Mirisnya Pelaksanaan UNBK di Sekolah Menengah

Pembangunan sumber daya manusia di Indonesia sudah lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Data BPS tahun 2017 menunjukkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia mencapai 70,81, meningkat sebesar 0,63 poin atau tumbuh sebesar 0,90 persen dibandingkan tahun 2016. Harapan menikmati pendidikan anak berusia 7 tahun pada tahun 2017, rata-rata selama 12,85 tahun (Diploma I), lebih lama 0,13 tahun dibandingkan dengan yang berumur sama pada tahun 2016. Namun pada kenyataannya, pendidikan yang diidamkan belumlah merata secara optimal. Mirisnya masalah pendidikan, dengan tidak meratanya fasilitas pendidikan diperlihatkan dari adanya permasalahan UNBK di tingkat sekolah menengah.

Kasus pertama, 13 siswa SMA Pinogu yang harus berjalan kaki selama 8 jam menuju SMK 1 Suwawa, Bone, Gorontalo demi mengikuti UNBK, disebabkan karena di sekolah mereka tidak memiliki fasilitas yang lengkap. Mereka juga perlu merogoh uang ekstra minimal 300 ribu untuk biaya makan selama empat hari waktu yang dihabiskan untuk pelaksanaan UNBK.

Kasus kedua, ratusan siswa-siswi SMP di Sumedang gagal melakukan UNBK. Siswa-siswi tersebut terpaksa ujian tertulis menggunakan kertas dan pensil. Hal tersebut terjadi karena tidak adanya fasilitas komputer di sekolah-sekolah. Beberapa sekolah telah mengajukan fasilitas komputer ke pemerintah namun belum ada realisasi.

Bacaan Lainnya

Kasus ketiga, siswa – siswa SMAN 1 Tegal melakukan UNBK dengan cara bergilir. Dikarenakan hanya tersedia 100 komputer di sekolah, dan peserta ujian mencapai 282 orang, maka ujian dibagi menjadi tiga shift. Sedangkan waktu untuk melaksanakan ujian, satu mata pelajaran bisa mencapai 90 menit.

Masalah klasik pendidikan di Indonesia masih banyak dijumpai diberbagai tempat, yang sangat bertolak belakang dengan kemajuan jaman di era globalisasi saat ini. Beberapa permasalahan yang terjadi dalam pelaksanaan UNBK di sekolah menengah saat ini sebagai berikut:

  1. Fasilitas pendidikan yang kurang memadai, terutama di daerah pelosok sehingga siswa siswi perlu menempuh perjalanan panjang ke sekolah lain dengan fasilitas yang lebih baik;
  2. Kurangnya fasilitas komputer memaksa tidak sesuainya standar pelaksanaan UNBK pada ratusan siswa dengan melaksanakan ujian menggunakan kertas dan pensil;
  3. Fasilitas jaringan internet yang kurang memadai sehingga terjadi gangguan server pada PC sekolah dengan server UNBK pusat;
  4. Kualitas proktor (orang yang bertanggung jawab mengendalikan server) yang minim sehingga masih terjadi kesalahan teknis ketika ujian berlangsung.

Beberapa akar masalah perlu dikaji terkait masalah pendidikan yang ditemukan. Pemerintah perlu mengevaluasi program pendidikan yang dilaksanakan selama ini. Masyarakatpun perlu turut serta secara bersama mengoptimalkan upaya pendidikan untuk mewujudkan pendidikan yang lebih berkualitas. 

Alokasi Dana Pendidikan Kurang Merata
Pemerintah perlu mengevaluasi keuangan yang di alokasikan untuk pendidikan sehingga terjadi pemerataan dalam pembagian dana. Tenaga ahli ataupun tenaga pendidik yang kurang memadai. Banyak tenaga ahli berkualitas yang akhirnya lebih memilih mencari pekerjaan di luar negeri karena kemampuannya yang tidak dihargai di Indonesia. Tenaga pendidik yang tersebar di daerah pelosok pun kebanyakan tenaga-tenaga sukarela yang mau mengajar tanpa pamrih.

Belum Pastinya Arah Pendidikan di Indonesia
Hal ini berakibat pada pergantian kurikulum yang dinilai kurang matang oleh pemerintah. Menyebabkan terombang-ambingnya tujuan pendidikan di sekolah-sekolah. Tingkat ekonomi mempengaruhi akses pendidikan berkualitas. Masyarakat yang memiliki tingkat ekonomi tinggi cenderung mendapatkan kualitas pendidikan yang lebih baik dari masyarakat yang memiliki tingkat ekonomi rendah.

Hal ini dikarenakan masyarakat berekonomi tinggi lebih berani mengeluarkan uang untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran seperti buku, alat elektronik penunjang pendidikan, dsb. Kepedulian masyarakat terhadap pendidikan masih kurang. Di Indonesia, tidak semua masyarakat memiliki motivasi tinggi untuk mengejar pendidikan. Bagi mereka melaksanakan pendidikan wajib belajar 12 tahun sudah cukup. Itupun tidak semua daerah di Indonesia melaksanakannya.

Perlu dilakukan langkah-langkah strategis untuk memperbaiki ketidakmerataan pendidikan yang ada. Pemenuhan guru-guru di daerah terpencil, mungkin masih banyak daerah terpencil kekurangan tenaga pengajar karena sulitnya akses menuju daerah tersebut. Pemerintah dapat meningkatkan infrastruktur dan akses menuju sekolah dengan menyalurkan bantuan kepada daerah-daerah yang membutuhkan.

Pemerintah perlu mengevaluasi target kebijakan penggunaan alokasi dana untuk keperluan pendidikan, sebagai contoh dana untuk pembangunan tidak disalah gunakan untuk menggaji guru. Pendataan fasilitas sekolah yang kurang perlu dilakukan, untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang dapat diajukan ke dinas pendidikan.

Upaya yang dilakukan perlu mendapat dukungan secara bersama baik peran akademisi maupun masyarakat. Mahasiswa sebagai motivator penggerak bangsa bisa menunjukkan kepeduliannya dengan berpartisipasi langsung dalam membangun pendidikan, menjadi sukarelawan mengajar di tempat-tempat yang fasilitas pendidikannya masih kurang di hari libur semester atau waktu praktek kerja lapangan ke masyarakat. Itu dimaksudkan untuk membentuk motivasi belajar anak-anak supaya tidak patah semangat dalam mengejar ilmu. Langkah ini sekaligus dapat mengimplementasikan ilmu kuliah yang didapat ke masyarakat, sebagai contoh menerapkan teori-teori belajar psikologi dalam pembentukan karakter dan memilih strategi belajar yang tepat.

Setiap upaya pembangunan pastilah memerlukan kerja keras dalam mewujudkan target dan tujuannya. Mirisnya ketidakmerataan pelaksanaan pendidikan yang ditemukan, tentulah mesti diatasi secara bersama dengan perbaikan berbagai faktor terkait serta melibatkan peran serta masyarakat termasuk mahasiswa. Jika dilakukan dengan keyakinan dan tanggung jawab yang tinggi pasti akan mendapatkan hasil yang optimal. Bergerak bersama-sama untuk memajukan kualitas pendidikan di Indonesia akan mempercepat tujuan pendidikan yang diamanatkan, karena kualitas pendidikan saat ini akan menentukan bagaimana nasib Indonesia di kemudian hari.

Angelia Ayu Maulina
Metta Nanda Kusuma
Avina Julistya C.H
Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui e-mail: redaksi@mahasiswaindonesia.id
Lalu konfirmasi pengiriman artikel via WA Admin: +62 811-2564-888 (Rahmat Al Kafi)
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI