Pandangan Game yang Mulai Terlupakan

Pandangan Game yang Mulai Terlupakan
Sumber: pixabay.com

Game, istilah ini pasti sudah tidak asing terutama di kalangan mahasiswa zaman sekarang. Saat ini zaman teknologi sudah maju, aplikasi lebih canggih, gadget juga semakin update, bahkan game yang memiliki update terbaru dengan ciri khas yang berbeda-beda.

Masih ingat bukan dahulu kala kita bermain dengan menggunakan monitor tabung? Kemudian, terkenal dengan Windows XP yang di dalamnya banyak sekali game seperti, GTA San Andreas, Gamehouse, Hamsterball, Call of Duty, Counter Strike 1.6 dan masih banyak game terdahulu.

Kini, seiring berjalannya waktu game sudah mulai berkembang. Mulai dari jenis game-nya, gameplay-nya, dan story-nya. Kita ambil contoh saja dari game kompetitif yang berjudul Counter Strike 1.6, kini game tersebut sudah mengalami variasi pada zaman sekarang dan nama game terbarunya ialah Counter Strike 2.

Bacaan Lainnya

Namun, dari variasi inilah kemudian membuat game kompetitif dengan taktik yang berbeda. Nama game tersebut adalah Valorant. Sebuah game kompetitif FPS (First Person Shooter) yang dicampur dengan elemen-elemen sehingga membuat tampilan pada game tersebut terkesan fresh dan baru.

Berdasarkan hasil wawancara saya bersama mahasiswa Universitas Padjadjaran yang bernama Akasa dan Rian, banyak dari kalangan mahasiswa yang tertarik untuk memainkan game kompetitif yang berbasis online, terutama Valorant.

Kini, Valorant sudah tidak asing lagi bagi kalangan mahasiswa, bahkan Universitas Padjadjaran juga pernah mengikuti lomba Esports yang diadakan secara nasional dengan perlawanan dari masing-masing kampus dan meraih Juara kedua tepatnya pada tanggal 6 Februari 2022.

Esports Universitas Padjadjaran.
Sumber: Youtube (VALORANT Esports Indonesia)

Meskipun jenis game ini diminati oleh banyak mahasiswa, yang namanya kompetitif pasti ada persaingan di dalamnya. Kita sebagai player harus bisa berusaha memenangkan match (pertandingan) dalam game tersebut.

Jika kalah maka akan mengurangi rank (peringkat) dan jika menang maka rank tersebut akan naik. Dengan diterapkannya sistem tersebut, para player pasti akan berusaha untuk meraih kemenangan dan menghindari kekalahan.

Dari situlah banyak orang yang stress ketika mengalami kekalahan dan euphoria (senang yang berlebihan) saat mengalami kemenangan. Sejak diterapkan sistem ini, banyak orang yang salah dalam mengartikan game.

Game yang awalnya hanya sebagai media hiburan, kini menjadi persaingan ketat antara player dengan player lainnya. Hal ini dibuktikan dengan wawancara yang saya lakukan dengan Rian, dia mengatakan bahwa teman yang terlihat baik-baik saja ketika di dunia nyata tetapi dia sangat berbeda ketika sedang bermain game.

Orang yang awalnya suka bercanda seketika saat bermain game dia lebih sering memarahkan temannya yang sedang bermain buruk. Akhirnya, kondisi tersebut membuat teman-teman yang sedang bermain dengannya menjadi canggung dan bukannya semakin bagus gameplay-nya, justru menjadi buruk. Hal ini merupakan salah satu dampak ketika terlalu serius dalam bermain game.

Kadang terpikir tidak teman-teman? Berapa lama waktu yang kita berikan kepada game online yang kita mainkan? Apakah dengan kita sering bermain akan menjadi pro player Esports? Belum tentu bukan?

Perlu diingat bahwa kita juga memiliki kehidupan nyata. Dalam dunia nyata pun kita sudah mengalami yang namanya persaingan, seperti lomba dan mencari pekerjaan. Semu aitu merupakan bagian dari kompetitif. Bukan kah ini semua sudah terasa berat bagi kita? Lantas mengapa kita menambah beban pikiran dengan bermain game kompetitif yang ujungnya tidak tahu kapan kita akan menjadi pro player?

Menjadi pro player bukanlah hal yang mudah, dunia game yang sudah ke arah serius pasti akan dihadapi dengan professional. Dalam dunia Esport, kita harus memiliki gameplay yang konsisten, dan memiliki Kesehatan yang stabil. Untuk menjadi pro player, kita juga harus mampu bersaing dengan orang-orang yang lebih mahir daripada kita.

Terkadang ketika kita sudah fokus bermain game, kebanyakan dari kita lupa bahwa pasti kita membutuhkan makan, mengingat betapa berharganya waktu, memiliki kesehatan fisik dan mental yang memadai untuk belajar.

Akasa mengatakan “Dulu pernah terasa saat pandemi, dari siang sampai magrib merasa tidak produktif.” Hal ini membuktikan bahwa pengaruh game yang berlebihan dapat mempengaruhi produktivitas. Jika kita terlena dengan game, kita akan banyak membuang waktu yang berharga.

Padahal waktu tersebut dapat kita gunakan untuk belajar dan membantu orang tua. Begitu juga dengan kondisi mental kita, jika bermain game secara berlebihan akan membuat emosi yang tidak stabil dan memiliki manajemen waktu yang buruk sehingga dapat membuat mental terganggu.

Masing-masing orang dalam game memiliki kepribadian dan masalah yang berbeda-beda. Namun, ada beberapa dari mereka yang memilih untuk melampiaskan emosinya lewat game. Kita sebagai player yang biasa saja dalam game terkadang juga terkena efek dari hinaan orang lain dalam game itu.

Berdasarkan wawancara saya dengan Rian, pernah ada teman yang memiliki ambisi dalam mengejar rank. Pada saat itu, ketika Rian sedang bermain bersama dengan temannya dia tidak merasakan fun (senang) sama sekali dan justru mendapatkan pressure (tekanan).

Kita ambil contoh, ada 5 orang dalam satu tim. Kemudian, ada satu orang ini memarahi salah satu temannya yang sedang mengalami bad play (mainnya buruk). Setelah itu, keadaan menjadi saling menyalahkan dan membuat permainan tersebut menjadi awkward (canggung).

Walaupun yang dimarahi hanya satu orang, tetapi konflik tersebut dapat membuat canggung untuk satu tim. Dari sini terlihat bukan bahwa game juga bisa merusak pertemanan?

Dalam game, terkadang orang yang sangat serius ingin memenangkan game-nya cenderung menekan temannya. Mungkin tujuan dia ialah untuk membuat orang tersebut semangat dan bisa step up (naik) gameplay-nya. Namun, kondisi mental orang berbeda-beda bukan? Kita tidak bisa menyamakan antara satu dengan lainnya.

Banyak langkah untuk meraih dunia Esports games. Lantas apakah itu semua terbayarkan oleh kita dalam dunia nyata? Bukankah kita sebagai mahasiswa memiliki kewajiban untuk belajar dan meraih pekerjaan yang lebih baik. Tentu bukan?

Marilah teman-teman, hindari terlalu serius dan banyak membuang waktu dalam game. Terutama dalam game kompetitif karena persaingannya terasa sangat berat untuk dilewati dan terkadang menimbulkan dampak negatif bagi kita.

Saya tidak melarang anda untuk bermain game, tetapi saya hanya mengingatkan bahwa game merupakan tempat untuk mencari hiburan, bukan untuk saling menyikut satu sama lain. Sekarang banyak game yang fokus ke story dan chill seperti Spiderman, God of War, Call of Duty Modern Warfare dan banyak lagi.

Game kompetitif juga sebenarnya boleh untuk dimainkan, tetapi tolong hindari memainkannya terlalu berlebihan bahkan sampai terbawa emosi negatif dan merusak kondisi mental. Kembali pada kutipan “Sesuatu yang berlebihan itu tidak baik”. Jadi, tempatkanlah sesuatu sesuai porsinya selagi itu baik.

 

Penulis: Hisyam Muhammad Fattan
Mahasiswa Jurusan Televisi dan Film, Universitas Padjadjaran

 

Editor: I. Chairunnisa

Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui e-mail: redaksi@mahasiswaindonesia.id
Lalu konfirmasi pengiriman artikel via WA Admin: +62 811-2564-888 (Rahmat Al Kafi)
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI