anak usia 3 sampai 5 tahun yang terbagi menjadi 2 kelas, yaitu kelas bercerita dengan alat peraga dan kelas bercerita tanpa alat peraga.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa anak yang mendapatkan cerita dengan alat peraga mampu bermain peran lebih unggul dibandingkan dengan yang tanpa disertai alat peraga. Keunggulan tersebut tampak pada penggunaan bahasa yang lebih rinci dan kompleks ketika memainkan perannya.

Penelitian tersebut memicu tim dosen dan mahasiswa dalam kegiatan pengabdian pada masyarakat untuk menggunakan media buku cerita dongeng untuk menstimulasi keterampilan literasi membaca anak di tingkat sekolah dasar.

Target luaran dalam pengabdian ini adalah pembentukan Kelompok Cinta Baca Tulis dan Hitung (Kelompok Calistung) dan pelatihan tutor sebaya, dan publikasi hasil penelitian kepada masyarakat.

1. Waktu dan Tempat

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini pendampingannya akan dilaksanakan selama 1 bulan dari minggu ke-2 bulan Mei 2024 sampai minggu ke-2 bulan Juni

2024 dengan beberapa pertemuan. Lokasi pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat ini dipusatkan di SD Negeri 043952 Sukaramai, Kabupaten Karo.

2. Sasaran Kegiatan

Masyarakat sasaran dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah anak- anak usia sekolah dasar (SD) yang ada di SD Negeri 043952 Sukaramai, Kabupaten  Karo dengan jumlah anak sebanyak 20 orang.

3. Metode Kegiatan

Metode yang digunakan dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah berupa kegiatan membaca buku dongeng dan menceritakan kembali hasil bacaan anak kepada teman, guru, tim dosen dan mahasiswa yang melakukan kegiatan pengabdian masyarakat.

Baca juga: Malas Baca: Parahnya Literasi Indonesia

Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan permasalahan di atas, maka program kerja di sekolah mitra dilakukan dengan mengadakan kelas literasi setiap hari Jumat dan Sabtu dengan pengadaan buku dongeng dari perpustakaan sekolah serta buku tambahan dari tim pengabdian.

Menyadari arti penting dalam pembentukan budaya literasi, seharusnya kesadaran budaya literasi merambah ke dalam setiap siswa sebagai generasi masyarakat dan bangsa. Membaca dan menulis secara teratur: Anak-anak dan remaja harus didorong untuk membaca dan menulis secara teratur untuk meningkatkan kemampuan literasi mereka. Mereka dapat membaca buku, majalah, surat kabar, atau konten online yang sesuai dengan minat mereka.

Literasi membaca dongeng disenangi oleh siswa karena terdapat buku bacaan dengan gambar yang meanrik dan mudah dipahami. Pelaksanaan literasi dilaukan pada waktu sbeelum pembelajaran dimulai dengan waktu 15 menit. Situasi menyenangkan literasi membaca dongeng di SD Negeri 043952 Sukaramai, Kabupaten  Karo dapat dilihat pada gambar berikut:

Literasi Kelompok Membaca (Sumber: Dokumentasi Penulis)

 

Literasi dilaksanakan dalam waktu dua bulan dengan buku yang berganti setiap hari dan menambah motivasi siswa dalam memelajari pelajaran lainnya. Pembelajaran dimulai dengan meningkatkan motivasi belajar siswa, maka pelajaran pada hari terseut juga akan dapat diserap dengan baik.

Gambaran Iptek

Melalui pendidikan formal dan informal, angka melek aksara terus meningkat. Pada tahun 2002 angka melek aksara masyarakat Indonesia mencapai 89,51%. Guna meningkatkan angka melek aksara, maka pada tahun 2006 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 5 tahun 2006 tentang Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 tahun dan Pemberantasan Buta Aksara.

Pemberantasan buta aksara dalam skala Nasional mengalami perubahan pesat. Pada akhir tahun 2008, jumlah penduduk buta aksara usia 15 tahun ke atas tinggal 9.763.256 atau 5.97%.

Dalam dunia pendidikan, literasi menjadi sarana bagi siswa dalam mengenal, memahami, dan menerapkan ilmu yang didapatkannya di bangku sekolah. Pentingnya literasi bagi siswa membuat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengembangkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS).

GLS dari tim pengabdian dialnjutkan dengan membentuk Kelompok Calistung atau membuat kelompok membaca tulis dan hitung dengan mengerahakn pemeblajaran tutor sebaya. Siswa diajak membaca sebelum memulia pembelajaran, setiap siswa dapat membaca satu buku atau lebih dengan waktu 15 menit setiap hari dan bagi siswa yang belum lancar membaca dapat dibantu dengan teman kelas yang disebut dengan tutor sebaya.

Pembiasaan membaca buku ini dianggap dapat menumbuhkan minat baca serta meningkatkan keterampilan membaca agar pengetahuan dapat dikuasai secara lebih baik.

Simpulan

Pendidikan literasi di dunia modern ini sangat penting. Literasi memungkinkan orang untuk memahami, menganalisis, dan menggunakan informasi secara efektif, yang merupakan keterampilan kunci untuk sukses di dunia yang semakin kompleks dan berubah cepat.

Membaca merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa (membaca, menyimak, menulis dan berbicara) yang penting untuk dipelajari siswa di sekolah. Bagi siswa, membaca merupakan suatu keterampilan berbahasa yang harus dan wajib hukumnya untuk dikuasai.

Melalui pembacaan melalui literasi, siswa dan guru dapat mengembangkan diri  misalnya dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menceritakan kembali informasi yang telah didapat dari buku bacaan serta menimbulkan keberanian bagi siswa untuk memberikan pendapat terhadap hal yang diceritakan.

Bagi guru dapat memberikan akses pada sumber daya literasi: Memberikan akses pada sumber daya literasi seperti buku-buku di perpustakaan, media elektronik dan internet akan membantu meningkatkan literasi di kalangan anak-anak dan remaja, mengunjungi perpustakaan dan meminjam buku serta akses pada bahan-bahan literasi di internet, dapat membantu meningkatkan kemampuan membaca dan menulis.

Tanpa keterampilan literasi yang memadai, individu mungkin kesulitan dalam mencari pekerjaan, memanfaatkan peluang pendidikan, memahami masalah global, dan mengambil keputusan yang bijaksana dalam kehidupan sehari-hari.

Oleh karena itu, penting bagi pemerintah, lembaga pendidikan, keluarga, dan masyarakat untuk berinvestasi dalam pendidikan literasi dan memastikan bahwa anak-anak dan remaja memperoleh keterampilan yang diperlukan untuk sukses di masa depan.

 

Penulis:

  1. Restio Sidebang, S.Pd., M.Pd
  2. Karmila Br Karo, S.Sos., M.Si
  3. Bijak Ginting, S.Sn., M.Hum
  4. Randi Saputra Sinulaki,
  5. Rut Adelina Br Bangun,
  6. Andes Friana Purba,
  7. Jose Armando Tarigan

Mahasiswa Prodi PGSD, Universitas Quality

Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

 

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui e-mail: redaksi@mahasiswaindonesia.id
Lalu konfirmasi pengiriman artikel via WA Admin: +62 811-2564-888 (Rahmat Al Kafi)
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI