Mental Remaja Bukanlah sebagai Ajang untuk Adu Nasib

Mental Remaja
Mental Remaja (Sumber: Penulis)

Di dunia tipu-tipu ini  kerap kali kita mendengar pembahasan dengan topik “Adu Nasib”. Pepatah mengatakan “Lu masih mending, lah gua”.

Ibarat pepatah yang terukir di alam bawah sadar, entah itu prestasi atau  penderitaan, seolah menegaskan bahwa nasib buruk itu ibarat sebuah kompetisi yang menentukan keberhasilan dan kemajuan kelas dalam kehidupan sosial, tidak peduli bagaimana nasib seseorang, yang terpenting nasib dialah yang paling sengsara di alam semesta.

Fenomena “Adu Nasib” atau istilah psikologis untuk Social Comparison. Ini berarti membandingkan satu orang dengan orang lain atau kelompok dengan kelompok lain (terutama sekelompok pertemanan remaja).

Bacaan Lainnya

Di antara mereka, siapa yang paling teraniaya? Dengan kata lain, alih-alih berkonsentrasi pada masalah yang sedang diperdebatkan-masalah Anda. Orang-orang seperti itu malah berfokus pada diri mereka sendiri.

Terlepas dari kenyataan bahwa beberapa orang yang curhat hanya ingin didengarkan karena mereka tidak tahan dengan sendirian, atau mereka mungkin ingin mendapatkan solusi dari teman-temannya.

Karena curhat tentang masalah kita dengan orang-orang yang kita sayangi atau keluarga biasanya akan membuat kita merasa lebih baik karena kita dapat mencurahkan masalah kita. Tetapi ternyata responnya adalah, “Lu masih mending, lah gua”.

Sebagai salah satu contoh, disaat saya sedang curhat dengan teman tentang kehidupan saya. Alih-alih mendapati comfort words dari mereka, namun tak disangka-sangka mereka malah mengatakan “ah lu mah masih mending, gua lebih parah dari lu bro” sebagai tanggapan atas cerita saya.

Kemudian, jika kalian berada diposisi saya lalu menceritakan masalah kalian kepada teman-teman kalian, dan kemudian kalian mendapat respon seperti itu? Apakah kalian biasa saja atau sedikit geram atau kesal? Jika itu yang terjadi, alih-alih mendapatkan perasaan plong atau tenang malah jadi emosi.

Seorang psikolog bernama dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa menyatakan bahwa salah satu alasan utama kebiasaan membanding-bandingkan diri adalah keinginan untuk mendapatkan validasi. Mereka ingin memastikan bahwa kondisi mereka saat ini lebih baik dibandingkan yang lain.

Maka, mereka terus mencari sosok pembanding karena mereka selalu akan mencari validasi atas kemampuan mereka dan tidak pernah puas dengan apa yang mereka capai selama ini. Hal ini sering menyebabkan rasa rendah diri atau iri hati.

Padahal, dengan otak kita yang telah mengalami revolusi sejak zaman dahulu, ungkapan tentang adu nasib seperti “Lu masih mending, lah gua” tidak lagi sesuai dengan stigma masa kini.

Meskipun orang yang mengatakan itu, mungkin hanya ingin memberi tahu lawan bicaranya, mungkin tidak dapat memahami apa yang dikatakan.

Kebanyakan jatuh ke pikiran, yang akan menyebabkan remaja merasa tidak percaya diri. Karena tidak semua orang bisa benar-benar bodo amat jika menyangkut perkataan orang lain.

Oleh karena itu, sangatlah penting bagi kita untuk menjaga lisan dan mempertimbangkan apa yang akan kalian katakan sebelum berbicara. Toh, meskipun kita membandingkan masalah yang lalu, tidak akan merubah segalanya, kan?

Diantara berbagai faktor yang umum terjadi  di era sekarang ini yang mempengaruhi mental remaja, Sangat penting untuk mendukung pertumbuhan mental yang sehat pada remaja karena banyaknya faktor yang sering terjadi dan berdampak pada mental remaja di era sekarang. Maka dengan itu, kita sebagai generasi penerus bangsa, kesehatan mental remaja kita adalah prioritas utama.

Sebagai seorang remaja, kita juga perlu memilih lingkungan pergaulan dengan bijak. Ciptakan lingkungan pertemanan yang positif dan suportif. Kemudian, jauhi lingkungan toxic yang penuh tekanan mental..

Diri sendiri yang memiliki kemampuan untuk memilih mana yang terbaik untuk dirinya. Kita tidak dapat mengukur kekuatan mental seseorang, karena mental setiap orang pastilah berbeda.

Mental remaja bukanlah sebagai ajang kompetisi untuk mengadu nasibkan dimana satu elemen harus bersaing dengan elemen lainnya.

Penulis: Nadia Putri Firdani
Mahasiswa Perpustakaan dan Sains Informasi, Universitas YARSI

Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui e-mail: redaksi@mahasiswaindonesia.id
Lalu konfirmasi pengiriman artikel via WA Admin: +62 811-2564-888 (Rahmat Al Kafi)
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI